Mohon tunggu...
Angga Bagus Bismoko
Angga Bagus Bismoko Mohon Tunggu... Peneliti di Pusat Penelitian Sumber Daya Regional - LIPI -

Seseorang yang sedang bekerja sebagai pencari masalah dan mencoba memberikan solusi atas permasalahan itu. Sedang tertarik mendalami politik ekonomi internasional dan isu ketahanan pangan di Asia Tenggara.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Nuansa "Lebaran" di Pilkada DKI Jakarta

16 Februari 2017   02:04 Diperbarui: 16 Februari 2017   11:59 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: dokumen pribadi

Pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta dalam memilih Gubernur dan Wakil Gubernur pada 15 Februari 2017 telah berlangsung dengan aman dan lancar. Meski demikian, masyarakat Ibu Kota tengah menunggu hasil resmi dari perhitungan kumulatif suara mereka dan juga seputar pelaksanaan pilkada putaran kedua diumumkan oleh KPU DKI Jakarta. Bersamaan dengan itu, berbagai analisis yang disampaikan pakar pun bermunculan di berbagai media dalam menanggapi perkembangan hasil Pilkada DKI Jakarta kali ini. 

Sebagai orang yang tidak mendalami ilmu politik, tentu wajar bila Saya mewakili sebagian orang hanya mampu mengamati dan mengamini setiap analisis dan argumentasi yang muncul. Namun, menyaksikan secara langsung Pilkada DKI Jakarta tahun ini menjadi yang pertama kali bagi Saya. Oleh karena itu, sudah barang tentu mengamati proses demokrasi di sekitar tempat tinggal kos Saya kemudian menjadi hal yang sangat menarik untuk mengisi libur tengah pekan ini. Yap, meski tidak memiliki hak pilih, tapi Saya punya hak untuk mengamati dan beropini kan?   

Berdasarkan hasil pengamatan Saya, jalanan di lokasi tempat saya kos tampak lebih ramai dari hari libur normal. Bahkan lebih ramai dibandingkan akhir pekan saat warga mungkin berada di rumah dan menikmati waktu-waktu bersama keluarga. Sejak pagi tampak banyak orang dewasa berpakaian rapi sudah siap menggunakan hak suaranya di TPS-TPS yang telah ditentukan. 

Tidak ketinggalan tentu remaja-remaja ibu kota yang mungkin saja baru akan menggunakan hak pilihnya untuk pertama kali dalam pesta demokrasi ini. Tidak hanya orang dewasa dan remaja, anak-anak kecil pun sudah siap menemani orang tua mereka dan lalu lalang bermain dengan teman seusia. Sungguh suasana yang penuh damai, namun justru mengherankan bagi saya yang telah dua tahun lebih tinggal di kawasan ini.

Keheranan saya bukan tanpa sebab, sepanjang saya berada di sini, suasana seperti ini justru hanya dapat saya temui pada momen setelah lebaran Idul Fitri. Kawasan Bendungan Jatiluhur tepatnya, pemandangan rumah-rumah yang tertutup rapat telah menjadi hal yang biasa setiap hari. Lebih dari itu, menurut Saya, interaksi antar warga secara intens sangat jarang sekali terjadi kecuali pada momen-momen tertentu yang telah ditentukan oleh warga. Mungkin berbeda sekali dengan kondisi di kawasan Bendungan Hilir dan Karet Tengsin yang kita ketahui merupakan pemukiman padat penduduk sehingga dipenuhi interaksi antar warga setiap harinya.

Pemandangan yang mengherankan sekali lagi bagi saya yaitu tatkala melihat banyak wajah-wajah baru yang belum pernah sekalipun saya temui sepanjang tinggal di kawasan ini. Bahkan ketika makan di warung langganan dekat tempat tinggal saya, beberapa orang tersebut tampak begitu akrab dengan pemilik warung yang telah sejak lama berjualan di kawasan ini. Dari sudut lain, orang-orang tampak keluar masuk dari TPS dan terlihat bersalaman serta mengobrol akrab penuh kebahagiaan di sisi jalan. 

Terdengar di telinga saya, mereka berbincang soal kabar dan bercerita tentang aktivitas mereka saat ini. Tidak sedikit pula yang memperkenalkan anggota keluarga mereka pada orang-orang lain yang ditemuinya. Mereka yang lebih muda “salim” kepada yang lebih tua ketika berpapasan, sungguh suasana yang mendamaikan pagi itu. Sama sekali tidak terdengar percakapan siapa memilih siapa, jangan pilih si ini atau si itu karena satu dan lain hal. Seolah Saya dibuat lupa bahwa pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta sedang berlangsung saat itu.

Yap, bagi Saya, sungguh nuansa lebaran tampak di Pilkada DKI Jakarta hari itu, sangat harmonis. Bahkan ketika bertemu seorang petugas keamanan salah satu bank yang tepat menghadap TPS, beliau menyampaikan kepada Saya perasaan senangnya karena melihat pemandangan tidak biasa orang-orang yang saling bertegur salam dan sapa. 

Sungguh jauh dari bayangan keriuhan di media sosial kita bahwa aura kebencian akan turut menyelimuti proses pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta hari itu. Mungkin kegelisahan itu suatu respon yang wajar mengingat tensi ketegangan sempat meningkat antar tim sukses dan pendukung masing-masing pasangan calon di akhir-akhir masa kampanye. Namun demikian, tentu Saya tidak dapat mengabaikan beberapa masalah teknis yang masih muncul terkait hak pilih warga, akan tetapi animo tinggi warga untuk berpartisipasi patut diapresiasi.

Akhirnya, Saya menyimpulkan bahwa mungkin saja riak-riak polemik dan kebencian yang selama ini muncul di tengah-tengah warga telah terpendam dalam pendewasaan pola pikir dan emosi sebagian besar warga Jakarta sebagai wujud proses demokrasi yang semakin matang. Suatu momen yang semoga masih akan terus lestari setelah DKI Jakarta menetapkan siapa pemimpinnya untuk lima tahun mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun