Oktober 2020 adalah bulan yang sangat pedih untuk rakyat Indonesia, setelah disakiti fisiknya oleh COVID-19, disakiti pendapatannya karena ekonomi menurun, disakiti kebebasannya karena PSBB (Pembatasan Sosial Bersekala Besar), ditambah dengan disakiti hatinya karena wakilnya di parlemen yang seharusnya mendengar suaranya kebanyakan malah pura-pura tuli.
Omnibus Law ini dinilai menyengsarakan buruh secara tidak langsung, karena banyak pasal karet didalamnya. Tidak sedikit para ahli yang berusaha menyuarakan hal ini kepada masyarakat.
Saya ingin mengomentari sedikit tentang perihal ini kepada seluruh pihak yang terlibat, baik itu dari DPR, pendemo, polisi, dan diri saya sendiri.
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
DPR yang kepanjangannya seharunya Dewan Perwakilan Rakyat kini banyak dipandang menjadi Dewan Pengkhianat Rakyat. Kata "pengkhianat" yang menggantikan "perwakilan" ini sudah lebih dulu ada ketika setahun yang lalu tepatnya pada September 2019, ketika para mahasiswa dan masyarakat turun ke jalan untuk memprotes tentang pelemahan KPK.
Tampaknya DPR tidak turut berkaca, mereka tetap mencari gara-gara sehingga mereka diprotes kembali oleh rakyat, ketika Omnibus Law yang sejak rancangannya sudah banyak diprotes namun tetap disahkan menjadi Undang-undang. Terlebih ketika sekarang dunia (termasuk Indonesia) sedang melawan COVID-19.
DPR yang katanya mewakili rakyat malah tuli suara rakyat. Waktu kampanye mereka mengemis suara yang banyak, ketika sudah terpilih mereka memenangkan suara yang sedikit. Lucu, ketika mereka bilang ingin melindungi rakyat ketika COVID-19 melanda, tapi mereka sendiri yang secara tidak langsung memperparah penyebaran COVID-19. Ketika mereka bilang ingin menyejahterakan buruh, tapi mereka sendiri yang secara tidak langsung membuat buruh-buruh mogok kerja.
Ditambah dengan sifat ketua DPR yaitu Puan Maharani yang dinilai kekanak-kanakan karena mematikan mikrofon anggota DPR yang sedang berargumen. Banyaklah sekarang para komikus dan kritikus yang menyoroti dan mengkritik hal tersebut. Ibu Puan, "bung besar" malu kepada Anda!
Sadarkah kalian kenapa DPR didemo terus menerus? Karena rakyat sudah jenuh dengan sifat buruk oknum DPR yang terbukti banyak sekali merugikan rakyat. Sebut saja Setya Novanto, ia adalah mantan ketua DPR, sekali lagi ketua DPR, dia yang mengetuai Dewan PERWAKILAN Rakyat, ia terbukti korupsi dengan jumlah yang sangat banyak. Begitu pula dengan koruptor-koruptor lainnya yang berasal dari jebolan DPR. Katanya sih cuma oknum, tapi kok oknum banyak banget?
Saya sendiri sudah tidak punya harapan dengan DPR, benar kata bung Karno 'Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.'