Mohon tunggu...
Arif Bawono Surya
Arif Bawono Surya Mohon Tunggu... wiraswasta -

Hidup untuk Berjuang, Mencari dan Menemukan www.abawonos.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemimpin-pemimpin Mesir yang Zalim

16 Agustus 2013   18:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:14 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1376653108227321160

Alkisah Zaman Nabi Daud A.S, ada dua orang wanita yang masing-masing mempunyai seorang bayi. Tiba-tiba bayi wanita yang lebih tua diterkam oleh serigala. Kemudian, wanita itu berkata kepada wanita yang lebih muda, “Anakmu telah diterkam serigala dan yang selamat adalah bayiku.” Namun, wanita yang lebih muda menolak pengakuan tersebut. Dia mengatakan bahwa yang benar adalah serigala itu menerkam bayi wanita yang lebih tua. Akhirnya, keduanya mengadukan perkara mereka kepada Nabi Daud alaihi salam. Nabi Daud alaihi salam tidak melihat yang lebih benar perkataannya, selain pengakuan wanita yang lebih tua. Maka beliau memutuskan bahwa bayi itu menjadi hak wanita yang lebih tua karena beliau merasa iba kepadanya. Adapun wanita yang lebih muda, mungkin nanti akan diberi rezeki lagi (seorang anak sebagai gantinya) oleh Allah subhanahu wata’ala. Namun, kasus kedua wanita itu akhirnya sampai kepada Nabi Sulaiman alaihi salam.

Singkat kata, Nabi Sulaiman alaihi salam berkata, “Ambilkan pisau, akan saya belah bayi itu untuk kalian berdua.” Ternyata, wanita yang lebih tua girang bukan kepalang. Namun, wanita yang lebih muda tidak sanggup melihat bayi itu dibelah. Dia pun berkata, “Dia adalah anak wanita itu, wahai Nabi Allah.” Wanita yang lebih muda ingin melihat bahwa tetap hidupnya bayi itu masih lebih baik, meskipun di tangan orang lain, daripada dia mati, inilah naluri orang tua. Mendengar hal itu, Nabi Sulaiman alahi salam segera memahami bahwa naluri keibuan wanita yang lebih muda ternyata lebih kuat dan jelas. Maka beliau memutuskan bahwa bayi itu sesungguhnya bukanlah milik wanita yang lebih tua karena melihat bagaimana wanita itu merelakan bayi itu dibelah menjadi dua, padahal kalau bayi itu betul-betul buah hatinya, tidak mungkin seorang ibu akan tega melakukan hal yang demikian. Seorang ibu akan lebih memilih hilangnya penguasaan terhadap anaknya daripada melihat darah anaknya tertumpah.

Adapun yang kita lihat di Mesir saat ini, sepertinya jauh dari apa yang menjadi hikmah dari cerita di atas. Sesama rakyat, sesama saudara bahkan bisa jadi sesama muslim saling melukai, saling membunuh dan saling merusak. Menyelamatkan nyawa seorang bayi adalah penting, apalagi menyelamatkan nyawa ratusan atau ribuan rakyat Mesir. Saya bukan pro mursi atau kontra mursi, pro IM atau Kontra IM yang saya lihat adalah para penguasa mesir yang masih belum bersikap bijaksana. Akan lebih baik bila pemimpin, siapapun itu Mursi sekalipun dengan legawa memberikan kekuasaan pada pihak yang bisa melukai rakyat Mesir. Karena bagaimana pun bila terjadi pertikaian rakyatlah yang menjadi korban. Penguasa Mesir yang mengaku pengikut Rasulullah saw harusnya mengikuti jejak Sayidinna Hasan r.a, yang merupakan khalifah kelima setelah Khulafaur rasyidin serta khalifah dengan masa kepemimpinan paling singkat yang dengan legawa menyerahkan kepemimpinan umat Islam pada Mu’awiyah agar umat muslim dan rakyat yang merupakan amanahnya terhindar dari pertikaian.

Sungguh akan sangat baik bila saat kudeta terjadi Mursi ataupun IM menyerahkan pemerintahan Mesir pada pihak yang merasa tidak puas demi untuk menghindari tumpahnya darah penduduk Mesir. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menekan suatu rezim, Satyagraha di India yang berhasil menekan penjajahan Inggris. Bentuk-bentuk protes dan/atau pembangkangan sipil untuk memprotes diskriminasi ras di Amerika seperti: pemboikotan-pemboikotan seperti Boikot Bus Montgomery (1955-1956) yang sukses di Alabama; "aksi-aksi duduk" seperti aksi duduk di Greensboro yang berpengaruh di Carolina Utara (1960), pawai-pawai, seperti Pawai dari Selma ke Montgomery (1965) di Alabama, dan berbagai aktivitas antikekerasan lainnya. Gandhi, Malcom X, Martin Luther King jr di masa modern ini telah membuktikan bahwa selalu ada cara damai dan tanpa kekerasan untuk menumbangkan suatu rezim.

Dan maaf menurut saya pribadi, huru-hara di Mesir adalah kedholiman kedua belah-pihak. Hilangnya ratusan nyawa bahkan ribuan nyawa hanya demi kekuasaan adalah hal yang sangat disayangkan.Baik IM maupun Aliansi kontra IM sama-sama berperan dalam pembantaian besar-besaran rakyat Mesir. Tulisan ini adalah pendapat pribadi saya. Apabila ada kekurang pas an dalam pembahasan saya mohon maaf.

waallahu a'lam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun