Mohon tunggu...
Ahmad Basofi Mujahidin
Ahmad Basofi Mujahidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Keperawatan Universitas Indonesia / ASN Kementerian Pertahanan

seorang mahasiswa program RPL di Fakultas Ilmu Keperawatan - Universitas Indonesia dan saat ini sedang izin belajar sebagai ASN perawat pelaksana di RS Pusat Pertahanan Negara PB. Soedirman - Kementerian Pertahanan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aplikasi Teori Leininger (Pengkajian Model Sunrise) pada Suku Togutil

19 Juni 2024   16:12 Diperbarui: 19 Juni 2024   16:27 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
  gambar penduduk suku togutil dan teori leininger/wikipedia

Di belantara hutan Halmahera hingga saat ini didiami suku terbelakang. Komunitas kecil ini dikenal dengan nama “Suku Togutil”, namun mereka menamakan diri sebagai “Suku Tobelo”. Mereka hidup secara nomaden di rimba belantara Kawasan hutan sekitar Desa Totodoku, Desa Akelamo, Desa Jara-Jara, Desa Waijoi, Desa Tukur-Tukur, Buli dan Kawasan Taman Nasional Aketajawe-Lolobata, Kabupaten Halmahera Timur (Abdulrasyid et al., 2022). 

Teori keperawatan dapat dijadikan landasan pemberian intervensi asuhan keperawatan dengan memasukan keterkaitan antara teori, praktik, kebijakan dan penelitian keperawatan (Mintz-Binder, 2019). Pelayanan keperawatan yang optimal harus memperhatikan asuhan keperawatan secara komprehensif yaitu mencakup bio-psiko-sosio-kultural-spiritual. Salah satu teori yang dapat digunakan adalah teori transcultural nursing yang dikembangkan oleh Modeleine Leininger (Intan & Nur, 2019).

Teori Lininger
Keperawatan transkultural adalah salah satu keilmuan yang berfokus pada studi komparatif dan analisis dari beragam budaya dan subkultur di dunia dengan menghubungkan dan menghormati nilai-nilai kepedulian mereka, adat istiadat, kepercayaan mengenai sehat sakit dan pola perilaku (Alligood, 2014). Teori ini bertujuan untuk menemukan keragaman dan universalitas perawatan manusia sehingga perawat mampu menentukan cara untuk memberikan perawatan yang sesuai budaya. Teori Leininger memiliki landasan pada keyakinan emic (cara pandang orang dalam) yang dapat mendekatkan seseorang pada penemuan perawatan manusia.

Analisis Teori
Analisis teori Leininger menurut Alligood (2014) antara lain :
a.Clarity : Leininger melalui teori culture care diversity and universality menggambarkan konsep dan proposisi teorinya dengan cukup jelas. Teori ini dilengkapi dengan Sunrise Enabler. Pemahaman tentang budaya suatu masyarakat dijadikan latar belakang oleh perawat untuk melakukan pendekatan kepada pasien dalam melaksanakan asuhan.
b.Simplicity : teori ini mendefinisikan keperawatan transcultural sebagai bagian dari keperawatan yang berfokus pada studi perbandingan dan analisa perbedaan budaya serta bagian budaya yang ada di dunia dengan tetap menghargai nilai-nilai asuhan, pengalaman sehat-sakit dan juga kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat sehingga dapat dikatakan teori cukup kompleks
c.Generality : cakupan dari teori ini cukup luas/umum melalui pendekatan perspektif multicultural  yang dapat diaplikasikan pada individu dan masyarakat dengan latar belakang yang berbeda.
d.Empirical precision : teori ini diteliti dengan menggunakan metode penelitian kualitatif untuk mengungkapkan fenomena keperawatan dan kesehatan yang belum diketahui pada berbagai macam budaya.
e.Derivable consequence : teori ini berpotensi pada pengembangan ide-ide baru  dalam Pendidikan, praktek profesional dan penelitian keperawatan

Konsep Utama
Menurut Alligood (2014) Leininger mengembangkan beberapa konsep utama yang relevan dengan teorinya yaitu :
a.Human caring and caring : Konsep perawatan dan kepedulian mengacu kepada tindakan yang ditujukan untuk memberikan bantuan, memberi dukungan, dan memfasilitasi individu atau kelompok dalam memenuhi kebutuhan agar dapat memperbaiki atau meningkatkan kondisi kehidupan manusia atau dalam menghadapi kematian.
b.Culture : Budaya mengacu pada pola hidup, nilai, kepercayaan, norma, simbol, dan praktik individu, kelompok, atau lembaga yang dipelajari, dibagikan, dan biasanya diwariskan kepada generasi berikutnya dengan memberikan arahan cara berfikir, pengambilan keputusan, dan tindakkan.
c.Culture care : Perawatan kultural mengacu pada pembelajaran subjektif dan objektif serta transmisi nilai, keyakinan, pola hidup yang membantu dengan mendukung, memfasilitasi atau memungkinkan individu maupun kelompok untuk mempertahankan kesejahteraan, kesehatan, serta untuk memperbaiki kondisi kehidupan manusia atau untuk membantu kesiapan  menghadapi penyakit, rintangan, dan juga kematian
d.Cultural care diversity  : Keragaman perawatan kultural mengacu pada variabel-variabel atau perbedaan pola, nilai, gaya hidup, ataupun simbol perawatan didalam maupun diantara kelompok yang dihubungkan terhadap pemberian bantuan, dukungan atau memberikan kesiapan kepada manusia dalam melakukan suatu perawatan
e.Cultural care universality : Universalitas perawatan kultural mengacu pada kesamaan atau kemiripan budaya berkaitan dengan makna perawatan, pola, nilai, simbol, dan jalan hidup yang mencerminkan kepedulian sebagai sebuah nilai kemanusiaan yang universal.
f.Wordview : Cara pandang mengacu pada cara seseorang atau kelompok melihat sesuatu dan memahami sekitar dengan nilai, pendirian, gambaran, atau perspektif tentang kehidupan dan dunia.
g.Cultural and social structure dimensions : Dimensi struktur budaya dan sosial mengacu pada pola terstruktur yang dinamis, holistik, dan saling terkait dalam budaya, mencakup agama (atau spiritualitas), kekerabatan (sosial), karakteristik politik (hukum), ekonomi, pendidikan, teknologi, nilai-nilai budaya, filsafat, sejarah, dan bahasa
h.Enviromental context : Konteks lingkungan mengacu pada pola dinamis serta gambaran hubungan antara keseluruhan  lingkungan (fisik, geografis, dan sosial budaya), situasi, atau peristiwa dengan pengalaman terkait yang mempengaruhi perilaku manusia dan intepretasinya.
i.Etnohistory : Etnohistori mengacu pada urutan fakta, peristiwa, atau perkembangan dari waktu ke waktu seperti yang diketahui, disaksikan, atau didokumentasikan tentang orang-orang dari suatu budaya.
j.Emic : Emik mengacu pada pandangan dan nilai lokal, asli, atau orang dalam (insider) tentang suatu fenomena
k.Etic : Etik mengacu pada pandangan dan nilai orang luar (outsider) atau lebih universal tentang suatu fenomena
l.Health : Kesehatan adalah keadaan sejahtera atau restoratif yang secara budaya dibentuk, ditentukan, dihargai, dan dipraktikkan oleh individu atau kelompok dan yang memungkinkan setiap individu berfungsi dalam kehidupan mereka sehari-hari
m.Transcultural nursing : Keperawatan transkultural mengacu pada ranah pengetahuan, keterampilan, dan humanistik formal yang berfokus pada fenomena dan kompetensi perawatan budaya untuk membantu individu atau kelompok mempertahankan atau meningkatkan dan untuk menangani disabilitas, kondisi terminal, atau kondisi lainnya dengan cara yang selaras dan menguntungkan secara budaya
n.Culture care prevervation maintenance : Pelestarian atau pemeliharaan perawatan budaya mengacu pada tindakan dan keputusan yang membantu, mendukung, memfasilitasi, atau memungkinkan profesional yang membantu individu atau kelompok dari budaya tertentu untuk mempertahankan atau mempertahankan nilai-nilai perawatan yang bermakna dan cara hidup untuk kesejahteraan mereka, untuk pulih dari penyakit, atau untuk menangani dengan cacat atau kondisi sekarat.
o.Culture care accommodation or negotiation : Akomodasi atau negosiasi perawatan budaya mengacu pada tindakan dan keputusan yang membantu, mendukung, fasilitatif, atau memungkinkan tindakan dan keputusan profesional yang membantu individu atau kelompok dari budaya tertentu untuk beradaptasi atau bernegosiasi dengan orang lain untuk hasil kesehatan yang bermakna, bermanfaat, dan selaras.
p.Culture care repatterning or restructuring : Pengaturan ulang atau restrukturisasi perawatan budaya mengacu pada tindakan dan keputusan profesional yang membantu, mendukung, fasilitatif, atau memungkinkan yang membantu individu atau kelompok menyusun ulang, mengubah, atau memodifikasi jalan hidup mereka untuk hasil kesehatan yang baru, berbeda, dan bermanfaat.
q.Culture care competent nursing care : Asuhan keperawatan yang kompeten secara budaya mengacu pada penggunaan eksplisit asuhan berbasis budaya dan pengetahuan kesehatan dengan cara yang sensitif, kreatif, dan bermakna agar sesuai dengan kehidupan umum dan kebutuhan individu atau kelompok untuk kesehatan dan kesejahteraan yang bermanfaat dan bermakna, atau untuk menghadapi penyakit, kecacatan, atau kematian.
Asumsi Teori
Menurut Alligood (2014) Teori Leininger terbagi menjadi beberapa asumsi yaitu :
a.Keperawatan
-Care adalah inti dari keperawatan dengan fokus perbedaan, dominan, sentral, dan pemersatu
-Perawatan berbasis budaya (caring) penting untuk kesejahteraan, kesehatan, pertumbuhan, dan kelangsungan hidup, dan untuk menghadapi kondisi cacat atau kematian.
-Perawatan berbasis budaya merupakan unsur yang paling komprehensif dan holistik untuk mengetahui, menjelaskan, menafsirkan, dan memprediksi fenomena asuhan keperawatan dan membimbingn menuju keputusan dan tindakan keperawatan.
-Keperawatan transkultural adalah disiplin dan profesi keperawatan yang humanistik dan ilmiah dengan tujuan berpusat untuk melayani individu, kelompok, komunitas, masyarakat, dan institusi.
-Perawatan berbasis budaya penting untuk pengobatan dan penyembuhan, karena tidak ada penyembuhan tanpa kepedulian, tetapi kepedulian bisa ada tanpa menyembuhkan.
-Konsep, makna, ekspresi peduli budaya, pola, proses, dan bentuk struktural perawatan bervariasi secara transkultural dengan keanekaragaman (perbedaan) dan beberapa universalitas (kesamaan)
b.Manusia
-Setiap budaya manusia memiliki generik (yaitu, awam, rakyat, atau adat) pengetahuan dan praktik perawatan bervariasi secara transkultural dan individual.
-Nilai-nilai, keyakinan, dan praktik culture care dipengaruhi oleh dan cenderung tertanam dalam worldview, bahasa, filsafat, agama (dan spiritualitas), kekerabatan, sosial, politik, hukum, pendidikan, ekonomi, teknologi, etnohistoris, dan konteks lingkungan budaya.
c.Kesehatan
-Kebermanfaatan, kesehatan, dan kepuasan perawatan secara budaya memengaruhi kesejahteraan individu, keluarga, kelompok, dan komunitas termasuk lingkungan mereka.
-Asuhan keperawatan yang menguntungkan dan selaras secara budaya dapat terjadi hanya jika perhatian nilai, ekspresi, atau pola diketahui dan digunakan secara eksplisit untuk perawatan yang sesuai, aman, dan bermakna.
-Terdapat perbedaan dan persamaan perawatan budaya antara perawatan profesional dan pasien secara umum dalam budaya.
d.Lingkungan
-Konflik budaya, praktik pemaksaan budaya, tekanan budaya, dan penderitaan budaya mencerminkan kekurangan pengetahuan tentang perawatan budaya untuk diberikan secara kongruen, bertanggung jawab, aman, dan sensitif.
-Metode penelitian kualitatif etnonursing menyediakan sarana penting untuk menemukan dan menafsirkan secara akurat emic dan etic yang tertanam, kompleks, dan beragam dalam data Culture Care.

TRADISI PENGOBATAN SUKU TOGUTIL MALUKU
Bapak Ajat sudah lama mengeluh nyeri perut sampai lemas dan tidak produktif lagi. Tubuh Pak Ajat pun tampak kuning. Sudah 2 minggu ini terbaring lemas di kasurnya. Saat ini Bapak Ajat dan keluarganya tinggal di koloni Suku Togutil di pinggiran hutan Maluku. Lokasi yang terisolir membuat masyarakat Togutil sangat jarang memanfaatkan akses kesehatan. Keluarga Bapak Ajat akhirnya memanggilseorang gomatere ke rumah. Dalam praktiknya, seorang gomatere baru bisa menentukan penyakit apa yang diderita dalam posisi duduk dan kondisi trence-kerasukan roh halus. Keluarga Pak Ajat nantinya dapat menanyakan penyakit, penyebab, dan tindakan apa yang harus disiapkan keluarga kepada gometere yang dirasuki oleh makhluk halus. Berkaca pada kasus diatas, rancang asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan keperawatan transkultural.


Pengkajian Model Sunrise pada Tn. Ajat dengan Suku Togutil
a.Faktor Teknologi : berdasarkan analisa kasus tidak ada faktor teknologi secara langsung, namun kurangnya akses terhadap teknologi dapat menjadi faktor yang berkontribusi seperti keterlambatan diagnosis dikarenakan lokasi terpencil Suku Togutil dan keterbatasan akses terhadap transportasi. Kepercayaan pada pengobatan tradisonal membuat keluarga Tn. Ajat bergantung pada pengobatan tradisional seperti gomatere.
b.Faktor Agama dan Falsafah hidup : agama yang dianut suku Togutil adalah kepercayaan yang terpusat pada ruh-ruh yang menempati seluruh alam lingkungan. Keluarga dan Tn. Ajat memiliki kepercayaan bahwa gomatere dapat menyembuhkan penyakit, hal ini dapat mempengaruhi cara keluarga Tn. Ajat memandang penyakitnya dan bagaimana mereka menanganinya. Suku Togutil memiliki nilai-nilai komunal yang kuat yang menekankan pentingnya keluarga dan komunitas. Tradisi dan adat dalam praktik pengobatan tradisional hal ini mempengaruhi pilihan untuk mencari pengobatan gomatere pada Tn. Ajat.
c.Faktor Sosial dan Ikatan Kekerabatan : lokasi terpencil suku Togutil dan akses kesehatan yang terbatas. Pengambilan keputusan tentang kesehatan Tn. Ajat melibatkan keluarga.
d.Faktor Nilai Budaya dan Gaya Hidup : Tn. Ajat adalah suku Togutil, bahasa yang digunakan adalah bahasa tobelo. Keluarga Tn Ajat sangat jarang memanfaatkan akses kesehatan. Nilai-nilai budaya yang dianut suku Togutil adalah bersumber pada alam. Keluarga Tn. Ajat percaya bahwa kekuatan ghaib  (kerasukan roh) dapat mempengaruhi seseorang termasuk sehat-sakit. Gaya hidup suku Togutil yaitu hidup di hutan-hutan secara nomaden di sekitar labi-labi.
e.Faktor Kebijakan dan Hukum : Keluarga Tn. Ajat tidak mengetahui apa itu partai, pandangan politik dan hukum dikarenakan keterbatasan akses. Suku Togutil belum begitu menyentuh jaminan kesehatan.
f.Faktor Ekonomi : Suku Togutil melakukan aktivitas meramu sagu maupun usaha mengumpulkan bahan makanan seperti ubu-ubuian dan berburu hewan liar  untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
g.Faktor Pendidikan : Pendidikan dan kesehatan belum menyentuh suku Togutil. Anak-anak menghabiskan waktunya sesuai dengan keinginan yang tidak menentu. Orang tua biasanya berburu makanan (hewan).

Dapat disimpulkan bahwa teori Leininger dalam pengaplikasian model sunrise menekankan pentingnya budaya dalam pemberian asuhan keperawatan. Model ini memandang klien secara utuh, dengan memperhatikan faktor sosial, budaya, dan biologis yang mempengaruhi kesehatan. Perawat tidak bisa memisahkan unsur kebudayaan karena klien berikatan erat dengan unsur-usur kebudayaan. Model sunrise dari Leininger digambarkan sebagai matahari yang berpusat, dikelilingi oleh faktor-faktor lain yang mempengaruhi perawatan. Dari kasus suku Togutil yang erat dengan kebudayaan peran seorang perawat membantu memenuhi kesehatan dengan memahami budaya, tradisi dan kepercayaan yang melekat. Dengan memahami budaya dan tradisi mereka, menyediakan layanan kesehatan dasar, meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan, meningkatkan kualitas hidup dan bertindak sebagai mediator budaya, perawat dapat membantu suku Togutil lebih sejahtera dan sehat.

DAFTAR PUSTAKA
Abdulrasyid, T., Nasir, T., Zamzam, Z., Tenri, A.P.A., Ahmad, Z., Nuraini, S. (2022). Ekologi Kepulauan (Terintergrasi Pendidikan Karakter Kebangsaan). Rizmedia Pustaka Indonesia
Alligood, M.R. (2014). Nursing Theorists and Their Works. 8th ed. Mosby Elsevier Inc.
Intan, Aprilia K., Cahyani, Nur. (2022). Penerapan Teori Leininger dalam Asuhan Keperawatan Pasien dengan Ketidakstabilan Kadar glukosa Darah di Ruang ICU. Jurnal Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Mintz-Binder, R. (2019). The Connection between nursing theory and practice. Nursing Made Incredibly Easly. 17(1) 6-9.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun