Mohon tunggu...
Abas Basari
Abas Basari Mohon Tunggu... Guru - Guru Biologi SMA Al Masoem

melakukan apa pun yang bisa, kalau boleh orang lain bahagia

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menjaga Amanah Sekaligus Piknik, Kok Bisa?

4 Januari 2024   22:54 Diperbarui: 4 Januari 2024   23:01 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjaga Amanah Sekaligus Piknik, kok Bisa?

"Pak Abas, silakan berlibur ya "! Itu isi surat yang saya terima. Ya, surat yang membuat saya termenung sejenak sekaligus merasa diingatkan untuk segera piknik.

Mengisi liburan sepertinya bakal batal karena kondisi badan yang kurang mendukung. Konsentrasi badan dan pikiran memang lebih berat untuk urusan kerjaan kantor. Boleh dibilang berat sebelah gitu. Yang kurang kebagian adalah istirahat atau rehat dalam piknik.

Jadi mendapat kejutan tersebut seolah pertanda kalau orang lain di sekitar kita memperhatikan kebutuhan dasar saya. Mereka lebih peka dari pada saya. Saya sendiri tergolong kurang peka sehingga mendorong kondisi fisik ke hal yang kurang sehat. Gampang sakit. Sedikit-sedikit gampang lelah, dan lain keluhan serta resah dan gelisah.

Untuk beberapa hari setelah mendapatkan tantangan tersebut, tidak serta merta saya kabulkan. Perlu istirahat yang disempurnakan lagi dengan minum obat. Tiga hari secara intensif, sangat tertib dengan aturan minum obat, ikuti saran dokter serta ajakan istri agar lebih peka dengan kondisi tubuh.

Alhamdulillah rintangan pertama sudah saya lalui. Tinggal menjalani tantangan piknik. Kita berdua diskusi secara matang. Menentukan pilihan tempat yang dicari. Menu juga transportasinya. Mobil, motor atau kereta api. Setelah segala hal dipertimbangkan, maka jatuhlah pilihan ke rumah makan ala sunda, di Bandung, sekalian membeli keperluan pernak-pernik kotak bingkisan pernikahan, transportasi umum kereta api, karena semuanya berjarak dekat. Jadi langsung dieksekusi saja. Gaskeun, kalau kata anak muda di Bandung mah.

Sambil membawa barang belanjaan, kita berjalan menuju lokasi rumah makan bergaya sunda. Harum aroma molekul makanan yang terbakar atau digoreng sudah menggiring badan dan pikiran untuk segera berjalan lebih cepat.

Tetiba di depan rumah makan, sedikit tertegun. Pas dengan waktu makan siang, sudah pasti pengunjung pun banyak. Lantai 1 sudah full alias penuh. Menuju lantai 2, menaiki tangga, sampai lah. Wow, rasanya sulit menemukan kursi kosong dan tepat viewnya. Pilihan tinggal kursi yang dekat dengan tempat loading makanan atau minuman. Soal view, jangan tanya indah. Sabar, mas bro, mau makan atau menikmati pemandangan !

Duduk lah kita berhadapan. Simpan barang belanjaan. Siapkan mental juga fisik. Karena mau makan besar nih. Istri dengan sigap membawa dompetnya, menuruni anak tangga menuju meja pemesanan. Sekembalinya, membawa wajah ceria, dengan senyum tipis tapi penuh makna yang dalam.

"Kita tunggu sebentar, makanan dan minuman nanti disodorkan ke sini, meja no. 49", katanya dengan bangga. "Ya, OK, kita tungguin saja", jawab saya pun sama semangatnya. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Pesanan pun tiba. Saking senang, spontan saja tangan yang belum cuci mencolek bumbu. "Itu tangan sudah di cuci belum ?", tanya istri menyelidik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun