Miedog, nama kudapan populer di kalangan para remaja maupun dewasa. Sepertinya anak kos-kosan mahasiswa yang mempopulerkannya. Namanya saja mahasiswa, waktu lah yang paling berharga. Saking memperhatikan hal tersebut maka urusan makan pun diperhatikan. Ditambah naluri irit dalam pengeluaran uang, maka keluarlah jurus makanan sederhana ala anak kos. Miedog menu wajib anak kos yang tak lekang oleh masa apalagi pupus oleh waktu
Menu sederhana karena mudah dibuat dan bahan yang digunakan pun tak banyak ragam, hanya dua jenis saja, yakni mi dan telur. Telur di kalangan orang sunda disebut pula endog. Sehubungan orang sunda yang sangat suka membuat singkatan, maka makanan tersebut disingkatlah menjadi "midog". Kombinasi mi dan endog. Supaya lebih keren dalam penulisannya maka ditambahi huruf e, menjadi miedog.
Bagaimana dengan anak santri ? Kayaknya tak kalah populer juga. Mereka pun mengenal menu ini dengan baik. Dalam artian sering membuat makanan jenis ini. Tentu saja dengan niat yang sama. Ya, waktu yang singkat sekaligus irit.
Sabtu, 29 Juli 2023, tepatnya di Pesantren Siswa Al Ma'soem. Santri dalam kegiatan ekstrakurikuler Tata Boga pun mengolah mie dan endog. Sebelumnya mereka berdiskusi dengan gurunya, perihal makanan atau minuman apa yang akan dibuat nanti di hari Sabtu. Di akhir diskusi, diputuskan membuat miedog.
Santri yang mayoritas perempuan pun dibimbing sang Guru ekstrakurikuler bersama-sama mempersiapkan segalanya. Ada yang membersihkan meja, dan menyiapkan kompor. Adapun sekelompok lain menyiapkan bahan makanan. Memotong daun bawang dan cabe rawit. Untuk wortel sebagai sumber sayurannya, rupanya disiapkan oleh gurunya begitu pun dengan mie.
Guru ekstrakurikuler tata boga di Pesantren Siswa Al Ma'soem mengenal betul karakter santrinya, maka untuk efisiensi waktu disiapkanlah lebih awal. Dapat dibayangkan kerepotan yang akan terjadi jika semua bahan secara dadakan disiapkan dalam waktu yang bersamaan. Hal yang terpenting adalah santri mengenal kegiatan tata boga seperti apa.
Sebagai acara puncaknya adalah membuat miedog. Santri berbagi tugas lagi, ada yang pecahkan telur ke mangkok. Ada yang bertugas memasukan bumbu jadi (bawang merah, putih dan kemiri yang sudah diblender), dan irisan bawang daun dan lain sebagainya.
Santri yang ikut ekstrakurikuler tata boga, seperti halnya anak-anak seusianya, tak lepas dari meniru sikap bahkan omongan para chef terkenal. Begitu pula dengan gurunya. Untuk garam sebut saja  pemberi rasa yang akan ditaburkan dengan gaya tangan yang sedikit "lebay".
Tak kalah seru juga saat memotong daun bawang. Jemari yang terlihat lebih lentik namun tetap memotong. "Slay", kata mereka yang memotong bawang daun sambil menatap manja teman-temannya. Jadilah tontonan yang membuat suasana ramai dengan celotehan khas anak remaja yang suka meniru. "Dasar lebay", komentar para santri.
Semangat bekerja sangat jelas terlihat di wajah para santri. Walau sudah berbagi peran, namun masih saja ada yang meminta peran yang lainnya. Peran tambahan, maksudnya. Mereka mau terlihat eksis, bahkan biar nampak pintar menyiapkan masakan di mata teman-temannya.