Seru juga berbincang kompor listrik di sore hari menjelang pulang kerja. Berdurasi 30 menit saja telah memberikan pemahaman tentang barang tersebut. Kompor Listrik digadang-gadang, tidak berbayar alias gratis yang diberikan kepada warga sekitar 300.000 lebih.
"Rapat" dadakan tanpa rencana, bergulir seru karena lebih banyak dihadiri oleh ibu-ibu.
Ibu Sofia membuka obrolan, walau kompor listrik diberikan secara gratis, namun daya yang dimiliki kompor tersebut berkisar 1400 Watt. Dapat dibayangkan daya listrik di rumah harus berapa. Belum alat-alat listrik lainnya. Jika dalam waktu bersamaan digunakan alat-alat listrik tersebut, daya yang harus terpasang bisa dihitung sendiri ya. Lieur...aslina.
Ibu Teti mencoba meyakinkan temannya dengan kompor listrik berdasarkan pengalaman menggunakan kompor listrik induksi, daya kompor listrik sebesar itu memang rekomended sekali. Waktu mengolah makanan menjadi singkat seperti halnya menggunakan gas. Tinggal pilih saja, gampang kan!.
"Bagaimana jika kompor listrik berdaya seperti setrikaan ?", tanya saya. Ibu Ratna mencoba memaparkan pengalamannya. Silakan coba sendiri saja. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk satu item pekerjaan. Kebutuhan waktu di dapur bukan hanya diselesaikan oleh satu item saja, tetapi banyak item. Nah, kalau kompor listrik berdaya kurang, bukan menyelesaikan pekerjaan tapi menunda pekerjaan. Duh...bukan solusi dong!
Bapak Rahmat, "Benar ga sih ini program teh. Ga bakalan dalam waktu dekat ini kan. Ga gampang loh mengubah masyarakat yang sudah nyaman dengan gas", paparnya semangat.
Jadi yang rekomended itu kompor yang punya daya 1400 watt, waktu memasak sesuai prediksi, terus bulanan yang harus dibayar berapa dong ? Tanya saya kepada hadirin.
Teman-teman saling memandang, karena belum ada pengalaman dengan daya di atas 1200 watt. Ibu Teti hanya mencoba membandingkan dengan kondisi saat ini. Dengan daya 900 watt bisa menghabiskan token sekitar Rp. 200.000. Silakan hitung sendiri jika harus ada kompor listrik dengan daya 1400 watt dan belum lagi alat-alat listrik yang lain.
Bisa masak ga bisa yang lainnya. Waduh ..apa seperti ini yang harus dijalani warga negara +62.
Hanya Bapak Rahmat yang masih keukeuh. Dia beranggapan bahwa program ini diberlakukan dalam waktu yang masih lama, bukan dalam waktu dekat ini. Pemerintah perlu waktu untuk mengaturnya. Baik dari distribusi maupun dari sisi ketersediaan kompor listrik.
"Coba cek saja, dimana wae yang sudah dilakukan uji coba kompor listrik, bahkan serentak se-Indonesia kan ?", tanya Bapak Rahmat menambahi.