Menjelang Hari Raya Idul Adha selalu ada persiapan yang harus direncanakan dengan baik. Entah daerah yang dituju untuk mudik, pakaian, kendaraan, bahkan makanan dan minuman pun tak luput dari perhatian. Lebaran Haji sama seperti halnya lebaran Idul Fitri, masih identik dengan makanan.
Membuat makanan berat yang diutamakan di Lebaran Haji pun menjadi agenda ibu-ibu di rumah. Baik yang sibuk dengan status pekerjaan kantoran atau yang sibuk dengan status ibu rumah tangga. Keduanya sama-sama sibuk. Pastinya membeli bahan-bahan untuk bumbu, termasuk bawang merah dan putih.
Mengupas bawang memang tidak bisa dielakan. Membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Apalagi jika membuat makanan berat dalam jumlah besar. Jangan heran bila ibu-ibu jaman now, lebih memilih makanan siap saji. Gak rempong dengan persiapan katanya.
"Pokoknya kalau masak lagi, tidak usah ngupas bawang ah, lama Yah", komentar istri  sedikit marajuk ke saya saat rundingan buat menu lebaran haji nanti.  Seolah minta dukungan.
Berniat membuat makanan yang sedikit berbeda dari biasanya, istri pun mengajak saya untuk diantar ke pasar tradisional sekitar Cileunyi. Sasarannya adalah bawang merah dan putih yang sudah dikupas.
Motor kesayangan, kutumpangi berdua, melaju menuju pasar tradisional Cileunyi. Pasar terdekat dari rumah begitu pun dari tempat kerja, Â SMA Al MA'soem. Sudah tidak asing belanja disini. Bahkan pulang kerja sudah pasti melewati pasar tradisional Cileunyi yang sangat strategis. Sehubungan berangkat agak pagi jadi jalanan sepi kendaraan. Hanya 10 menit, Â kita pun sampai.Â
Pasar sudah ramai pengunjung, kita berada diantara mereka yang sama-sama memenuhi kebutuhan pangan. Berjalan masuk gang kecil yang senggol-senggolan karena ukuran gang yang sangat kecil. Jadi harus antri satu persatu. Tak menyurutkan niat belanja, terus hajar saja. Berkelok ke arah kiri sedikit, ditemukan penjual bawang merah dan putih yang sudah di kupas. Alhamdulillah.
Pedagang seolah kenal betul dengan istri, menyapa pun sangat ramah. "Ayo Bun bawang sudah bersih, ga repot ngupas. Solusi cerdas, yakin da Ibu-Ibu bakal puas", ujarnya mengajak dengan gaya khas orang Sunda, sekaligus promosi bawang. Pinter juga tuh pedagang. Setelah saling sapa, istri pun memutuskan jadi membeli bawang dalam jumlah banyak.
"Praktis kan, Ibu bisa lebih konsentrasi ke hal lain. Supaya lebih awet disimpan di lemari es saja, beres deh", celoteh istriku dengan girang campur bahagia.