Sudah banyak terjadi peristiwa yang disebabkan oleh warga yang merasa terganggu oleh suara yang ditimbulkan dari speaker mesjid. Yang baru saja terjadi beberapa hari lalu, suara speaker mesjid ditengarai menjadi salah satu faktor pemicu timbulnya kerusuhan yang bernuansa SARA di Tanjung Balai, Sumatera Utara.
Apakah benar suara speaker mesjid itu mengganggu ?
Untuk tidak membawa  bawa mesjid lain yang tidak saya ketahui, saya akan bercerita tentang mesjid di  depan  tempat saya tinggal.
Sejak 20 tahun lalu, saya tinggal di daerah Cileunyi. Diseberang jalan didepan rumah saya, terletak sebuah mesjid  milik sebuah pesantren . Sang kyai pemilik pesantren, seorang yang sangat bijak. Beliau tahu bahwa aturan mengenai speaker mesjid yang hanya difungsikan sebagai pengingat waktu shalat, atau jika perlu untuk mengumumkan kepada warga jika ada hal yang penting , seperti kematian dll.
Dan untuk kepentingan jamaah, beliau sengaja memasang empat buah speaker mobil di empat sudut  mesjid  tersebut, sehingga suara ketika sedang mengaji, berkutbah jum at, atau pengajian dll, hanya bisa didengar oleh para jamaah di dalam mesjid saja, tidak terdengar keluar.
Sekitar sepuluh tahun lalu, beliau meninggal, dan pesantren dilanjutkan oleh putranya. Mungkin karena alasan perkembangan jumlah jamaah yang terus meningkat, Â dua tahun setelah beliau wafat dilakukan lah renovasi mesjid. Speaker dalam yang tadinya terpasang ikut terbongkar, dan mungkin karena adanya penyumbang yang ingin memasang toa, maka dipasanglah tiga buah speaker toa di atas kubah mesjid baru tadi.
Dan sejak itu..........terjadilah polusi suara yang sangat mengganggu dirumah saya. Lho, bukankah adzan itu cuma lima kali sehari, dan paling lama cuma lima menit ? Â Betul.....jika yang dikumandangkan hanya suara adzan saja, rasanya hanya orang gila yang harus ngamuk ngamuk gara gara suara adzan.
Tetapi, entah karena  teknisi toa yang salah atau sebab lain, semenjak dipasang nya toa baru tadi suara speaker dalam dan speaker luar menyatu , maka semua kegiatan didalam mesjid mau tidak mau terpancar melalui speaker tadi, dan terdengar keseluruh penjuru desa......bahkan di hari minggu pagi pun ketika sang kyai pengganti almarhum memberikan ceramah, sampai jam 8 pagi dari subuh suara beliau terdengar masuk ke dalam rumah .....
Barangkali, hal ini pula yang pernah mengakibatkan seorang ekspatriat di Kep. Riau , beberapa tahun lalu terpaksa diekstradisi karena " mencak mencak " ke sebuah mesjid dekat rumahnya, akibat merasa terganggu dengan adanya pengajian di hari minggu pagi.
Belum lagi jika masuk bulan ramadhan, dimana intensitas ibadah umat Islam meningkat, maka sang toa pun ikut sibuk....dari jam 2 dinihari sudah membangunkan orang untuk sahur, dan diakhiri jam 9 malam setelah salat tarawih....
Kalau kita melihat kasus Tanjung Balai, dimana dikatakan seorang warga yang kebetulan non muslim mengamuk ke pengurus mesjid akibat suara speaker yang terlalu keras, harus juga ditelaah apakah memang mesjid tadi hanya mengumandangkan adzan saja ? Atau sama seperti mesjid depan rumah saya, dimana semua kegiatan terpancar keluar ?