Mohon tunggu...
iif rahmat fauzi
iif rahmat fauzi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

abankz iif dari betawi.. nak keenem dari tujuh bsodare.. perawak kurus tapi ati lurus.. tidak tampan cukup idaman.. baik hati nan bependiri.. banyak banyol bukan konyol.. siap statis suka dnamis.. hobi nulis dikit kritis.. lisan diam mnuju faham.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kalau Saja Sang Saka Mampu Bicara

18 Agustus 2010   02:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:56 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Meski hanya sekedar menonton lewat layar kaca, upacara peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-65 di Istana MerdekaJakarta seperti menyeretku ke dalam khidmatnya suasana. Derap langkah parapaskibraka yang merupakan putera-puteri terbaik bangsa membuatku berandai "kalausaja aku bisa menjadi bagian dari mereka".

Mataku pun berkaca melihat sang saka berkibar dengan eloknya teriring lantunan indahnya lagu Indonesia Raya. Namun gemuruh hati kala menyaksikan merah putih menuju puncaknya membuatku bertanya "Seperti itukah Indonesiaku tercinta??"

Terhitung sudah 65 tahun bangsa ini merdeka. Merdeka dari penjajahan bangsa asing dunia. Merdeka dari penjajahan fisik bangsa penjajah pembawa murka. Tapi sadarkah kita bahwa bukan ini kemerdekaan yang sesungguhnya??

Rasanyanya sudah tidak asing lagi kalau kemudian muncul opini bangsa bahwa pada hakikatnya Indonesia belum sepenuhnya merdeka. Merdeka dari ketergatungan bangsa-bangsa lain di dunia, merdeka dari perang pemikiran dengan bangsa lain di dunia, merdeka dari sikap mental bangsa yang secara nyata justru menjajah kemerdekaan Indonesia.

Ya, "Merdeka dari sikap mental bangsa yang secara nyata justru menjajah kemerdekaan Indonesia". Inilah yang patut kita sadari bersama. Sudah tak terhitung lagi rasanya bukti penjajahan yang dilakukan oleh bangsa sendiri di Indonesia. Berapa banyak kasus korupsi yang menjajah Indonesia dengan berbagai macam motif dan jenisnya, berapa banyak kasus pembajakan karya putera-puteri terbaik bangsa kita yang menjajah Indonesia, berapa banyak kasus pornografiyang meracuni mental anak-anak bangsa dan menjajah tunas muda Indonesia. Entah sebarapa tak terhitung lagi jumlahnya.

Rasanya sudah tidak patut lagi dengan mengatasnamakan pengaruh negatifnya globalisasi kita menyalahkan bangsa lain atas kebobrokanbangsa kita. Toh, sudah terbukti bahwa sikap penjajah itu melekat pada sosok bangsa kita sendiri bangsa Indonesia.

Sudahkan kita memerdekakan diri dari sikap-sikap penjajah itu secara nyata??

Kalau saja sang saka mampu berkata, apa yang tepat untuk mengungkapkan Indonesia?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun