Kemarilah siang
Pagi tidak meminta dengan paksaan
Rasa itu sudah ia terbangkan
Sepertinya, bersama ayam yang sayapnya tak henti dikepakan
Pertarungannya dengan malam
Membuat pagi bosan menabuh genderang
Menyulut api pertempuran tak akan dilakukan
Senyum siang begitu teduh untuk ditaklukan
Sememohon itukah pagi menunggu terang?
Bukankah sejuk terlalu sayang untuk dibuang?
Bukankah hangat terlalu manis untuk dilepas genggam?
Sudahlah, pagi tidak mungkin menyalahkan siang
Menunggu adalah jawaban
Tak mungkin pagi menyalahkan Tuhan
Bukankah Tuhan Maha penyayang?
Aku rela menjadi pagi yang tak pernah bosan menunggu siang...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H