Saya yakin dari zaman nenek moyang fenomena dan isu yg sama sudah terjadi, yaitu para pasangan yang sedang dimabuk cinta terkadang jatuh pada “MBA”/”hamil” diluar nikah, perjodohan sehingga merusak hubungan yang ada, tidak mendapat restu ortu sehingga nekat melakukan tindakan ekstrim. Berangkat dari kisah cinta yang terkadang tidak semulus kisah dongeng yang berakhir happy ending, maka banyak pasangan yang jatuh pada jalan pintas dan tidak menghargai dirinya sendiri sebagai manusia yang berharga. Dari pengalaman orang-orang sekitar, wujud tidak menghargai dirinya selalu jatuhnya pada kesalahan (dosa) yang sama yaitu SEX.
Saya merasa prihatin dengan fenomena ini, karena ketika saya duduk di bangku sekolah SMP memiliki pengalaman orang terdekat yang mengalami fenomena diatas. ketika SMA, saya melihat anak SMP sudah hamil. Ketika kuliah di Yogya, ada pola pacaran yang terbiasa melakukan sex bebas. Saya melihat dan mendengarkan beberapa ungkapan hati/dinamika mereka sebagai orang yang jatuh dan akan semakin jatuh ketika orang sekitarnya hanya bisa “menghakimi”/”menyalahkan”/ “menghukum” secara sosial.
Saya tahu, saya tidak mampu melarang orang lain untuk tidak menghakimi, jangan-jangan saya pun balik menghakimi mereka jika melarang, saya dan mereka akan sama saja. Toh, ketika kita menghakimi maka kita tidak akan mampu mendengarkan perasaan orang lain atau menolong mereka untuk “pulang”. Pulang untuk menghargai dan mengasihi dirinya, karena ia tidak akan mampu mengasihi orang lain ketika dirinya sendiri pun masih krisis kasih dengan membenci diri dan nasibnya. Dengan kesadaran ketidakmampuan ini, maka yang bisa saya lakukan menyadarkan mereka yang belum jatuh. Harapannya akan terpancar kebahagiaan dengan mulai menghargai diri sejak dini (remaja).
Hai teman-teman, generasi muda..
Jangan sangkal bahwa ada SEX diantara aku dan kamu... Sadari lah, syukuri lah, tapi bukan nodai lah.... Yaaa,, sebuah kewajaran bagi pasangan ada gejolak hasrat ketika sedang jalan berdua dan ingin melakukan sesuatu yang spesial. Namun tidak wajar, ketika kita tidak menghargai diri dan pasangan kita dengan hubungan sex (making love) yang belum waktunya, belum syah dan parahnya berganti-ganti pacaran dan melakukan hal yg sama maka semakin banyak yang tersakiti/ternodai. Saya pacaran 7 tahun 4 Bulan dengan pria yg sekarang sudah menjadi suami, kami menyadari bahwa gejolak-gejolak hasrat sex itu ada namun berhubungan sex menjadi sesuatu yang sangat kami jaga agar tidak dilakukan. artinya, kami berpikir dan memaknai bahwa hubungan sex merupakan sebuah kebahagiaan yang dapat dilakukan ketika Tuhan sudah mensyahkan hubungan kami. Tentu dengan pemahaman itu saja tidak cukup, karena rasa takut akan Tuhan itu kunci untuk mengendalikan diri. Rasa itu muncul ketika kita masih memiliki rasa takut akan sesuatu dan dikelilingi orang yang mengingatkan kita untuk pacaran sehat. Jika 2 hal itu tidak ada lagi maka itu yang bahaya dan perlu disadarkan dalam diri kita.
Jangan sangkal bahwa ada SEX diantara aku dan kamu... Sadari lah, syukuri lah, tapi bukan nodai lah.... Ada teman-teman yang melakukan sex bebas dengan tujuan beragam-agam seperti hamil (MBA) agar keluarga yang tadinya tidak setuju menjadi setuju, agar dicintai oleh pasangan, sekedar coba-coba/have fun, dll (yang mungkin saya tidak tahu). Banyak alasan yang menggoda kita untuk menodai anugrah SEX tapi ada 1 alasan mutlak dan pasti untuk mensyukuri anugrah SEX yaitu, “KAMU terlalu BERHARGA” untuk dinodai dengan rasa bersalah, rasa berdosa, rasa diperalat dan perasaan negatif lainnya yang muncul karena sex bebas.
Hai teman-teman, generasi muda..
sebentar lagi euforia / perayaan Valentine tiba dan terlepas dari haram atau tidak haram, toh tetap banyak yang merayakan... Dalam rangka edisi hari kasih sayang ini, maknai ulang hubungan kasih antara kamu dan dia dan perbaiki yang bisa diperbaiki untuk kebahagianmu dan dirinya..
Lakukan hal-hal dibawah ini sebagai wujud kesadaran dan penyadaran bahwa ada “SEX” diantara aku dan kamu..
Ingatkan lah temanmu ketika cara pacarannya sudah terlewat batas
berani lah menyangkal diri/mengatakan tidak untuk pasangan dan dirimu sendiri ketika tergoda untuk melakukan sex bebas