"Rumah Tengah Sawah", begitu nama villanya. Kedengarannya familiar tapi tidak lazim. Bagi orang kampung seperti saya, rumah di tengah sawah hanyalah tempat istirahat usai bekerja. Tidak istimewa, hanya terbuat dari papan non olah dan desain. Berbentuk rumah panggung, berukuran paling luas, 2x3 meter. Umumnya, rumah tengah sawah bukan rumah layak huni.
Berbeda dengan sebuah villa "Rumah Tengah Sawah" yang terletak di Malino-Gowa Sulawesi Selatan. Namanya, tidak lazim dan unik untuk ukuran destinasi wisata di Indonesia. Saya searching di google, tidak ada satu pun nama villa yang serupa. Alhasil, jika anda menulis frase "rumah tengah sawah" di searching google, hanya akan muncul informasi atau berita tentang villa tersebut.
Villa "Rumah Tengah Sawah" adalah salah satu destinasi wisata terbaru. Beroperasi dan dibuka untuk umum sejak November 2020 - baru setahun ini. Villa rumah tengah sawah ini serupa penginapan atau resort dengan gaya ala ala pulau dewata Bali (begitu kata pengelolanya). Terdapat tujuh gugusan villa dengan desain artistik modern dengan paduan alam. Terlihat elegan tapi sangat alami.
Seperti namanya, villa ini berada di tengah hamparan sawah dengan panorama eksotik. Lanscape sawah berpetak, luas dan berjenjang tak ubahnya seperti tangga besar berkelok. Bukan itu saja, lembah, lereng dan pegunungan Bawakareang dan Lompobattang menyempurnakan pesona alam dari kejauhan. Pesona alam ini dapat dinikmati sambil menyerumput secangkir kopi di teras-teras villa ini.
Gugusan villa sendiri dibangun di atas puncak lereng bukit. Bangunannya cukup modern dengan fasilitas lengkap beserta interiornya yang menarik. Area villa tertata rapi dengan pengayaan bunga dan pepohonan memberi kesan alami. Kolam renang bersusun yang berhadapan langsung dengan hamparan sawah akan memberi sesansi eksotik saat berendam atau berenang di kolam tersebut.
Bagi anda yang menginap, akan menikmati suguhan sarapan pagi dengan menu beragam nan nikmat. Tersedia aneka macam kopi bagi penikmatnya. Sepertinya kopi-kopi terbaik nusantara tersedia di sini. Kata teman saya yang pencandu kopi, racikan kopinya sangat istimewa. Harganya ratusan ribu per kilogram dan berkualitas ekspor katanya.Â
Selain itu, menu nasi goreng beras merah, sayuran segar, penganan kue dan roti, buah dan salad buahnya memberi kepuasan sendiri bagi para pencintanya.
Ada yang berbeda. Pemilik villa ini ternyata bukan orang Malino, Makassar, atau orang Bugis. Pemiliknya adalah orang bule asal Belanda. Kami tidak tahu persis apakah sudah WNI atau masih WNA. Tapi konon suaminya orang Medan dan muslim. (Mungkin karena itu, mereka memiliki lahan dan usaha di Malino). Kagumnya kami, si bule sang pemilik juga menjadi pengelola villa. Bahkan terlibat langsung melayani kami saat sarapan.