Mohon tunggu...
kawan kolektif
kawan kolektif Mohon Tunggu... -

aku akan menghakimi semua manusia dengan apa yang aku baca, lalu memaafkan mereka semua dengan apa yang aku tulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pendidikan Sebagai Paradigma Pembebasan

25 Mei 2017   23:13 Diperbarui: 25 Mei 2017   23:47 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

PENDIDIKAN SEBAGAI PARADIGMA PEMBEBASAN

Ing Ngarso Sun Tulodo Ing Madyo Mbangun Karso Tut Wuri Handayani, sebuah semboyan yang tidak asing lagi di telinga dari dulu hingga sekarang. Semboyan dari sang pelopor pendidikan bagi kaum pribumi saat zaman kolonial belanda yaitu KI Hajar Dewantara dengan spiritnya untuk memberikan pembebasan, bukan hanya pembebasan melawan kebodohan saja tapi pembebasan melawan penindasan serta memberikan penegasan bahwa harakat kemanusiaan juga adalah hal yang wajib di junjung tinggi. Di tengah keseriusanya mencurahkan perhatianya dalam rana pendidikan, ia jua tetap rajin menulis yang beralih pada nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Cerminan di atas dari sang pelopor pendidikan di indonesia ini sudah menjadi cerminan bahwa hakekatnya pendidikan sebagai paradigma pembebasan dan sebagai alat perlawanan.

Bila di tarik konteks Substansi pemikiran Paulo Freire yang terletak pada pandangan manusia dan dunianya yang di tuangkan dalam pendidikan pembebasan. Pembebasan yang di maksud adalah sebuah transformasi nilai dan sistem yang saling terkait dan kompleks serta reformasi dari individu yang berusaha mereduksi konsekwensi-konsekwensi negatif pada dirinya. Berbicara langkah awal untuk melakukan pendidikan pembebasan melalui penyadaran yang inherent dan merupakan inti atau hakekat dari proses pendidikan itu sendiri. Untuk mewujudkan pendidikan pembebasan hendaknya kita menegasikan sisi pendidikan yang bersifat deskriptif di gantikan dengan bersifat dialogik-transformatif. Dalam artian deskriptif ini sekedar pendidikan yang apa adanya tanpa melihat hal-hal yang urgent dari pendidikan itu sendiri seperti sisi edukasi, transformasi dll. Sehingga siswa dan mahasiswa sekalipun tidak menggangap bahwa pendidikan itu sebagai hal yang memblangu. Hasil yang di harapkan dari pendidikan kepada sasaran edukasi adalah berkembangnya kualitas berfikir, kualitas pribadi, kualitas sosial, kualitas kemandirian, dan kualitas bermasyarakat.

Pendidikan di indonesia

Konstruk berfikir mengenai pendidikan khusunya di indonesia saat ini serasa tidak mengedepankan sisi edukasi lagi, tidak adanya transformasi nilai nilai pemahaman, kurangnya penanaman moral kepada sasaran edukasi, dll. pendidikan hari ini hanya semata mata menyelesaikan sisi admistratif saja, hanya ingin mengugurkan kewajiban serta pengejaran jam tayang antara pengajar dan pelaja, dan sekedar mencari nilai, mencari ijazah dan gelar saja. Pada awalnya pendidikan menjadi hal yang urgent yang membawa misi pencerahan, pencerdasan dan perubahan sekarang sudah kehilangan orientasinya. Konteks agenda faktualnya pada saat ini dimana masuknya era moderenisasi yang pada hakekatnya bisa memberikan perkembangan dan gerakan yang signifikan dalam sektor pendidikan menjadi kehilangan arah bahkan sudah menina bobokkan urgensi pendidikan. Sehingga tidak di herankan lagi generasi muda bangsa akan buta terhadap kondisi sosialnya, akan lupan peran dan fungsinya, yang mana rasa nasionalisme dan kepeloporanya sudah hilang. Sehingga menjadi pertanyaan besar yaitu dimana peranan dan fungsi pendidikan yang menjadi paradigma pembebasan dan pendidikan menjadi alat perlawanan ?

Melihat kondisi pendidikan yang hari ini semakin mahal, jaminan kerja semakin tidak pasti, dan pandangan masa depan semakin buram, dengan pendidikan yang hanya mengedepankan kebutuhan pasar tanpa melihat tempat belajar atau sekolah-sekolah dan universitas yang menjadi alat produksi untuk mencetak generasi serta mencerdaskan, bukankah hari ini pendidikan manjadi alat penindasan dalam segi pemahama, kebebasan berfikir, kebebasan sosial, dan kebebasan pribadi.

Maka Paulo Freire yang di anggap mesies dunia ketiga berpendapat  mengenai pendidikan menyerupai (guidance) normatif ikhwal kependidikan. Yaitu berupa pendidikan menjadi guru yang baik dan murid yang baik dalam artian tau dan faham akan peran masing masing serta tanggung jawab. Pendidikan yang produktif menyikapi tentang sosio-kultural dan sosio-politik secara kritis dan bisa bermain cantik dalam sebuah sistem dan terus melakukan prubahan. Substansi pemikiran Freir terletak pada pandangan manusia dan dunianya yang di tuangkan dalam dunia pendidikan yang menghasilkan model pendidikan alternatif yang di tawarkan, yaitu model pendidikan yang membelenggu ke model pendidikan yang membebaskan.

Maka menjadi sebuah dasar untuk melakukan perubaha, pendidikanlah substansi yang singnifikan, karena pendidkan menggabungkan tindakan dari rekayasa politik, dan upaya untuk mencari berbagai alternatif yang baru dalam kehidupan. Pendidikan menjadi sebuah ajang untuk menuangkan komitmen yang tinggi kepada pendidik agar terwujudnya sistem politik yang emansipatif dan bukan sekedar memenuhi kebutuhab pedagogis saja. Dalam artian bagai mana pendidikan tidak harus memberikan hal yang mendidik saja tetapi pengasahan daya kritis mengenai hal politik juga sangatlah urgen, karena pendidikan menjadi bagian dari rekayasa politik. Sehingga menjadi sebuah tuntutan kepada pendidik agar bisa merefleksikan dan bersikap kritis, maka ini akan menjadi proyek sosial yang paling mendasar. Pendidikan bukan hanya sekedar pendidikan melawan kebodohan, bukan sebagai alat melawan penindasan tetapi juga harus memperkuat keyakinan masyarakat supaya bisa bertahan dalam rangka mengangkat hakekat kemanusiaan.

Maka yang di butuhkan sekarang adalah adanya pendidikan yang dapat menempatkan manusia di posisi yang sentral dalam setiap perkembangan yang terjadi serta mampu mengendalikan dan mengarahkan perubahan yang terjadi. Pada kondisi objektif saat ini di indonesia menerapkan sistem pendidikan “Gaya Bank” yang mana guru sebagay subjek dan murid sebagai objeknya dengan pola guru terus mentransformasikan pengetahuan pada murid. Pada hakekatnya di mana pendidikan dapat menolong manusia dalam pengembangan sikap kritisnya pada dunia, dengan demikian merubahnya. Pandidikan yang harus memberdayakan kebebasan manusia dari dirinya sendiri dan dunia luar. Karna sejatinya pendidikan adalah proses penyesuaian seseorang dengan lingkunganya dengan bidang sosial maupun iklim politik yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun