Mohon tunggu...
Bang Hafidz
Bang Hafidz Mohon Tunggu... profesional -

Pria yang suka disapa dengan sebutan "Abang" ini, terlibat aktif dalam pengujian beberapa undang-undang sejak tahun 2008 di Mahkamah Konstitusi, diantaranya UU Kepailitan dan PKPU, UU Ketenagakerjaan, UU Jaminan Sosial Tenaga Kerja, UU Sistem Jaminan Sosial Nasional, UU Anggaran Pengeluaran Belanja Negara Perubahan Tahun 2012 dan terakhir UU Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Selain itu, juga turut menjadi tim perumus naskah permohonan dalam pengujian UU Partai Politik, UU Penempatan Tenaga Kerja Indonesia, UU Ketenagalistrikan dan UU Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Melayani, bukan Dilayani Rakyat

19 April 2013   11:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:57 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13663471871886845427

Ajang Pemilihan Umum yang akan di gelar pada tahun 2014, mulai diramaikan dengan pendaftaran kandidat para bakal calon anggota legislatif dari 12 Partai Pengusung dan Independen (perseorangan) ke Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilu. Pendaftaran para bakal caleg ini, dipersyaratkan dengan surat keterangan sehat dari Puskesmas atau Rumah Sakit. Kamis (18/4), sekitar Pukul 10.00 Wib saya telah berada di sebuah rumah sakit daerah di Cengkareng, dengan menggunakan batik sederhana, celana semi jeans biru dan sandal. Berawal dengan bertanya tempat pembuatan surat keterangan sehat kepada petugas rumah sakit yang kebetulan perempuan setengah baya berada di lantai bawah, dengan senyum dia menjawab ada di lantai 6. Sambil membalas senyumnya dengan senyuman juga, saya menjawab "terima kasih" dan bergegas menuju lift. Sesampainya di lantai 6, saya disambut oleh petugas rumah sakit yang menggunakan seragam berwarna hijau muda dan mempertanyakan tujuan saya dengan menebar senyum. Sayapun kembali menanyakan tempat pembuatan surat keterangan sehat, dan dia menyuruh saya untuk ke meja belakang yang telah terlihat oleh saya, dengan melempar senyum saya menuju meja tersebut. Dihadapan meja, telah ada dua orang laki-laki bertubuh subur sedang mengisi formulir, sehingga saya memutuskan untuk duduk di kursi yang ada dipinggiran dinding rumah sakit. Tak lama setelah dua laki-laki itu mengisi formulir, laki-laki itu bertanya kepada petugas rumah sakit yang terlihat cukup ramah dan sabar, "kok dokternya belum ada, ini kan sudah 11 menit", ujar laki-laki itu sambil menunjuk jam tangannya dengan wajah yang sedikit gusar. Petugas rumah sakit menjawab, "iya pak, dokternya sedang rapat dengan direktur rumah sakit". Lalu laki-laki yang satunya lagi berujar, "saya gak punya waktu banyak untuk menunggu, hasil yang sudah ada saja biar saya ambil". Si petugas rumah sakit pun mencoba menerangkan bahwa hasil test kesehatan akan datang bersamaan dengan hasil test yang lain, jadi tidak bisa dipisah-pisahkan. Kedua laki-laki itu sepertinya tak sabar dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit, lalu saya menghampiri petugas rumah sakit dan kedua laki-laki itu, sambil bertanya, "maaf, bagaimana saya bisa mendapatkan surat keterangan sehat". Dengan tetap memasang wajah yang ramah, petugas rumah sakit memberikan saya formulir untuk diisi dan mempersilahkan saya untuk duduk sambil mendengarkan penjelasannya. Kemudian, saya diminta untuk diambil darah dan urinenya di lantai 2, dengan diantar oleh suster. Selama perjalanan ke lantai 2, suster rumah sakit bertanya kepada saya untuk apa surat keterangan sehat. Kemudian saya menjelaskan tujuan saya mendapat surat keterangan sehat sebagai persyaratan pencalonan perseorangan Dewan Perwakilan Daerah. Dengan wajah penasaran suster itu berkata, "sama dong dengan kedua bapak tadi, mereka mau jadi caleg tapi dari partai apa gitu". Saya hanya tersenyum mendengar penjelasan suster tadi, sambil membayangkan, bagaimana jadinya jika kedua bakal caleg tadi telah menjadi wakil rakyat dan diminta oleh rakyat untuk bekerja tepat waktu sambil tetap ramah melayani rakyat, apakah mereka bisa melakukannya? Semoga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun