Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Turki Suntik 200 Milisi Baru ke Idlib, Tentara Rusia Mulai Jatuh Korban

21 Oktober 2015   17:29 Diperbarui: 22 Oktober 2015   07:55 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://cdncms.todayszaman.com/todayszaman/2015/07/30/225110.JPG

Hingga hari ke 20 missi kampanye pemboman Rusia terhadap ISIS sejak 30 September 2015 lalu, Rusia telah melaksanakan 750 kali serangaan udara dari markas besar pangkalan udara Lattakia. Pada hari ke 20 intervensinya untuk pertama sekali 3 orang petempur Rusia tewas dalam pertempuran Selasa 20/10/2015 di front Lattakia tempat berkumpulnya sejumlah petempur dari SAA (tentara Suriah), Pasukan Iran, milisi Hizbollah, ISIS (selanjutnya disebut IS) dan pemberontak non IS.

Hari ini media barat  banyak menurunkan berita tentang tewasnya 3 pasukan Rusia di Suriah. Akan tetapi Menteri pertahanan Rusia telah membantah tewasnya 3 pasukan mereka di Suriah akibat pertempuran dengan kelompok Jihadis. Sumber : presstv.ir. Sementara itu Dubes Rusia di Damascus menyatakan tidak ada informasi pasukan Rusia tewas di Suriah.

Rusia telah melakukan penandandatanganan perjanjian kerjasama dan koordinasi serangan udara dengan AS kemarin (20/10) untuk mengeliminir potensi risiko salah serangan antar pilot AS dan Nato yang dapat terjadi sewaktu-waktu karena salah informasi.

Sehari setelah perjanjian dengan AS tentang koordinasi serangan udara, Rusia semakin leluasa. Pada hari ini saja -beberapa jam lalu- Rabu 21/10/2015, informasi japantoday dalam 24 jam terakhir Rusia melaksankan 60 misi serangan udara ke lokasi al-Nusra bagian timur Provinsi Deir Ezzor dan meledakkan gudang senjata di Idlib. 

Pada serangan 24 jam terakhir 45 orang pejuang dilaporkan tewas termasuk kepala staf FSA, Basul  zamo (kapten dalam SAA) di pesisir Jaba al-Akard Provinsi Latakia. Demikian laporan Rami Abdurrahman kepala perwakilan  Syrian Observatory for Human Rights.

Beberapa media pro Rusia menurunkan artikel tentang peranan Turki menambah kekuatan milisi pemberontak seperti dikutip dari veteranstoday dan farsnews menuding Turki diduga telah memasukkan 200 petempur (milisi) Ahrar al-Sham dari kelompok yang akan memperkuat Fornt al-Nusra di Idlib. Jarak antara Lattakia ke Idlib (ibukota provinsi Idlib) hanya 124 km tak sampai 1 jam perjalanan dengan kendaraan.Diantara 200 petempur Ahrar al-Sham tenaga baru tersebut hanya 13 orang saja yang berasal dari negara Arab, selebihnya adalah non arab yang mungkin berasal dari berbagai negara diluar Arab, termasuk Turki sendiri.

Ahrar al-Sham adalah salah satu grup milisi pemberontak terbaik di Suriah yang berafiliasi dengan Jabhat al-Nusra yang juga berkaitan dengan al-Qaeda . Grup yang dilatih AS (CIA) di Turki atas dukungan dana Qatar dan Saudi Arabia ini dibentuk pada pertama sekali pada Desember 2011 dengan nama Harakat Ahrar al-Sham al-Islamiyya berkekuatan 10.000 personil. Barlulah pada 31 Januari 2013 dinamakan  Ahrar al-Sham yang diperkirakan mempunyai kekuatan hingga 15.000 personil.

Sejak 2014 lalu sampai kini Ahrar al-Sham dipimpin oleh Abu Yahia al-Hamawi dengan idiologi Sunni Salafi. Salah satu donatur penting grup Ahrar al-Sham adalah Sheikh Hajjaj al-Ajam dari Qatar. Menurut National Inteligence, Ahrar al-Sham adalah salah satu grup pemberontak paling efektif di Suriah. Sumber : web.stanford.

Mengapa Turki mendanai, melatih, mempersenjatai serta memfasilitasi  Ahrar al-Sham salah satu grup paling berpengaruh di Suriah daripada membantu  FSA, padahal anggota Ahrar al-Sham banyak milisi asing? Sampai kini belum jelas betul apa alasan dibalik strategi Turki tersebut. Yang jelas Turki kurang tertarik memfasilitasi FSA yang murni bertujuan menggulingkan Assad tapi kurang militan dan kurang kompak organisasinya hingga terkesan terceri berai dalam pergolakan dan persaingan revolusi di Suriah.

Berikut beberapa keterangan milisi asing yang pernah berjuang untuk Ahrar al-Sham. Mereka adalah Shaam dan Ibrahim, dua dari ratusan orang Inggris yang berpihak kubu pemberontak. Shaam asal  Midlands, Inggris bergabung dengan milisi Ahrar al Sham di Idlib pada 2013 setelah melihat aksi pemboman rezim Suriah terhadap pemberontak tapi menelan korban jiwa anak-anak Suriah.

Sementara itu, Ibrahim (asal London bagian utara) sama-sama memilih menjadi bagian dari Ahrar al Sham dengan alasan hampir sama yakni karena merasa terpanggil membantu perjuangan rakyat Suriah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun