Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Target Hidup Mati Hillary: Wanita Paling Beruntung di Planet Bumi

18 April 2015   03:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:58 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : http://cdn.thewire.com/media/img/upload/wire/2014/01/24/clinton_spheres/lead_large.jpg

[caption id="" align="aligncenter" width="629" caption="Sumber : http://cdn.thewire.com/media/img/upload/wire/2014/01/24/clinton_spheres/lead_large.jpg"][/caption]

Analisis tentang mengapa Hillary Rodham Clinton (HRC) kalah pada pemilu presiden AS 2008 sangat banyak ditemukan dalam berbagai pendapat dan tulisan. Aneka pendapat dan pemberitaan penyebab dari masalah teknis hingga non teknis sampai ke masalah pribadi tak luput jadi sorotan kegagalannya pada kampanye presiden pada 2008 lalu.

Menurut penulis, beberapa faktor penyebab kekalahan Wanita yang lembut namun bermental baja dari rival utamanya sesama partai Demokrat saat itu (Barack Obama) yang mungkin jarang terdengar, adalah:

  • Pergantian manajer tim sukses (timses) dari Patti Soilis Doile pada Februari 2008 kepada Margaretha "Maggie" An William saat sosialisasi sedang mencapai titik kulminasi adalah salah satu hal yang mempengaruhi sistem dan skema perencanaan yang telah matang menjadi mentah kembali.
  • Kelelahan fisik sebagian timses akibat tekanan psikis terhadap aneka target dengan kecepatan serta ketepatan waktu yang padat telah diterapkan HRC terhadap seluruh pegawai timsesnya. Kondisi ini membuat sebagian besar staf merasa depresi. Meski manajer telah berganti namun kesalah pahaman dan pertengkaran senantiasa menghiasi kubu internal Hillary.
  • Sikap emosional menjurus kasar dan beroma kekanakan yang dilontarkan HRC terhadap rival utamanya pada beberapa kampanyenya sedikit tidaknya menurunkan citranya sendiri. Akibatnya nilai dan simpati warga AS secara diam-diam mendiskreditkan kedewasaannya. Warga AS meragukan kemurnian negarawan HRC  akan mampu mengelola AS sebagai negara besar dan berpengaruh di dunia.
  • Kurang perhatiannya kubu HRC menggunakan sejumlah lembaga analisis eletronik dan survei serta media sosial -sebagaimana menjadi mesin andalan Obama- membuatnya kurang menyentuh warganya sendiri sehingga dianggap kurang dekat atau kurang merakyat.

Sesuai dengan fakta, pada akhirnya pemilihan kandidat presiden dari Demokrat saat itu menentukan Obama yang pantas maju sebagai calon dari Demokrat.

Pada Democratic Primaries tahun 2008, Senator Hillary Clinton menyerah ketika jelas bahwa Barack Obama menguasai mayoritas suara delegasi. Lelah dan kecewa teramat berat, HRC (terpaksa) harus mengucapkan selamat berjuang pada Obama dan menguburkan dalam dalam impiannya ibu negara yang menjadi kepala negara AS pertama sekali dalam sejarah Amerika Serika, paling tidak untuk sementara waktu.

Tujuh tahun telah berlalu. Waktu yang panjang itu bukan sesuatu yang lama untuk ukuran HRC. Selain sibuk dengan tugasnya sebagai Menlu AS dan mengurusi Clinton Fondation serta aneka pernak-pernik ceramah dan kuliah, ia juga menyiapkan tim suksesnya lebih awal agar benar-benar siap tempur untuk kesempatan terakhir kalinya.

Masalah fianansial bukanlah sesuatu yang rumit bagi HRC yang menurut berbagai info menjadi salah satu orang terkaya di AS ini. Jika melihat dana kampanye HRC pada 2008 lalu tidak kurang 213 juta dollar AS menyokong pergerakan kampanye wanita besi satu  milik AS yang satu ini.

Meski angka sesungguhnya penerimaan dana kampanye 2008 HRC sampai kini masih simpang siur -sekadar membantu- mari kita merujuk pada dua  SUMBER yaitu The New York Times edisi 22 Februari 2008 dan data eletronik yang diterbitkan oleh Federal Election Commission  pada 11 Maret 2013 kita memperoleh angka yang mengejutkan.

Menurut New York Times, total uang masuk (All Receipt) mencapai 118 juta US dollar. Sedangkan total pengeluaran atau uang keluar (All Disbursement) mencapai 106 juta US dollar. Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Fundraising

Jika mengacu pada sumber yang dibeberkan sebuah lembaga pemantau politik AS yang mreka kutip dari data eletronik diterbitkan oleh Federal Election Commission   HRC telah mengeluarkan dana sebesar 213 juta US dollar (setara dengan saat ini 2,77 triliun). angka sebagaimana disebut di atas. Sumber : http://www.opensecrets.org

Mungkin tidak terlalu penting mana yang paling benar dari kedua sumber informasi di atas. Kenyataannya HRC mempunyai dukungan dan dana berlimpah dari donatur kelompok wanita yang mencapai 52%  mengalahkan jumlah donatur pria (48%). HRC juga mendapat sokongan sejumlah donatur kakap dari dalam dan luar negeri. Belum lagi dari donatur pendukung fanatik HRC sendiri dari dalam negeri membuatnya memperoleh dana berlimpah meski ia mengaku meninggalkan hutang untuk membayar dana kampanyenya sebelum dipilih sebagai Menlu AS.

Pengalaman pahit sekaligus menjadi pelajaran berharga di atas telah berlalu. Kini HRC lebih siap dan sigap untuk 2016 pada kesempatan hidup matinya kali ini. Jika tidak sekarang Hillary yang kini menjelang usia 68 tahun akan mengubur dalam-dalam impiannya mungkin sampai selamanya jika ternyata harus kandas untuk ke dua kalinya. Namun jika ia mampu belajar dari pengalaman secara teoritis hal tersebut dapat mengobati kegagalan pada masa lalunya.

Bagaimana HRC yang elitis, liberalis, pendukung aborsi, pendukung pernikahan sesama jenis di depan umum, pendukung hukuman mati dan trengginas dalam dunia politik tak akan pernah merasa kalah dari lelaki manapun soal kemampuan dan kecerdasan terutama dalam bidang kenegaraan mempersiapkan dirinya untuk bertarung di Pilpres 2016?

HRC telah melakukan persiapan matang untuk kesempatan ke duanya, Pada 12 April 2015 ia telah mengumumkan secara resmi keikut sertaannya dalam bursa capres AS 2016. Selain itu ia telah memberntuk tim sukses yang dinilai lebih tangguh dari sebelumnya termasuk menetapkan manager pria yakni Roobby Mook dan sederet jagoan berbagai disiplin ilmu lainnya.

Tema dan Logo kampanyenya pun telah disiapkan dengan matang. Jika dahulu bertema "Hillary for Presdient" kini menjadi Hillary for Amerika. Logo 2016 pun lebih simpel dari logo 2008. Sekilas terlihat berkarakter (huruf) "H" dengan tanda panah ke arah kanan. Jika disimak secara seksama, pesan sesungguhnya dari logo ber huruf H tersebut adalah dua balok berdiri tegak yang sama besar dan tebal yang bermakna kali keduanya berjuang. Tanda panah ke kanan  tanpa ada simbol apapun di hadapannya bermakna mencapai ke tujuan alias berhasil.

Tidak cukup sampai di situ, Hillary kabarnya akan habis-habisan dalam pendanaan. Ia dan timsesnya akan berusaha menyiapkan anggaran kampanye lebih berlimpah, mencapai 200 juta US dolar dan tentu saja akan mendayagunakan peranan elemen media sosial dan elektronik untuk bersentuhan lebih intensif dengan pendukungnya.

Dia juga menggunakan jagoan komunikasi mantan direktur Komunikasi Gedung Putih, Jennifer Palmieri yang telah malang melintang melakukan lobi komunikasi dan pencitraan beberapa petinggi AS misalnya pernah menjadi tim ahli komunikasi pada kampanye Obama pada 2007 - 2008. Ia juga pernah menjabat sebagai direktur komunikasi Obama di Gedung Putih periode pertama Obama menjabat Presiden AS yang digantikan Jen Psaki pada 1 April 2015 lalu.

Beberapa sikap HRC yang dahulu dinilai berkarakter antagonis pasti akan diperbaiki .Masukan dari orang terdekatnya terutama Om Billy dan putrinya Chelsea serta manajer timses tentu telah melihat kelemahan pada masa lalu HRC.

Dukungan dari teman sepertai juga tak kalah hebat, Meski Hillary bukanlah satu-satunya calon presiden dari Demokrat (ada Joe Bidden Wapres saat ini disana, Barnie Sanders senator senior dari Vermont, Martin O' Malley Gubernur Marryland dan deretan kandidat potensial lainnya).

Gentarkah pesaing dari sesama partai Demokrat apalagi dari partai lawan abadi Republik melihat kebangkitan wanita besi HRC demikian dahsyatnya?

Beberapa hal yang mengganjal HRC pasti ada. Dari sesama kubu Demokrat tantangan terberat adalah dari Joe Bidden Wapres AS saat ini. Ia mendapat sokongan dari Obama. Obama secara implisit lebih memihak Joe Bidden bukan karena wapresnya sangat kooperatif dalam mendukungnya menjadi presiden saat ini, melainkan Joe Bidden dinilai telah berpengalaman dan mengetahui banyak hal tentang AS.

Perseteruan klasik dan perang urat syaraf (mirip SBY -Mega) antara Obama dan Menlu Hillary tidak saja terjadi saat kampanye prisiden 2006 lalu, melainkan berlanjut saat Hillary menjabat sebagai Menlu. Obama lebih banyak mengalah dan tertekan melihat betapa trengginasnya wanita satu ini. Obama memanfaatkan tragedi Benghazii, Libya saat ratusan pengunjuk rasa menyerang kedutaan besar AS dan menewaskan dubes AS bersama selusin petugas dan staf kedutaan besar AS di sana. Obama memberbehentikan Hellary dan membuat luka yang hampir sembuh di hati Hillary seperti tersayat kembali rasanya.

Dari kubu Republik, kebangkitan HRC meski tidak memperlihatkan kepanikan tapi menyimpan sandungan hebat di dalamnya. Kubu Republik telah melihat betapa lemahnya calon Demokrat kali ini terutama tentang Hillary Clinton.

Isue Servergate kini menjadi obyek sorotan di mana-mana. Ketua DPR AS, John Boehner termasuk menyiorot hal tersebut. Ia menyampaikan pendapatnya saat diwawancarai oleh Fox Business Network pekan lalu, bahwa Hillary melanggar hukum saat menjadi Menlu AS selama dua tahun.

Hillary menggunakan server dan email dinas Menlu menjadi email dan server pribadi. Sebanyak 30 ribu email (dari 55 ribu email) telah dikembalikan ke Adminstrasi Negara dan Adminstrasi Rekord (NARA) pada Desember 2014 atau dua tahun setelah berhenti menjabat sebagai Menlu AS. SIkap ini memicu kecurigaan di kalangan warga AS bahwa ada sesuatu yang disembunyikan Hillary.

Ketidak jelasan pertanggung jawaban penggunaan dana kampanye Hillary pada 2008 lalu ikut berperan besar menghambat laju HRC. Sampai kini tidak ditemukan berapa angka pasti pengeluaran dana kampanyenya meski publik mendapat informasi perolehan dana kampanye. HRC mengakui bahwa ia rugi dan terbelit hutang kampanye. Ia akhirnya membayar sendiri sisa hutang kampanyenya dari koceknya dan membuka sumbangan online pada 14 Mei 2010.

Menurut informasi, Hillary menanggung hutang  sebesar 771 ribu dolar AS. Utang itu untuk membayar jasa koleganya antara lain perusahaan riset dan konsultan Penn, Schoen, Berland dan lain-lain.

Tantangan HRC lainnya tak kalah berat adalah, mencuat kembali Whitewater Gate, di mana ia berinvestasi pada proyek real estat Whitewater. Morgan Guaranty Savings and Loan sebuah Bank yang membiyai protej tersebut gagal,

Whitewater kemudian menjadi subyek sidang kongres dan investigasi pengacara independen. Perusahaan tersebut akhirnya gagal dan dinyatakan bangkrut, Negara Federal dirugikan sebesar 73 juta dolar AS.

Sampai kini kebenaran bangkutnya bank tersebut menimbulkan spekulasi besar di AS di mana Hillary terlibat didalamnya sebagai investor perusahaan yang dibiayai Bank tersebut. Istilah atas skandal Whitewater Gate pun bisa dipelintir oleh tim komunikasi tertentu menjadi Whitewater Controversy.

Faktor lainnya yang tak kalah menarik adalah dari sisi uisa. Meski usia bukan satu-satunya jaminan kegagalan akan tetapi erat kaitannya dengan daya tahan dan kekuatan tubuh dan jiwa setiap makhluk hidup terutama manusia. Usia Hillary saat ini  hampir 70 tahun. Jika sukses menjabat presiden AS pengganti Obama 2016 nanti performanya kelihatan tidaklah prima lagi.

Kelihatannya, Om Billy dan putrinya Chelsea memandang semangat Hillary ingin tampil berjuang sampai titik darah penghabisan ini lebih sebagai sebuah kekaguman pada demokrasi disamping sebagai sebuah keprihatinan mendalam. Untuk ambisinya, Hillary tidak dapat dibendung oleh pria manapun bahkan oleh suaminya sendiri, Bill Clinton.

Untuk kapasitas dan kelas seorang HRC mungkin sejumlah issue dan tantangan di atas merupakan hal biasa baginya. Buktinya sejumlah kasus yang disebut di atas tak mampu menggoyahkan dirinya apalagi berurusan dengan penyidik dan penegak hukum federal. Jangankan dihukum, prosesnya pun tidak akan mudah terungkap meski AS memiliki jagoan badan investigasi bertaraf dunia. Hillary tetap berseri (sumringah) sampai saat ini.

Olivia, seorang peramal terkenal AS seperti dikutip dari situsnya di http://www.astrologybyolivia.com/ mempunyai keyakinan, suatu hari Hillary akan menjadi presiden AS. Ia akhirnya akan menggapai cita-citanya, katanya dalam tulisannya pada ramalan tentang Hillary jauh setelah Hillary gagal pada 2008 lalu.

Apa yang akan terjadi? Segala sesuatu masih sangat panjang dan banyak kemungkinan bisa terjadi. Termasuk kemungkinan Hillary justru menjadi wanita paling beruntung di planet kita abad ini. Selain menjadi presiden AS pertama wanita, ia juga meraih predikat sebagai ibu negara yang menjadi presiden AS.

Tanpa kita harapkan, jikapun Hillary ternyata kalah kembali pada sesi ke duanya 2016 nanti, ia akan tetap tersenyum sambil "membawa" pergi sejuta impiannya. Diantaranya, misalnya gagal  menjadi satu satunya ibu negara yang menjadi kepala negara AS, negara paling bergengsi di dunia. Jika itu terjadi berarti gagal juga menjadi wanita pertama AS yang menjadi Presiden di negeri Paman Sam.

Salam Kompasiana

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun