Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pesan Penguasa Kinabalu, Beretika kepada Alam

8 Juni 2015   08:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:17 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagaimana diketahui bersama, telah terjadi peristiwa gempa bumi di sekitar gunung Kinabalu yang berada di pulau Kalimantan pada Jumat sore (5/6/2015) berkekuatan 6 skala Richter berdampak terjadinya gempa di sekitar Sabah, Malaysia..

Beberapa catatan atas peristiwa gempa yang memicu terjadinya longsor di mana-mana sekitar Kinabalu tersebut sampai saat ini -berdasarkan informasi terkini dari MailOnline, 6/6/2015 pukul 19.00-  adalah sebagai berikut :

  • 13 orang pendaki telah ditemukan tewas, salah satunya mahasiswa berusia 12 tahun dari Singapore.
  • Dari 137 pendaki yang terjebak,(termasuk 5 pendaki warga AS) telah diselamatkan oleh 60 petugas pertolongan menggunakan empat helikopter dari jawatan pertolongan,
  • Petugas penyelamat dan tentara Malaysia sedang mencari 17 orang lainnya yang belum ditemukan termasuk 11 warga asing
  • Diperkirakan 19 orang tewas karena masih belum ditemukan.
  • Setelah gempa besar, terlah terjadi 3 kali gempa susulan berkekuatan kecil sampai 6/6/2015 pukul 23.13 waktu setempat.
  • Salah satu sisi puncak gunung Kinabalu disebut "Telinga Keledai" telah ambruk akibat longsor berat.

Meski persoalan gempa bumi adalah peristiwa yang lazim terjadi di mana-mana dan jatuhnya korban jiwa dari bencana alam dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, namun peristiwa gempa bumi di Kalimantan -lebih-lebih lagi di gunung Kinabalu- adalah peristiwa langka meski tidak tepat disebut sebagai keanehan.

Langka karena sebagaimana diketahu, pulau Kalimantan nyaris tidak mengenal gempa besar selain yang terjadi di Singkawang pada 24 Agustus 2011 lalu. Gempa berkekuatan 4,4 SR terjadi  akibat hal-hal yang berkaitan dengan masalah geologis.

sebelumnya dalam catatan the United States Geological Survey (USGS) pernah terjadi gempa 5,8 SR di Lahat Indatu pada 1976 lalu tapi tidak mengalami kerusakan berarti dan merenggut korban jiwa..

Sesudah peristiwa gempa Singkawang atau sesudah gempa Lahat Indatu di Kalimantan yang memiliki permukaan luas itu lebih stabil dan masih sanggup menahan pergeseran lempengan bumi yang berada diantara Asia dan Australia belum pernah terdengar kejadian gempa..

Pada saat gempa bumi besar  di Samudera Hindia berskala 9 skala richter pada  24 Desember 2014 lalu yang memicu tsunami dari Srilangka, Aceh hingga Thailand, gempa tersebut tidak terasa di Kalimantan. Jadi pulau Kalimantan menurut ahli gempa  adalah pulau yang tahan gempa, paling tidak hingga saat ini, seperti pendapat Ketua Umum Ikatan Ahli Geologi Indonesia Rovicky Dwi Putrohari beberapa waktu lalu, Pulau teraman dari gempa di Indonesia saat ini adalah pulau Kalimantan. “Kalau tidak mau kena gempa, di Kalimantan saja,” katanya

Jadi sesungguhnya gempa di Kalimantan tidak mustahil bisa terjadi seperti kasus di Singkawang 2011 lalu di susul gempa di sekitar gnung Kinabalu yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Oleh karena belum pernah merasakan atau terjadi gempa di gunung Kinabalu dengan ketinggian mencapai 4,095 meter (13,435 ft)  maka analisa dari sudut ilmiah pun bermunculan berbagai macam penyebabnya, antara lain adalah :

Dadi sudut pandang ilmiah, gempa Kinabalu terjadi akibat posisi Malaysia sebagaimana sejumlah negara lain di jalur api vulkanis akibat aktifitas gunung berapi di jalur cincin api tersebut. Gempa Kinabalu terjadi di bawah permukaan tanah pada kedalaman 10 km di bawah gunung tersebut menurut pendapat  profesor Dhaka University professor of geology Prof Dr Aftab Alam Khan.

Sementara itu dari sisi lainnya (Mistis fan Gaib) tak kalah seru. Propaganda berbau mistis pun ikut memberi alasan mengapa gempa di gunung Kibabalu itu terjadi.

Disebutkan bahwa 5 hari sebelum peristiwa itu terjadi (30/5/2015), sepuluh orang pendaki asal Jerman, Kanda dan Belanda sedang bersukaria di atas permukaan salah satu puncak Kinabalu sedang berpesta pora. Mereka bertelanjang dada dan maaf wanita menggunakan bra dan pria bahkan ada yang hanya memakaii celana dalam saja.

Pengawas setempat telah memperingatkan mereka agar tidak bersikap seperti itu karena tempat itu termasuk katagori gaib. Bukannya memperbaiki kesalahannya ke 10 pendaki warga asing itu malah menertawai direktur taman wisata yang bertugas menjaga keamanan dan lingkungan di sekitar lokasi tersebut.

Sebelumnya diberitakan, meskipun sudah diminta oleh Direktur Sabah Park Datuk Jamili Nais untuk menghentikan perbuatannya, turis-turis tersebut menolak mentah-mentah dan malahan menyoraki Datuk Jamili. Sumber : http://internasional.kompas.com/6/juni/2015

Sebagaimana diketahui gunung Kinabalu termaskuk salah satu tempat yang disucikan dalam kultus dan budaya warga setempat. Sejumlah foto telanjang daa sepuluh turis asing (30/5/2015) telah mengundang kontroversi kecaman penduduk Sabah.

Tak heran salah satu wakil Menteri urusan Sabah Malaysia, Joeph Pairin Kitingan ikut geram melihat kondisi tersebut. Mereka (10 orang asing itu) tidak memiliki rasa hormat terhadap gunung suci tersebut sehingga berdampak demikian," katanya menyalahkan salah satu sebab peristiwa itu terjadi. Ia juga mengancam akan mempolisikan mereka yang telah melanggar adat istiadat setempat.

Sementara itu pihak kepolisian setempat menyatakan, lima dari sepuluh wisatawan yang dituduh tidak senonoh tesebut telah ditahan untuk dimintai keterangan dan mungkin hukuman atas perbuatan mereka yang melakukan tindakan tidak senonoh ditempat suci dalam wilayah Malaysia.

Begitulah cara Malaysia menjaga terotorialnya. Wisatawan dan industri wisata memang strategis menggerakkan perekomomian dan memberi masukan (income) pada negara, akan tetapi jika budaya setempat dilanggar -apalagi menimbulkan keresahan publik, bahkan bencana- tindakan aturan yang jelas dan nyata akan diterapkan bagi siapapun.

Mungkin tindakan pejabat Malaysia itu  kelihatannya berliebihan tetapi itu penting. Meski hanya bertujuan untuk shock teraphy saja tetapi dampak psikologisnya akan sampai kemana-mana. mengingatkan setiap orang ke depannya agar besikap solider terhadap lokasi, budaya dan adat istiadat setempat ketika berada di dalam wilayah Malaysia..

Bagaimana dengan kita? Semoga kita dapat belajar dari Malaysia cara merawat alam dan wisatanya atau jangan-jangan ada yang ingin belajar langsung pada penunggu alamnya, seperti penunggu gunung Kinabalu ini?

Salam Kompasiana

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun