Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perubahan Strategi dalam Perang Suriah

18 Juni 2016   03:24 Diperbarui: 18 Juni 2016   12:21 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The skyline of Aleppo, Syria. (Lorenzo Tugnoli/For The Washington Post)

Pada usianya bulan ke 63, tepatnya sejak Juni 2016 banyak terjadi perubahan strategi dalam pertikaian perang saudara Suriah. Dengan menyimak perubahan strategi dalam konflik tersebut sedikit tidaknya membawa kita mencermati lebih seksama akan seperti apakah masa depan konflik Suriah? Berikut ini beberapa perubahan strategi yang dapat penulis catat, antara lain adalah :

Perubahan sikap Turki terhadap Zona aman

Pelan-pelan Turki menemukan solusi akibat tekanan negara sahabat tentang Zona penyangga atau Buffer Zone-nya. Harapan pada zona aman tersebut mungkin akan mulai dilupakan. Turki mulai menekan ISIS lebih intensif di zona aman yang dibuatnya sendiri di wilayah negara lain.

Pertemuan Menlu Turki dan AS di Brussel, Kamis 16 Juni lalu memang berlangsung tertutup dan rahasia, akan tetapi beredar tema yang mereka bicarakan salah satunya adalah sorotan media dunia atas sikap Turki menciptakan zona aman yang tidak terlalu penting bagi perdamaian Suriah.

Kelihatannya pemerintah Turki mulai menyikapi positif sorotan dunia yang menuding zona tersebut hanya untuk kepentingan Turki saja, selain itu pintu perbatasan tempat keluar masuk petempur asing dalam konflik Suriah juga akan ditutup permanen. Turki juga akan memperbaiki sikap kakunya selama ini dengan membuka kembali lembaran baru dengan Iran, Mesir dan Rusia. Pada bagian lain, Turki makin intensif meningkatkan serangan terhadap ISIS, tidak lagi semata-mata mempersempit ruang gerak pasukan Kurdi Suriah (YPG).

Pasukan ISIS mulai meninggalkan ibukota Raqqa

Rombongan besar ISIS dilaporkan telah bergerak menuju ke kota al-Tabqah. Bagian pasukan lain maju ke utara Raqqa menahan laju SDF dan sisanya bertahan di kota meski ada juga menuju ke al-Bukamal di perbatasan Suriah - Irak.

Pergerakan ini mengisyaratkan ISIS memilih "memperlonggar" SAA ketimbang SDF. Tak heran kemampuan SAA menjangkau Raqqa lebih cepat ketimbang SDF. Dalam seminggu SAA mampu menjangkau 20 km. Kini posisinya telah menembus gurun pasir Rasafah. Perang di gurun pasir sementara ini dimenangkan oleh SAA. Jika tak terbendung, dalam sepekan SAA bisa mencapai jalan pintas menuju gerbang Raqqa untuk menjangkau 14 km lagi ke pusat kota Raqqa tanpa harus menaklukkan al-Tabqah lebih dahulu.

Koalisi SDF dukungan AS tunda masuk ke ibukota Raqqa

Koalisi SDF/YPG berhenti di pinggir ibu kota Raqqa sejak akhir Mei lalu. Secara teoritis, kondisi dan performa SDF mampu masuk ke kota itu. Karena alasan politis dan strategis SDF memilih menunda masuk ke Raqqa.

Kondisi ini mengisyaratkan dua hal, pertama SDF harus fokus ke kawasan Manbij khususnva merebut dan membersihkan kota Manbij dari ISIS sekaligus hampir sempurna menutupi jalur suplai dan penyusupan ISIS dari Turki ke Suriah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun