Setelah tertekan dan terkurung pasukan Turki (TAF) dan milisi pemberontak Suriah dukungan Turki (FSA) dari tiga penjuru di kotaAl-Bab selama sebulan terakhir, akhirnya pada 26 Pebruari 2017 lalu militer Turki mengumumkan kota Al-Bab telah sepenuhnya dikuasai pasukan Turki dan FSA dukungan Turki. Kemenangan diraih TAF/FSA dikota Albab sangat fenomenal ditandai runtuhnya moral dan pertahanan ISIS difront utara. ISIS harus mundur sejauh 29 km ke luar kota Al-Bab dan Tadiff atau di sekitar kota Abu al-Khaft.
Runtuhnya pertahanan ISIS dimanfaatkan dengan baik oleh TAF/FSA guna merebut kawasan Albab dan sekitarnya ke arah kota Tadif dan kota lain sejajar 11 km dari kota Al-Bab. SAA yang pada awalnya sangat hati-hati menyikapi ISIS dari desa Arran hingga ke kota Tadif juga tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. SAA ofensif ke Tadif hingga kini telah tiba di kawasan bundaran diluar kota Tadif menuju ke Al-Bab.
Di bundaran dan kawasan jalan utama M-4 ini pasukan SAA kembali ditunggu oleh pasukan TAF/FSA. Meski bersusah payah tiba diposisi tersebut pasukan SAA kembali menjadi korban. SAA harus kehilangan 22 personil, 2 tank dan 4 pasukan angkut serta 4 pasukan ditangkap TAF/FSA.
Perburuan sisa kawasan ISIS oleh TAF/FSA dan SAA tampaknya masih berlanjut. Posisi TAF/FSA saat ini unggul beberapa langkah akibat meraih sejumlah kemenangan besar atas ISIS terutama pembebasan kota Al-Bab dari ISIS yang sangat fenomenal itu. Oleh karena itu moral dan semangat TAF/FSA saat ini sangat tinggi, kontras dengan kondisi SAA seperti memanfaatkan kesempatan dari hancurnya moral dan mental ISIS akibat kalah dari TAF/FSA di sejumlah front utara.
Arena fron utara ini tampaknya menjadi perang sangat unik, sebab :
- Rusia tidak akan menggunakan kekuatan militer membantu SAA dan aliansinya melawan pasukan Turki/FSA.
- AS tidak akan membantu SDF/YPG melawan Turki
- Jika Turki menang atas SAA dan SDF/YPG di fron utara maka ofensif akan berlanjut ke Manbij dan Aleppo. TAF/FSA ke Manbij untuk membebaskan kota itu sesuai salah satu tujuan dalam program operasi Eufrat Shield. Ofensif ke Aleppo untuk membantu perjuangan FSA merebut kembali kota itu sekaligus ofensif hingga ke Damaskus sebagai titik akhir tuntasna perang Suriah.
- Jika SAA menang maka Turki harus mundur dari kawasan Suriah dengan alasan dan tujuan apapun. Meskipun secara teoritis akan sangat sulit mengalahkan Turki namun pada akhirnya SAA akan berkoalisi dengan SDF/YPG. Apa boleh buat, pemerintah Suriah harus merelakan Kurdi menjadi negara federal ketimbang melihat FSA dan Turki menikmati kemenangan di negeri Suriah.
- Fron utara akan menjadi arena pembuktian siapa paling jago dalam perang kavaleri dan infantri
- Strategi SAA memacu penguasaan kawasan diluar kota Tadif ke arah perbatasan SDF/YPG tampaknya sebuah taktik SAA untuk mencegah TAF/FSA menuju ke Manbij melalui jalur utamaM-4. Sikap SAA ini memberi pesan pada SDF/YPG tampaknya SAA lebih memilih kemanangan untuk SDF/YPG ketimbang pada FSA.
Strategi ISIS mundur total dari kawasan Al-bab dan Tadif dan sekitarnya tampaknya mudah terbaca oleh SAA, TAF?FSA danSDF/ YPG yakni melihat terjadinya pertempuran segitiga di sana sekaligus menjadi momen penting ISIS menunggu dampak positif seperti apa bisa mereka dapatkan akibat dampak perang "tri sula" tersebut. Sedikit tidaknya salah satu harapan paling minimal ISIS adalah bisa kembali menancapkan kuku pada kedua kota strategis dan ekonomis tersebut.
Jika Turki menang akan menampar wajah Rusia dan AS. Jika Turki kalah FSA tidak akan mewujudkan impiannya membentuk negara baru boneka Turki. Di sisi lain Rusia - AS tidak akan berkoalisi untuk memenangkan "jagoan" masing-masing.
Sementara itu dari fron selatan, dekat kawasan dataran tinggi Golan dikuasai Israel, kawanan ISIS mulai merangsek maju ke kota Darra. Tidak ada upaya Israel menghentikan ISIS kelompok Jaish Khalid bin Walid selain melaksanakan pengeboman ke 47 dalam kawasan Suriah sejak 2013 lalu dengan sasaran dan alasan melumpuhkan Hezbollah meski yang jadi korban adalah pasukan SAA Suriah.
Kesimpulannya perang Suriah memang sangat rumit dan sangat sulit menemukan pemenangnya. Jika pun dipaksa menentukan siapa pemenangnya maka ISIS "pemenang" sejatinya karena telah mampu menciptakan arena pembunuhan segi tiga di fron utara dan membuka peluang ISIS bangkit di fron selatan atau fron lain di Suriah, Iraq, Jordania, Lebanon, Libia, Mesir atau negara lain selain Israel, hehehehhee..
Salam Kompasiana