Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Erdogan Tak Perduli Diisolasi Demi Imperium Turki

5 Juni 2016   14:57 Diperbarui: 5 Juni 2016   23:51 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://img.rt.com. Edit Abanggeutanyo

economictimes.indiatimes edisi 31 Nopember 2015 telah mengulas beberapa sisi karakter persamaan dan perbedaan antara Presiden Recep Tayyip  Erdogan dan Presiden Vladimir Putin. Sumber itu juga menjelaskan mengapa Erdogan akan menjadi musuh nomor satu Rusia. Kenyataanya, hubungan Turki khususnya Erdogan dengan Putin atau Rusia kini benar-benar sangat tegang jika tak pantas disebut memburuk.

Meski di sisi lain Erdogan punya banyak hubungan baik dengan pemimpin negara lain akan tetapi memburuknya sikap Erdogan terhadap beberapa negara menjadi tanda tanya sangat besar, mengapa Erdogan menjadi seperti itu dan apa yang melatar belakanginya bisa bersikap demikian.  Beberapa peristiwa memburuknya hubungan Edogan dengan beberapa pemimpin dunia atau negara lain adalah :

  • Saat menjabat Pedana Menteri (PM) pernah marah pada Perancis setelah parlemen Perancis pada 2011 menyetujui UU aksi genosida oleh Turki terhadap Armenia. UU Perancis tersebut juga menetapkan sejumlah sanksi terhadap Turki
  • Marah  dan memaki Obama akibat AS bemuka dua atas sikap dan pandangan positif AS terhadap Kurdi Suriah (YPG).
  • Marah pada Uni Eropa (UE)  karena Turki kebanjiran pengungsi Suriah - Irak tanpa sokongan dana sesuai dengan janji UE dalam mengatasi pengungsi
  • Terkini, marah pada Jeman karena palemen Jeman menyetujui UU anti Genosida dilakukan Turki pada PD-1 antara 1915 - 1917

Pada 31 Mei 2016 lalu, Merve Buyuksarac salah satu mantan ratu kecantikan dunia peraih Miss Turki 2006, telah diadili dengan hukuman percobaan 14 bulan penjara karena kembali membuli Erdogan. Merve pernah membuli Edogan saat ia masih menjabat  PM beberapa tahun silam dalam kartun bertajuk "The Master’s Poem" di majalah Uykusuz pada 2014 lalu, berisi pesan anti korupsi terhadap Erdogan. 

Meski hukuman percobaan dan untuk mantan ratu kecantikan sejagad, tujuannya  adalah memberi pesan pada setiap warga Turki atau siapapun bahwa menghina Erdogan akan berakibat fatal. 

Si Nona ini bisa dituntut hukuman hingga lima tahun penjara. Menurut informasi, saat ini pengadilan Turki sedang memproses hampir dua ribu kasus penghinaan terhadap Erdogan.

Hubungan buruk juga terjadi dengan mantan Perdana Menteri Ahmed Davutoglu dipaksa mengungundurkan diri pada Mei lalu akibat tegang dan berbeda visi dalam kebijakan luar negeri Turki sehingga Ahmed tak mampu bertahan lagi. 

Hal senada, Edogan juga menyerang Fethullah Gulen, alias Hocaefendi seorang ulama kharismatik Turki yang pernah jadi teman baik Erdogan dalam karier politiknya sejak 2008 yang kini terpaksa menetap di AS. Begitu buruknya hubungan keduanya sampai Erdogan minta Obama mengekstradisi Gullen ke Turki pada 6/9/2014.

Gulen juga dituding berkomplot melakukan fitnah melakukan korupsi saat Erdogan menjabat Perdana Menteri Turki. Selain itu Gullen dicurigai sedang membangun kekuatan politik yang dikuatirkan sangat berbahaya bagi kepentingan kelompok sekuler yang kini mendominasi kekuasaan Turki.

Tak tanggung-tanggung Erdogan juga menuntut salah satu media massa Jerman ang memuat gambar dan tulisan satir tentang dirina. Jan Boehmermann, salah satu broadcaster pada TV Komik ZDF dituntut otoritas Turki karena dalam kartunnya melukiskan Erdogan otoriter bertindak represif terhadap minoritas Kurdi dan Kristen.  Boehmermann melukiskan Erdogan sedang menampar air sebagai ekpresi perbuatan sia-sia. Tak ampun, pemerintah Turki berekasi sangat keras dan meminta pengadilan Jerman mengadili komedian itu.

Tapi apa ang terjadi di Jeman adalah sebaliknya. Akhir Mei lalu, Jerman menjadi negara ke 20 meloloskan UU yang menyatakan Turki terlibat genosida terhadap 1,5 juta warga Armenia pada masa Perang Dunia pertama, tepatnya antara 1915 - 1917. Tentang Genosida tersebut sekilas dapat dilihat pada artikel penulis di Kompasiana: Turki Meradang Genosida Armenia :Abanggeutanyo

Parlemen Jerman Kamis 1 Juni 2016 menetujui rancangan UU mengakui aksi Genosida oleh Turki. Meski Kanselir jerman Merkel memberi suara penolakan "NO" tapi tak cukup suara menghentikan keputusan parlemen Jerman meloloskan rancangan Undang-Undang tesebut menjadi UU yang langsung membuat Turki khususnya Erdogan membara dan mengeluarkan pernyataan pedasnya bernada mengancam akan bedampak buruk terhadap hubungan Turki-Jerman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun