Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Di Balik Menyerahnya Din Minimi, Pentolan Paling Dicari di Aceh

30 Desember 2015   12:26 Diperbarui: 31 Desember 2015   19:18 2438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://cdn-2.tstatic.net/aceh/foto/bank/images/din-minimi-bersama-anggotanya-turun-gunung_20151229_181633.jpg

Sinyal penyerahan diri Din Minimi (Nurdin Ismail) pimpinan kelompok eks Gerakan Aceh Merdeka yang masih tersisa setelah perjanjian damai Helsinki 2006 lalu sesungguhnya telah terlihat sejak 3 bulan terakhir saat pasukan gabungan dari TNI dan Polres Aceh Timur, Aceh Utara- Lhokseumawe dan Polda Aceh meningkatkan intensitas pencarian demi pencarian sejak Din Minimi mulai beraksi di beberapa Kabupaten di Aceh dua tahun lalu.

Nama "Minimi" yang melekat di belakang nama singkatannya "Din" (Nurdin) adalah predikat yang diterimanya dari rekan seperjuangan saat pergolakan Gerakan Aceh Merdeka sedang panas-panasnya era 2000 hingga masa perjanjian Helsinki sedang berproses.

Minimi (FN Minimi) adalah sejenis Senjata Mesin Ringan (SMR) serbu buatan Belgia yang mampu mengisi peluru dalam berbagai jumlah antara 150 butir sampai 1000 butir peluru (tergantung jenisnya) dalam perut magazennya. Senjata ini tergolong mewah dan paling canggih pada masanya dalam beberapa hal antara lain berat (keluwesan), daya tahan, jarak tembak, rentetan tembakan dan akurasinya. Tak heran Nurdin kala itu termasuk penyandang salah satu senjata "mutakhir" GAM dan karena menggunakan senjata itu dijuluki "Minimi" di akhir namanya menjadi "Din Minimi."

Lama setelah perburuan terhadap dirinya bagaikan menemukan tembok tak berbatas ketebalannya akhirnya pada di desa Ladang Baro, Kecamatan Julok, Aceh Timur, Senin malam, 28 Desember 2015 di rumah ibunya. Berakhirlah sudah petualang pentolan paling dicari-cari tersebut setelah timbul korban sejumlah anak buah dan kaki tangan serta perantara yang telah tertangkap atau terembak mati dalam perburuan melelahkan dua tahun terakhir.

Tiga bulan terakhir memberi tanda-tanda Din Minimi akan menyerahkan diri. Berbagai perkembangan tentang keberadaannya yang menghiasi media massa lokal mampu memberi masukan semacam kesimpulan tentang akan tiba saat yang dinantikan tersebut. Hal senada juga disampaikan Kapolri Jenderal Badroeddin Haiti di Jakarta kemarin menanggapi aksi penyerahan diri kelompok mantan kombatan GAM tersebut.

Sejumlah informasi media massa lokal kerap memberitakan betapa licinnya sang komandan Minimi berkali-kali lolos dan mampu menyelinap bahkan sebelum tentara atau polisi datang menyergap. Sering juga terjalin kontak telepon dan wawancara di media lokal tentang apa yang diharapkan olehnya serta apa yang menjadi tuntutannyajika menginginkannya dan anak buahnya menyerah.

Suatu ketika Din Minimi melontarkan pernyataan dalam media lokal, "Polisi tak usah cari masalah menangkap saya, bereskan saja dulu persoalan hukum yang belum berjalan sepenuhnya di Aceh," katanya beberapa waktu pada harian Serambi Indonesia.

Kisah perburuan Din Minimi pun tak pernah kendur meski beberapa aparat keamanan menjadi korban luka bahkan terbunuh oleh jaringan Din Minimi seperti dialami dua prajurit intelijen TNI beberapa waktu di sebuah desa di Kecamatan Nisam Antara, Aceh Utara.

Meski disebut sebagai mantan kombatan GAM, lambat tapi pasti popularitas Din Minimi dan kelompoknya naik daun di kalangan masyarakat desa tertentu karena dalam masa gerilyanya ia tidak menggunakan pola lama yang dipakai oleh oknum-oknum GAM pada masa lalu yaitu intiimidasi, penculikan dan memaksa penduduk desa.

Tak heran ia mampu bersimbiosis mutualisme dalam lingkungan masyarakat desa tertentu sehingga semakin mempersulit pencarian terahdap dirinya walaupun informasi intelejen sangat akurat pada posisi A1. Giliran tim gabungan menyergap Din Minimi dan kelompoknya ia sudah menyelinap, raib seolah ditelan hutan sekiar desa yang satu ke desa lainnya di antara Kabupaten Aceh Timur, Aceh Utara, Pidei dan Bireun.

Selain itu, Din Minimi juga sering mengingatkan kepala desa dan warganya agar tidak melayani kelompok atau orang tertentu yang mencatut namanya meminta bantuan karena ia tidak memerintahkan instruksi tersebut seraya meninggalkan nomor hapenya agar menghubunginya jika mendapat teror atau ancaman dari kelompok-kelompok yang mengatasnamakan dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun