Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Apa Tolok Ukur Stigma Pahlawan Nasional Kita?

19 Oktober 2010   08:10 Diperbarui: 23 April 2019   00:20 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Teringat kepada sebuah pesan bung Karno beberapa dekade silam, ia dengan berapi-api mengatakan..."Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya". Apa maksud bung Karno menyampaikan pesan tersebut untuk kita sekarang ini? Apakah bung Karno berharap jika ia meninggal agar kita harus menganggapnya sebagai pehalwan? tentu tidak.   Apakah ia sangat berharap dimasukkan dalam katagori pahlawan? juga tidak, bukan?

Banyak pahlwan-pahlwan yang lahir dan tercatat dalam perjalanan sebuah bangsa dan negara. Ada pahlawan yang diberikan dengan tanda sebutan seperti untuk pak guru "umar Bakrie" sebagai "pahlawan tanpa tanda jasa." 

Ada juga bahkan diantara mereka ada juag disebut dengan "Pahlawan Tidak dikenal".

Ada juga gelar pahlawan diberikan karena berprestasi dalam pertarungan final pertandingan yang heroik mengangkat nama bangsa negara di pentas Internaional,seperti Susi dan Alan di pentas Olimpiade Barcelona beberapa tahun silam.

Ada juga gelar pahlwan disematkan kepada para pasukan barisan pemadam kebarakaran yang berjuang mati-matian menyelamatkan kawasan dan penduduk dari lokasi bencana kebakaran dan sejenis dengannya.

Di lain sisi ada juga tenaga pembantu penyelamatan sekelompok manusia dari ancaman kematian seperti yang terjadi pada penyelamatan tenaga pekerja tambang di Kolombia beberapa waktu lalu.

Ada juga penyematan pahalwan kepada mantan kepala Negara yang dianggappaling berjasa dalam sebuah negara. Khusus dalam konstelasi gelar pahlawan kepada mantan kepala negara yang telah almarhum atau almarhumah, ini menarik sekali kita kaji. Ada beberapa alasan yang mendasari pemikiran ini menarik, yakni :

  1. Ternyata di hampir seluruh negara tidak serta merta memasukkan seluruh mantan kepala negaranya sebagai pahlawan. Lihatlah Benazir Bhuot, Lihatlah Theodere Rosevelt, lihatlah Kim yung Sam Presiden Korsel, lihat juga Yishak Rabin, perhatiakan juga almarhum Umaru Yara'dua dari Negeria, bahkand ari barisan almarhum Perdana Menteri Thailand. Adakah diantara mereka dengan otomatis menjadi pahlawan?
  2. Jika pengertian pahlawan hanya bertumpu pada nilai-nilai pengorbanan heroik dalam menyabung nyawa yang terjadi dalam berbagai aksi pembelaan negara di masa yang lalu, mana mungkin ada presiden saat ini terlibat dalam perang mengusir penjajah Belanda misanya?. Bahkan diantara mereka ada juag disebut dengan "Pahlawan Tidak dikenal". Lantas apakah kepada mereka tidak pantas disematkan anugerah"Pahlawan Nasional?".
  3. Jika terlalu mudah memberikan gelar pahlawan nasional kepada seseorang dengan hanya mengandalkan azas prestasi nasional, bagaimana dengan para pejuang lain yang tidak ternilai pengorbanan harta, hati,nyawa dan keluarganya dikorbankan habis-habisan demi untuk menjaga eksistensi bangsa dan negara beberapa dekade yang lalu?. Haruskah mereka bangkit dari liang kuburnya meratapi dan menyesali dengan apa yang buat dengan apa realita yang terjadi saat ini?

Apa gunanya gelar pahlawan? Secara eknomis dan matrialis tidak ada kepentingan yang signifikan. Namun dari sisi historis dan nilai-nilai pskilogis serta untuk tujuan penanaman idioligis dan menanamkan norma-norma edukatif yang patut dipelajari dna ditiru oleh anak bangsa, maka pemberian gelar pahlawan nasional ini sangat lah penting bagi seseorang yang telah memenuhi persyaratan menjadi sosok sebagai "Pahlawan Nasional".

JIka demikian, apa yang menjadi persyaratan agar menjadi sosok sebagai Pahlawan? Apakah mengacu kepada upaya-upaya menggiring opini dan  pemakzulan terbuka maupun terselubung dalam upaya mmeberi stigma persyaratan apa saja utuk menjadi pahlawan?. Bukan juga berdasarkan pemaksaan sebagaian kelompok yang memaksa agar kelompoknya menjadi pahlawan dengan menggiring opini sedikit bernuansa pemaksaan misalnya. Tentu saja tidak seperti bukan?

Untuk membantu menetapkan pemberian gelar pahlawan, berikut ini ada bebrapa poin yang mungkin dapat membantu pihak berkompeten memberi stigma atau gelar pahlawan, yakni:

  • Mempelajari nilai-nilainya.
  • Mempelajari manfaat atas warisan budaya atau sejarah yang ditinggalkannya untuk Nasional.
  • Memiliki data dan dalil yang kuat yang menyatakan yang bersangkutan tidak terkait dalam hal-hal yang justru mengurangi kredibiltias bagnsa dan negara baik di dalam dan luar negeri.
  • Dikenal secara nasional dan diakui oleh DPR secara mayoritas.
  • Tidak mengandung tendensi tujuan promordialis dalam menciptakan dan menggiring opini.

Apakah ada faktor lain menurut pembaca budiman yang dapat melengkapi persyaratan di atas ?. Tentu akan sangat bermanfaat sekali jika ada yang dapat melengkapi tulisan ini..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun