Sungai Eufrat (Eupharates Rivers) panjangnya 2.800 km, adalah sungai terpanjang di Asia. Sungai itu melintasi 3 negara (Turki, Suriah dan Irak). Meliuk-liuk dan mempesona di 11 kota besar (Birecik-Turki, Deir Ezzor- Suriah hingga Nasiriyah-Irak) sungai ini tampaknya akan jadi saksi bisu adu taktik dan srategi proksi war konflik Suriah. Padahal setiap saat dari dulu sampai kini sungai ini telah mempesona sebagai urat nadi segala macam aktifitas seluruh kota-kota dan desa di tiga negara tersebut.
Di Suriah tempat sedang terjadi konflik perang saudara dan perang proksi, panjang sungai Eufrat hanya 710 kilometer atau 440 mil saja atau tak sampai 16% dari total panjang sungai tersebut. Di wilayah Suriah sungai ini melintasi kota-kota besar dan penting atau strategis antara lain Raqqa, Deir Ezzor, Al-Thawrah dan Mayadin. Beberapa diantara kota kecil dan desa seperti Thunat, Jarabulus, Qarah Qawzak, Tishreen, al-Arudah dan puluhan kota kecil lainnya pernah lama dalam kekuasaan ISIS sebelum direbut kembali SDF dan SAA dari ISIS.
Sungai Eufrat di Suriah tampaknya memang telah menjadi "jalur sutera" pernah dinikmati ISIS sebagai jalur perdagangan paling aman selama konflik Suriah terutama dalam dalam 4 tahun terakhir sebelum ISIS mengalami kemunduran di berbagai fron dalam tiga bulan terakhir.
Menurut beberapa info, sungat Eufrat di Suriah menjadi andalan disrtibusi pasokan amunisi, senjata dan penyelundupan manusia, minyak dan pengiriman tentara ISIS ke berbagai fron menimbang jalur darat sangat berisiko tinggi mendapat serangan udara atau penghadangan musuh. Dengan kata lain jika mampu mengontrol perairan sungai akan mampu mengontrol jalur pasokan distribusi apapun untuk dan ke kawasan kota-kota atau desa sekitar sungai tersebut.
Strategi itulah yang dilakukan ISIS saat hampir menguasai 50% Irak tahun lalu sebelum dipukul mundur sejak Agustus 2016 lalu. ISIS menguasai dua sungai besar di Irak yaitu Tigris dan Eufrat. ISIS sukses melaksanakan perdagangan apapun bahkan perdagangan ilegal.
Menguasai jalur sungai sebagai salah satu pendekatan strategis paling efektif ISIS untuk menguasai Irak. “If ISIS has any hope of establishing itself on territory, it has to control some water. In arid Iraq, water and lines of strategic approach are the same thing,” ujar Jennifer Dyer, mantan petugas CIA sebagaimana dikutip The Guardianedisi 2 Juli 2014 lalu.
Hal sama berlaku juga di Suriah, ISIS mengunakan pendekatan strategi sama menguasai daerah-daerah kota dan desa dekat peraian Sungai dan Dam atau bendungan. Tak heran, sejak Oktober 2014 ISIS mulai merayap menguasai 40% wilayah Suriah dari Azzas perbatasn Turki hingga ke Mayadin ke arah Irak
Tak heran, mungkin itu sebab semua maka pihak terlibat perang Suriah kini berlomba-lomba menguasai jalur strategi tersebut. Tentara Turki (TAF) dibantu pemberontak Suriah (FSA) telah menguasai kota Jarabulus ditepi sungai Eufrat dekat perbatasan Turki- Suriah. Turki kini berambisi menguasai kota Manbij sehingga dapat mengontrol kota ditepi sunga Eufrat lainnya yaitu Shirrin as-Shamaliyah tak jauh dari kota Manbij.
Pasukan pemberontak Kurdi juga mengalami kemajuan pesat. Di dukung AS SDF/YPG telah menguasai hampir seratusan kota dan desa sekitar sungai eufrat dari seberang Jarabulus hingga ke kota Al-Thawrah dekat ibukota ISIS Al-Raqqa.
Dalam sepekan terakhir, pasukan Suriah (SAA) juga mulai merasakan kembali sentuhan sungai Eufrat. Setelah hampir 4 tahun tak dapat melihat langsung sungai itu kini SAA mulai menginjakkan kaki ke kawasan sungai Eufrat setelah menguasai kota kecil Al-Khafsa sejak seminggu lalu. Setelah itu pergerakan SAA mulai meningkat ke arah jalur Eufrat ke arah kota besar Al-Thawrah.
Meski baru menguasai 16 km jalur sungai Eufrat pihak SAA dan Rusia menyambut gembira "prestasi" SAA di negeri sendiri, padahal untuk menuju ke Al-Thawrah dekat ibukota ISIS di Al-Raqqa masih panjang, jaraknya sekitar 49 km lagi. Jika AL Suriah menjalankan misi serangan melalui jalur ini maka sejumlah kota dan desa harus dilalui angkatan laut Suriah (SA Navy) jika mau melaksanakan intersepsi.