Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ada Apa di Raut Melelahkan Wajah JK?

15 Februari 2015   14:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:09 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata pepetah, cermin wajah adalah hati, matalah yang mewujudkannya. Jadi utuk melihat sisi dalam atau tepatnya psikologis seseorang pendekatannya bisa melalui cara ini. Dan karena psikologis itu bergerak penuh dinamika (dinamis) maka perlu serangkaian waktu untuk mempelajarinya.

Hal yang sama juga dapat dilakukan pada Wakil Presiden, Jusuf Kalla (JK). Mari lihat beberapa gambar beliau sejak dilantik hingga beberapa hari terakhir berikut ini :

Salah satu gambar JK September 2014 beberapa hari menjelang persiapan pelantikan.


14239562861651680752
14239562861651680752

14239563281687846719
14239563281687846719

1423956380719928639
1423956380719928639

142395642448618664
142395642448618664

Sebetulnya seribu gambar pun tidak akan mampu mewakili apa sesunguhnya yang sedang terjadi pada obyek gambar tersebut secara pasti. Akan tetapi dengan mempelajari gambar tersebut dan mengaitkannya dengan sejumlah peristiwa yang sedang menggayut pada obyek tersebut sedikit tidaknya akan mampu memberi ruang informasi kepada kita dan mengambil kesimpulan dari dalamnya.

Banyak gambar JK yang tidak berada dalam kondisi lelah dalam periode Januari hingga Februrari 2015. Kita sengaja mengambil gambar melelahkan karena ingin melihat ada apa dibalik melelahkan tersebut sehingga kita dapat menduga JK saat ini tidak berada dalam kondisi pusing tujuh keliling atas kacau balaunya situasi politik nasional di tanah air. Mungkin juga JK menilai situasinya akan semakin kacau kedepannya jika salah dalam menangani benih masalah saat ini.

Penyebab utama kegalauan itu diduga adanya perbedaan pandangan dan cara mengatasi masalah tersebut dengan Presiden Jokowi, sehingga JK terlihat seolah lesu, tak bergairah, seperti kurang darah dan semangat. Jika mengacu pada bulan pertama JK mendampingi Presiden Jokowi, matanya berbinar-binar menyimpan asa penuh optimis akan membuat sistem pemerintahan Indonesia bergulir lebih cepat dan lebih baik dari hulu ampai hilir.

Padahal dahulu, saat JK menjabat sebagai wapres dalam pemerintahan SBY, ia terkenal aktif, dan gesit dalam berbagai bidang. JK trengginas menempatkan posisinya sebagai wapres efektif bukan sekadar wapres fiiktif alias boneka yang hanya duduk manis dan manggut-manggut atau hnya diberi tugas mengurusi urusan remeh temeh melulu, meski kadang terjadi juga perbedaan pendapat yang membuat JK  harus menekan rasa dongkolnya.

Terhadap fenomena lesunya JK sebagian orang menduga JK sengaja irit bicara atau membatasi diri alias sedang mengerem dalam penampilannya terutama dalam memberi pernyataan. Kondisi ini terutama sekali terjadi saat pecahnya boom waktu perseteruan KPK dan Polri yang kembali meledak sejak pertengahan Januari 2015.

Dari beberapa gambar diaras, kemungkinan besar JK melihat potensi timbulnya masalah besar di negara ini akan sangat melebar jika salah langkah.  Konkritnya antara lain adalah :


  1. Mengambil tindakan yang cepat dan tepat adalah filosofi JK, tetapi disikapi dengan sangat hati-hati tapi tepat dalam filosofi Jokowi.
  2. Tidak mengutamakan order partai yang adalah profesioanlisme JK. tetapi Jokowi bertendensi ke arah sana.
  3. Tidak perlu banyak bicara dan terkesan teoritis ciri khas JK, justru melekat erat pada ciri Jokowi
  4. Mainstream  pengalaman adalah landaskan JK, tetapi Jokowi menempatkannya pada kebutuhan situasional.
  5. Menjaga keutuhan rahasia menjadi pegangan JK tapi justru disikapi terbuka terbatas oleh Jokowi. Misalnya Syafii Maarif ketua tim 9 mengatakan pada pers, ia mendapat informasi dari Jokowi tentang pembatalan pencalonan Komjen BG sebagai Kapolri. Hal ini dalam pandangan JK tidak tepat. Harusnya tidak dikeluarkan kemana-mana dahulu sampai sidang praperadilan memutuskan perkara ttersebut.

Salah satu perbedaan pendapat dengan Jokowi misalnya dalam melantik Komjen BG atau tidak, JK membantah adanya perbedaan tersebut sebagaimana dilansir oleh berbagai media massa pada 6 Pebruari yang lalu.

JK memperlihatkan sikapnya sebagai negarawan besar dan berpengalaman. Meski JK merasa lebih berpengalaman dalam mengurusi pemerintahan nasional dan lebih senior dari sisi usia, ia bersikap sangat santun dalam berinteraksi dengan Presiden dan pendampingnya setiap saat.

JK juga manusia yang merasa lebih punya intuisi politik ketimbang Jokowi, maka tak heran JK sedikit deg-degan atau gregetan melihat permainan catur Jokowi dinilai kurang tepat memainkan bidak langkah awalnya sehingga membahayakan. Hal ini terekpresi (terwakili) dari raut wajahnya melalui beberapa gambar disebut di atas.

Sebetulnya jika JK lebih tenang karena lebih berpengalaman, JK tidak usah terlalu gundah gulana melihat permainan catur bosnya tersebut, alasannya :


  1. Jika reputasi Jokowi rusak sendiri pelan-pelan dan JK tetap menjaga iramanya tidak tertutup kemungkinan apabila hal terburuk terjadi pada Jokowi mungkin JK lah yang akan mengisi posisi tersebut.  Tapi JK bukanlah politisi yang rakus dan haus kekuasaan dengan cara-cara tidak etis seperti itu. JK tidak membiarkan bosnya terjebak dalam lubang yang dibuatnya sendiri.  Untuk itu JK tentu mengingatkan sang bos yang ternyata telah dikelilingi oleh pagar manusia yang tidak lain ternyata orang-orang yang merasa berjasa padanya mengantarkan dia menjadi orang Indonesia berkaliber nomor satu, yakni menjadi Presiden RI.
  2. Kacaunya pencalonan Kapolri saat ini -meski itu persoalan besar- sebenarnya bukanlah persoalan yang mutlak harus calon tertentu, sebab Polri  bukan cuma milik individu tertentu yang menentukan masa depan lembaga tersebut. Masih banyak pejabat Polisi lainnya yang tak kalah hebatnya mengurusi Polri lebih baik di masa yang akan datang.
  3. JK menilai banyak pihak-pihak yang menginginkan duet Joko-JK segera tamat riwayatnya dalam memimpin Negara dan bangsa Indonesia. melalui cara-cara yang tidak elegan. JK melihat, seolah-olah Jokowi tidak merasakan hal itu sebab orang sekelilingnya telah mendominasi lingkaran Jokowi.

Jika pun memang benar ada perbedaan pandangan dan cara penyikapan dengan bosnya, kita berharap JK mampu meredamnya. Tidak terjebak dan larut dalam rasa tersebut, karena sebagai senior dan politisi yang berpengalaman dan telah malang melintang dalam dunia politk dan pemerintahan, sikap tenang JK harus dikedepankan.

“Kepala boleh panas, tapi hati harus tetap dingin” pesan orang tua. Bila perlu beku sedikit biar lebih dingin dan santai, hehehehe..

Salam Kompasiana

abanggeutanyo

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun