Hampir dapat dipastikan, Presiden Rusia Vladimir Putin tidak akan menghadari acara Konfrensi Tingkat Tinggi G-20 Indonesia di Bali yang akan dilaksanakan minggu depan 15 -16 Nopember 2022.
Namun demikian -karena alasan rahasia dan keamanan- jika dimenit-menit terakhir Rusia mengubah keputusannya dan tidak perduli ancaman Presiden Ukraina Volodimyr Zalensky minggat dari arena G-20 (mungkin diikuti oleh beberapa kepala negara lainya) apa dampak yang perlu disikapi Indonesia?
Dampak yang paling dikhawatirkan bukan hengkangnya utusan sejumlah negara barat pro Ukraina, tetapi tentang keselamatan Putin dan utusan Rusia-Ukraina. Secara kongkrit adalah tentang potensi keamanan jiwa Putin pada acara kelas dunia tersebut (mungkin juga termasuk utusan Ukraina).
Persoalan terbunuhnya seorang kepala negara atau raja dalam perjalanan ke sebuah negara lain pernah terjadi beberapa kali. Pembunuhan terhadap putra mahkota, raja dan sejenisnya telah banyak terjadi pada masa sebelum masehi.
Tapi contoh itu mungkin terlalu jauh, lihat saja kepada sejarah terdekat.
Albert 1 adalah Raja Jerman. Pada 1 Mei 1308 dia dibunuh dalam perjalanan ke Austria di sekitar Windisch.
Murad 1 adalah satu diantara sekian raja pada masa kesultanan Ottoman Turki. Murad dibunuh pada 15 Juni 1389 saat berkunjung ke Kosovo, daerah penaklukan baru Turki ketika itu.
Sami al-Hinnawi adalah Presiden Suriah. Dalam kunjungan kenegaraan ke Beirut dia dibunuh di kota Beirut pada tanggal 31 Oktober 1950
Ibrahim Hashem adalah Perdana Menteri Jordania. Dalam kunjungan kenegaraan ke Lebanon, dia dibunuh di kota Baghdad, Irak pada tanggal Pada tanggal 14 Juli 1958.
Wasti Tal adalah Perdana Menteri Jordania lainnya yang dibunuh pada 28 Nopember 1971 di Kairo, Mesir.