Apakah invasi atau operasi militer Rusia ke Ukraina sukses atau gagal? Apapun pencapaiannya tentu saja ada nilai-nilai yang menjadi barometer atau tolok ukur berhasil atau gagal.
Menurut sejumlah negara barat terutama Amerika Serikat (AS) invasi Rusia ke Ukraina secara keseluruhan gagal mencapai sasaran.
Tolok ukur yang digunakan barat adalah jumlah korban jiwa, kerusakan peralatan tempur dan kawasan yang mampu diduduki sangatlah tidak sebanding dengan totalitas pengorbanan yang telah atau sedang dicurahkan Rusia.
Tabloid mingguan Rusia pro Moskow, Komsomolskaya Pravda melaporkan, total pasukan reguler, pengawal nasional dan pasukan bayaran Wagner yang tewas sejak 24 Februari 2022 hingga 22 Maret 2022 mencapai 9.861 orang.
Jumlah itu jauh lebih kecil dibanding klaim kematian hampir 15 ribu orang menurut versi Ukraina.
Sejumlah peralatan militer dari Pesawat tempur, kapal perang, drone tempur, helikopter, MLRS, baterai S-200-300, stasiun radar, MBT, APC, truk dan jeep militer dan lain-lain (seluruhnya) mencapai 4.283 unit, belum termasuk senjata serbu pasukan tempur yang tewas atau tawanan di medan laga.
Sebaliknya, menurut Rusia operasi militer telah berjalan sesuai rencana utama. Rusia telah berhasil menduduki hampir 1/3 kawasan Ukraina terutama menghubungkan Krimea dengan kota pelabuhan penting Mariupol ke Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR) serta menghubungkannya ke sisi perbatasan timur Rusia.
Dari sisi kerugian korban jiwa di pihak Ukaina, 4 ribuan pasukan dan milisi tewas. Sementara 4.311 unit peralatan militer dalam berbagai jenis peralatan tempur (seperti Rusia) luluh lantak menjadi rongsokan besi tua.
Mari kita ambil saja penilaian dari persepsi Rusia bahwa operasi militer yang telah bergulir sejak lebih sebulan lalu terbilang sukses.
Selain pencapaian di atas masih ada beberapa tolok ukur mengapa Rusia menilai operasi militer tersebut sukses, yaitu :