Entah apa makna dibalik moto atau tema tersebut pada 17 Maret 2020 UEFA mengumumkan nama pelaksanaan kejuaraan tersebut tetap "UEFA Euro 2020."
Faktanya UEFA telah membuktikan semangat hidup itu memang nyata pada program mereka. Di tengah pandemi Covid-19 semangat olah raga mampu menciptakan persatuan tidak saja di Eropa tapi ke seluruh dunia, ke pelosok desa yang mampu menangkap atau menjangkau siaran sepak bola.
Untuk sesaat orang-orang telah melupakan teror virus corona dengan 11 varian baru yang diumumkan WHO beberapa waktu lalu namun di sisi lain WHO juga memberi izin terselenggaranya "pesta sepak bola rakyat" di seluruh dunia, dengan catatan protokoler sebagaimana tertuang dalam surat edaranUEFA.
Beberapa hal penting dari sana adalah :
- Jarak aman antara penonton minimal 4 meter
- Penjualan tiket melalui cara personal (online) dan tidak ada tiket (penonton) berdiri
- Cegah penonton mendekati tribun pemain, tim dan panitia
- Mengukur suhu tubuh penonton dan memakai masker
- Menyediakan disinfektan dan air bersih yang wajib tersedia di luar stadion
- Hindari kerumunan atau berkelompok
- Panitia menggunakan aplikasi pelacak kontak covid-19 (penonton)
- Menghindari sistem pembayaran cash
- Pemegang tiket tidak diperkenankan masuk (hadir) jika terakhir kali tes positif pada 14 hari sebelumnya
- Pemegang tiket juga dilarang hadir jika pernah melakukan kontak dengan orang yang terkena Covid-19 minimal 14 hari sebelumnya
- Dan lain-lain aturan ketat dapat dilihat pada sumber diatas
Mampukah penonton, panitia dan UEFA melaksanakan protokoler kesehatan diharapkan WHO yang tertuang pada surat edaran UEFA di atas?
Berdasarkan fakta yang terjadi di dalam dan luar stadion pembaca pasti dapat menyimpulkannya sendiri.
Namun dampak terlaksana atau tidak protokoler kesehatan itu akan terjawab usai kejuaraan paling bergengsi di Eropa itu terlaksana. Dari sana nanti akan terjawab apakah itu terselenggara dengan baik atau sekadar formalitas.
Jika dari sana ternyata kasus penderita Covid-19 berkembang biak WHO pasti menyalahkan UEFA. Lantas UEFA menyalahkan penyelenggaran. Kemudian seperti efek domino penyelenggara menyalahkan stadion dan pada akhirnya penontonlah menjadi muara akhir dari kesalahan tersebut.
Penonton dan masyarakat butuh hiburan guna terlepas dari penatnya hidup dihantui Covid-19 meskipun sesaat, salah satunya menonton sepak bola.
Seketat apapun syarat protokoler kesehatan Covid-19 yang diterapkan musti dihadapi dengan solusi dan cara yang seimbang.
WHO, UEFA dan koleganya telah memperlihatkan contoh bagaimana mengemas sebuah rencana menjadi sebuah pertunjukan yang apik dengan syarat khusus di tengah pandemi Covid-19.