Dari batasan tersebut yang daftar alutsista dapat dibeli dengan dana sebesar itu antara lain adalah :
Masih tersisa dana 500 triiun rupiah itu dapat dialokasi untuk kementerian Pertahanan untuk kegiatan Riset and Development (ekspektasi 10%), Mendukung program industri dalam negeri (20%), Proyek Mabes TNI dan perawatan (20%), Pembelian amunisi, peluru dan Roket (25%), Penyimpangan harga (defiasi) dan 20% dan asuransi pengiriman (5%?).
Jika dana 1.760 triliun itu dibagi untuk 3 tahun (2021 - 2024) maka setiap tahun memerlukan dana sebesar 587 triliun rupiah. Dengan kurs saat ini (14.225 rupiah) kira-kira setara dengan 41,2 miliar USD.
Rekor 41 miliar USD tersebut berada di bawah anggaran pertahanan 2021 Korsel (45 miliar USD), Jepang (49 m), Perancis (52 m), Jerman (53 m ), Arab Saudi (57 m) dan 5 negara lain di atas angka tersebut.
Jika itu terealisir bisa jadi Indonesia menjadi sosok yang diperhitungkan kembali dalam kekuatan militer meskipun hal yang paling penting adalah para abdi negara dapat melaksanakan tugas bela dan kawal negara dengan nyaman, tenang dan tidak jadi korban akibat menggunakan alutsista butut jika tak pantas disebut "bangkotan."
Alutsista modern memang bukan jaminan terhindar dari kecelakaan atau musibah, namun setidaknya kita telah berusaha mencegahnya dengan menggunakan peralatan yang bagus, layak dan dapat membantu mencapai tujuan kawal teritorial negara yang sudah puluhan tahun "menjerit" minta diperbaiki sistem pertahanannya.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H