Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Deklarasi Balfour Bikin Palestina Punah Pelan-pelan, Menyesalkah Inggris?

13 Mei 2021   03:25 Diperbarui: 13 Mei 2021   16:10 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arthur James Balfour dkk. Gambar : peacepalacelibrary.nl.

Jika para penggagas Deklarasi Balfour masih hidup menyesalkah mereka melihat propaganda mereka buat 1 abad lalu untuk "Kediaman Nasional"  bangsa Yahudi dan "Menjaga bangsa Palestina" ternyata menyisakan pertikaian abadi dan bikin warga Palestina justru punah pelan-pelan?

Pada 1915 Perdana Menteri Inggris Raya ketika itu, Herbert H. Asquith membentuk "pansus" guna merumuskan masa depan negara-negara dalam kerajaan Ustmaniyah yang kalah perang dalam Perang Dunia-1 termasuk Palestina.

Menlu Inggris, Arthur James Balfour mendapat tugas merumuskan draft deklarasi. Pembahasan deklarasi itu disusun antara penguasa dan kabinet Inggris Raya, orang Yahudi Zionis maupun non Zionis di Inggris ketika itu. Tapi tidak melibatkan orang Palestina sehingga nyaris tidak ada aspirasi Palestina di dalamnya.

Di dalam deklarasi tersebut bahkan terselip pernyataan yang bernada mengancam bahwa orang Palestina yang menentang deklarasi tersebut dan sentimen antisemit akan berdampak buruk bagi populasi Palestina.

Namun demikian terselip janji manis yang membuat warga Palestina atau Arab (mayoritas) tidak was-was ketika itu  yakni "Tidak akan ada tindakan apa pun yang dapat mencederai hak-hak sipil dan keagamaan dari komunitas-komunitas non-Yahudi yang sudah ada di Palestina," bunyi salah satu petikan kalimat dalam deklarasi Balfaour itu. 

Setelah dinyatakan berlaku resmi sejak 9 Nopember 1917 Inggris yang berjanji memberi yang terbaik untuk kaum Yahudi membuktikan janjinya menjadikan kawasan Palestina sebagai rumah nasional bagi bangsa Yahudi. 

Gambar : The NewArab.com
Gambar : The NewArab.com
Dari masa Sir Herbert Louis komisaris tertinggi Inggris di Palestina (1920 - 1925) sampai masa Sir Alan G. Cunnigham (1945 - 1948) Inggris bertekad mewujudkan negara Israel. Peraturan (ordonansi) tentang peralihan kepemilikan tanah dibuat beberapa kali yang bermuara pada kepentingan orang Yahudi.

Gelombang protes terhadap keputusan Inggris yang dianggap memfasilitasi terwujudnya zionisme Yahudi mulai terjadi di sejumlah negara Arab mendukung Palestina. Di kota Damaskus pada 8 Maret 1920 terjadi gelombang demo anti-zionis terjadi sangat dahsyat.

Lambat tapi pasti, pemberontakan orang Palestina melawan orang Yahudi yang dilindungi Inggris terjadi pada 4-7 April 1920 dikenal sebagai Nebi Musa Riots atau Jerussalem Riots 1920.

Ketika itu 4 April 1920 pagi, sekitar 70 ribuan orang Palestina sedang mengikuti festival "Nebi Musa" di alun-alun kota Tua.  Setelah mendengar pidato anti-zionis yang disampaikan oleh tokoh perlawanan ketika itu Amin al-Hussayni, warga merangsek, menyerang orang Yahudi dengan batu dan kayu di gang-gang kota Tua selama hampir 2 jam. 

Dalam peristiwa ketika itu, 5 orang Yahudi dan 4 Palestina tewas, ratusan orang lain terluka.

Setelah itu kerusuhan Israel dan Palestina tak pernah berhenti dan terjadi sangat massif bahkan vulgar. Polisi Israel menembak mati pelajar, wanita, anak-anak, orang tua karena curiga berlebihan sering tejadi di depan umum.

Banyak rekaman video dipublikasikan secara umum tapi tak menghentikan arogansi Israel bahkan tak pernah kecut apalagi khawatir tersentuh sanksi pelanggaran HAM dan sejenisnya.

Setelah Israel menjadi negara berdaulat pada 14 Mei 1948 hingga kini sangat banyak perjanjian demi perjanjian damai terkait Israel- Arab atau Israe - Palestina dibuat tapi tidak berjalan semestinya.

Peristiwa serangan dan lemparan batu yang terjadi 101 tahun lalu mungkin sebuah awal yang panjang sampai seabad lamanya tapi masih terjadi sampai peristiwa terkini pada 7/5/2021 malam setelah polisi dan pasukan keamanan Israel brtindak represif terhadap orang Palestina.

Pada Jumat 7/5/2021 di kota tua Yerussalem tepatnya dekat koridor gerbang Damaskus dan Syekh Jarrah terjadi bentrokan paling sengit setelah yang tersengit 2014 lalu. 

Hari itu polisi Israel mengusir warga Palestina dari kawasan yang diklaim milik warga Yahudi. Penolakan warga Palestina disikapi tidak manusiawi oleh polisi Israel sehingga warga Palestina membalas dengan batu.

Lemparan batu warga palestina itu kemudian ditanggapi dengan meriam air merica, granat kejut, peluru keras, gas air mata dan kekerasan fisik melawan lemparan bantu dan kembang api orang Palestina.

Pada Sabtu 8/5/2021 petugas keamanan Israel terlibat bentrokan kembali dengan  puluhan ribu orang Palestina yang sedang melaksanakan ibadah menyambut hari terakhir Puasa Ramadhan, mereka dipaksa meninggalkan lokasi Masjid al-Aqsa.

Sejak 9 Mai hingga 10 Mai 2021 skala bentrokan meluas ke kota Lod dan Tepi Barat.

Melihat brutalnya pasukan Israel terhadap warga Palestina, pada 11 Mei 2021 kelompok militan Hamas beraksi meluncurkan ratusan roket ke berbagai posisi kota-kota Israel. Salah satu roket menghantam sebuah bus di Holon dekat Tel Aviv, menyebabkan 5 orang Israel tewas.

Pada hari yang sama Israel menggunakan rudal dilepaskan dari pesawat tempur guna menghancurkan sebuah apartemen yang masih dihuni warga Palestina karena menolak ultimatum pengosongan sebuah apartemen berlantai 13. Belasan orang tewas dan 230 orang terluka meskipun selamat dari reruntuhan.

Pada 11 Mei 2021, Ayatollah Ali Khamenei pemimpin tertinggi Iran  meminta warga Palestina agar menerapkan strategi bersatu guna melawan pola zionis Israel yang langsung dikecam oleh Gilard Erdan, Dubes Israel di PBB.

Entah ada kaitannya dengan pernyataan pemimpin agung Iran tersebut faktanya perlawanan Palestina meningkat setelah itu, memaksa Israel mengaktifkan seluruh sistem pertahanan udara Iron Dome guna menangkal roket-roket Palestina yang mengancam warganya.

Kelompok Hamas kembali melepas 130 rudal ke posisi Israel dan ditanggapi super reaktif oleh Israel dengan serangan udara ke berbagai posisi Hamas di Jalur Gaza. Bandara Ben Gurion sempat terhenti operasi sesaat terkena serangan dan sebuah jaringan pipa gas rusak akibat terkena roket lainnya.

Israel terpaksa mengaktifkan sistem pertahanan udara Iron Dome guna menangkal roket-roket Palestina yang mengancam warganya.

Kondisi kini semakin meruncing setelah Israel tanpa ampun mengerahkan pesawat tempur dan rudal membombardir Gaza mengincar pemimpin tertinggi Hamas. Menteri pertahanan Israel, Benny Gantz mengatakan aksi Israel itu adalah baru permulaan.

Sementara itu juru bicara Hamas di Gaza, Abu Ubaida mengimbau warga Palestina dan Arab agar melakukan konsolidasi melawan Israel.

Presiden Turki Recep Tayyep Erdogan dalam pidato panasnya mengatakan Israel benar-benar bentu sebuah negara teroris mengajak negar muslim konsolidasi melawan bar-barnya Israel.

Melihat pertikaian tak habis-habisnya antara Palestina - Yahudi khususnya di Israel tampaknya Inggris mulai menyadari bahwa ada kekeliruan 101 tahun lalu dalam menyusun draft deklarasi Balfour.

Faktanya memang Inggris pernah mengakui pada 2020 lalu tentang penyesalannya karena tidak konprehensif menyertakan pihak Palestiana dalam penyusunannya.

Tetapi seriuskah Inggris dengan penyesalannya terutama ketika melihat Israel tidak berkomitmen pada janji menjaga hak-hak sipil Palestina?

Jangan berharap penyesalan itu terjadi karena negara barat pasti tidak akan bersekongkol menghapus negara Israel bahkan niat pun tidak ada. Kecuali jika Israel melakukan blunder sendiri dan itu biasanya seperti mengulangi sejarah masa lalunya.

Bukan, bukan peristiwa sosok dan gaya Hitler hadir kembali. Bukan juga bencana alam banjir dan letusan gunung membuat mereka terkubur, tapi karena kesombongan. 

Terusirnya bangsa Yahudi pada jaman "tempo doeloe" (dulu) hampir 3.800 tahun SM hingga menjadi obyek anti semit berabad-abad di Eropa adalah bukti bangsa Yahudi pernah tergusur karena kesombongannya, sebelum akhirnya "mendarat" kembali di Palestina.

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun