Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Donald Trump Telah "Menghibur" Dunia Demokrasi dengan Caranya

21 November 2020   14:29 Diperbarui: 21 November 2020   22:52 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi. President Donald Trump gives a thumbs-up as he has Thanksgiving Day dinner at his Mar-a-Lago estate in Palm Beach, Fla., Thursday, Nov. 22, 2018. (AP Photo/Susan Walsh)

Hampir tiga minggu usai pemilihan umum (pilpres) Presiden AS belum ada tanda-tanda Donald Trump mengakui kekalahan meskipun Jered Kushner sang menantu dan beberapa penasehat terdekat Gedung Putih coba membuka cara berpikir Trump agar lebih objektif.

Bahkan Mitt Romney senator senior partai Republik dari Utah sekalipun, memberi aba-aba via Tiwitter-nya juga belum mampu menjinakkan keteguhan hati Trump. 

"Setelah gagal mengajukan kasus kecurangan besar atau konspirasi melalui pengadilan, Presiden kini berusaha menekan pejabat negara bagian dan lokal untuk membatalkan keinginan rakyat dan membatalkan pemilu," tulis Romney dalam akun pribadinya sebagaimana dilansir Dailymail.

Hampir tidak percaya dengan apa yang sedang diperlihatkan Donald Trump membuat Presiden terpilih Joe Biden melontarkan pernyataan agak pedas dari sebelumnya.

"Sulit memahami cara orang ini berpikir. Apa yang dilakukannnya memalukan. Trump akan dikenang sebagai Presiden paling tidak bertanggung jawab dalam sejarah AS," ujar Biden seraya menambahkan Trump telah mempertontonkan sikap paling buruk pada dunia tentang Demokrasi.

Perdulikah Trump. Ternyata tidak. Trump bahkan semakin larut dengan tuduhan curang yang dilontarkan pengacara pribadinya Rudolph W. Giuliani menilai hasil pemilu telah diputar balikkan datanya.

Jenna Ellis salah satu tim kepercayaan meyakinkan Trump bahwa "massive fraud" atau penipuan besar-besar suara telah terjadi di seluruh negara bagian.

Senada dengan itu ketua pengacara Pilpres kubu Trump Sydney Powel mengatakan adanya teori konspirasi dalam Pilpres ini. Dia mengungkap program Hammer dan Scorecard telah digunakan dan untuk mengubah surat suara Presiden lain. 

Salah satu negara bagian yang dituding curang dampak program tersebut adalah Georgia sehingga terpaksa melakukan perhitungan suara ulang. Tapi usai hitung suara ulang secara manual dilakukan pada 19/11/2020 tetap saja hasil suara nyaris sama dengan sebelumnya yakni 2.475.141  suara (49,5%) untuk Biden dan 2.462.857 suara (43,3%) untuk Trump. Tidak ada bukti terjadi kecurangan.

Setelah tidak ada bukti kecurangan di Georgia, Matt Romney mengeluarkan pernyataan dalam akun twitternya di atas. Ciutan itu sesungguhnya semakin menyudutkan Trump. Akan tetapi Trump masih bergelayut padaharapan indah yang ditebar oleh orang-orang dekat dan kepercayaannya termasuk Sydney, Jenna dan Guiliani dan mungkin lainnya.

Itu sebabnya Biden sedikit menaikkan tekanannya karena tidak menyangka ternyata Trump telah mempertontonkan sesuatu yang lain dari yang lain dalam sejarah Pilpres dan Demokrasi di AS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun