Beberapa peralatan dalam pabrik juga sudah digondol maling karena tidak ada aktifitas yang dapat dilakukan lagi sejak beberapa bulan terakhir.
Penelitiannya bertahun-tahun dan bayi perusahaannya langsung "Knock Out" ketika baru lahir.
Pupus harapankah ibu Sulhatun dengan kondisi saat ini? Jangan berharap itu terjadi pada dosen yang telah menerima aneka penghargaan berikut ini :
- Piagam penghargaan program Riset Terapan dari Kemristekdikti 2014-2016
- Penghargaan pada Program CPPBT sebagai Inovator inovasi Indonesia Expo dengan produk Asap Cair Tempururng Kemiri dari Kemristekdikti Tahun 2017 di Surabaya.
- Piagam penghargaan pada Program CPPBT sebagai Inovator inovasi Indonesia Expo dengan produk Alat pyrolisa Asap Cair dan Alat Pemurnian Asap Cair dari Kemristekdikti Tahun 2019
- Piagam penghargaan pada Program PPBT sebagai Inovator pada Acara Inovator inovasi Indonesia Expo dengan produk FORGANIC dari Kemristekdikti Tahun 2019
Hasil temuannya telah di Publikasi dalam Journal berjudul “Effect of pyrolysis Temperature and Time of Liquid Smoke Product From Candlenut Shell By Pyrolysis Process, has been published in Scopus indexed Journal INTERNATIONAL JOURNAL OF ADVANCED SCIENCE AND TECHNOLOGY Vol 28 No 20, (2019), PP 01-08.
Kini inovator itu sedang mengumpulkan sisa "kekuatannya" agar dapat melangkah lagi ke skala pabrikasi setelah pandemi ini berakhir. Dia telah melihat potensi pasar produk turunan dari asap cair sangat menggiurkan di luar negeri sementara bahan bakunya berlimpah di Aceh.
Dia juga berharap kelak dapat membuat pusat riset Kemiri (Kemiri Research Center) di Unimal mengingat Aceh merupakan salah satu daerah penghasil kemiri terbesar di Indonesia meskipun mulai tergerus oleh hadirnya lahan sawit.
Dalam kesibukannya mondar-mondar Lhokseumawe - Medan untuk menyelesaikan S3-nya ia menceritakan semua ini kepada penulis di Medan dengan data dan fakta serta dokumen-dokumen sejak 2 bulan yang lalu sehingga memudahkan penulis menyimak "jalan ceritanya" dari awal hingga akhir dan menuliskan dalam artikel ini setelah proses "tanya-tanya" puluhan kali.
Mungkin saja darinya kita temukan inspirasi, bagaimana berjuang menemukan dan membentuk sesuatu untuk menghasilkan produk yang memiliki nilai tambah meskipun dalam segala keterbatasannya. Meski badai covid-19 datang menerpa dan langsung memprokporandakan bayi perusahaannya tapi harapannya tak akan sirna.
Setelah pandemi ini berakhir semoga inovator PT. Forganik Bioenergi Global ini dapat merealisasikan langkahnya membuka lapangan kerja, menghasilkan produk bernilai tambah lebih tinggi. Mungkin saja membantu pemerintah daerah khususnya Aceh Utara menjadi salah satu eksportir produk asap cair suatu saat nanti.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H