Sebagaimana dilaporkan pada artikel sebelumnya di sini, Perdana Menteri (PM) Hassan Diab akhirnya menyampaikan pengunduran dirinya pada Presiden Michel Aoun di Istana presiden Baabda di pinggiran timur kota Beirut pukul 7.30 pada 10 Agustus 202o tadi malam.
Alasan paling utama adalah bentuk tanggung jawab atas peristiwa ledakan Beirut 4 Agustus 2020. Kelalaian itu adalah representasi ketidak mampuan pemerintahannya memberi ruang perlindungan aman bagi warga Lebanon.
Dengan demikian karir Hassan Diab hanya "seumur Jagung" memimpin pemerintahan Lebanon tidak sampai delapan bulan sejak dilantik pada 21 Januari 2020 lalu menggantikan Saad Hariri ketika yang mengundurkan diri sejak Oktober 2019.
Demo (sebelumnya) anti pemerintahan Hariri berlangusng sejak 17 hingga 29 Oktober 2019. Pedemo mengusung isu anti korupsi, pengangguran dan resesi ekonomi. Pedemo dari pro Hezbollah menuntut figur calon PM pada saat itu bukan lagi figur dari polikus.
Sosok Diab pada saat itu dikenal low profil dan netral. Dia bukan politikus tapi orang akademis, seorang insiyur komputer. Saat itu dia menjabat Menteri Pendidikan Labanon dan sebelumnya ia adalah seorang profesor pengajar di Universitas Amerika di Beirut.
Setelah Diab dilantik padanya diharapkan akan ada perubahan Lebanon bisa maju dan terbebas dari persoalan klasik, korupsi, nepotisme dan memburuknya perekonomian.
Belum sempat beraksi otpimal menjadi PM Lebanon pandemi Covid-19 membuat lesu perekonomian dunia tak terkecualai Lebanon. Tetapi pada 3 Maret 2020 Diab masih sempat melakukan langkah penyelamatan dengan mengurangi pengeluaran negara sebesar 700 juta USD dalam APBN 2020 Lebanon pada sektor - sektor non produktif di beberapa depattemen atau kementeriannya.
Tetapi ternyata Diab bukan pesulap yang mampu mengubah Lebanon dalam sekejap menjadi sosok negara sesuai harapan pedemo. Diab pun terkena getah pendemo juga. Teknokrat ulung pun ternyata tidak dapat menjawab kebutuhan ideal warga Lebanon yang terinspirasi demo ala Arab Springs yang "sukses" meledak di sejumlah negara Arab pada 18 Desember 2010 - akhir Desember 2012.
Gelombang protes menjatuhkan pemerintahan Diab telah berlangsung sejak April 2020 dan puncaknya terjadi pasca terjadi ledakan Beirut 6 Agustus hingga 10 Agustus 2020 saat Diab mengundurkan diri. Belum jelas apakah aksi demo masih akan berlanjut menyasar "target" lainnya pasca Diab mengundurkan diri dan pemerintahannya bubar.
Peristiwa ledakan Beirut yang menewaskan 200 orang dan melukai 6000-an orang telah dijadikan momentum penting oleh pedemo melakukan tekanan pada pemerintah melalui demo anarkis dan destruktif.
Enam hari pasca ledakan Beirut Diab pun menyerah. Dia menyampaikan permohonan pengunduran dirinya pada Presiden sesuai aturan UU Lebanon.