Isu perang Israel dan Iran di Suriah telah lama ada dan berulang kali muncul ke permukaan. Isu itu seakan sebuah komoditas "menarik" berita perang internasional setidaknya dalam 1 dekade terakhir.
Kenyataannya perang terbuka antara kedua negara belum pernah terjadi. Jika pun terjadi hanya perang sporadis dan serangan-serangan jarak jauh menggunakan misil, peluru kendali, roket dan pesawat tempur.
Kini berita persiapan perang Israel melawan Iran (Hezbolah) dan pasukan Surah (SAA) dan mungkin Lebanon kembali menghangat setelah lebih tiga ratusan kali serangan udara Israel tidak juga memperlihatkan Iran surut membela pemerintahan Bashar al-Assad dari aneka musuh di dalam dan luar negeri Suriah.
Demi ambisi, Israel dibantu AS tidak saja melanggar perbatasan dan ruang udara sebuah negara berdaulat lainnya tetapi juga mempermainkan hak-hak sipil dengan cara amat vulgar.
Pesawat termpur Israel "berlindung" di balik pesawat terbang patroli Rusia ketika ditembak rudal SAA menyebabkan pesawat pengintai itu berhamburan pecah di dekat pantai Mediterania pada 2019 lalu.
Baru-baru ini dua buah jet tempur F-15 AS menggertak pesawat terbang sipil Iran (Mahan Air) dengan melakukan intesep tiba-tiba mebuat pilot reflek melakukan "penyelamatan." Sebuah sikap yang benar-benar tak perlu meskipun AS menganggap itu sebuah tindakan profesional.
Vulgarnya Israel menyerang dari ruang udara kawasan Jordania dan Lebanon hingga membuat ke dua negara (terutama Lebanon) merasa benar-benar terganggu kedaulatannya. Tetapi yang terjadi justru Israel yang merasa teganggu keamanan nasional mereka akibat kehadiran Iran di Suriah.
Faktanya tidak ada serangan Iran dan Suriah yang pernah mengancam negara Yahudi tersebut sejak meletusnya perang Suria 2011 silam seperti dikuatirkan Israel dan AS. Yang terjadi adalah sebaliknya, serangan bertubi-tubi Israel pada posisi iran dan Suriah dan hampir tak ada pembalasan selain serangan sporadis Hizbollah di dataran tinggi Golan.
Sebuah serangan balik Suriah paling terkenal dan paling membekas adalah ketika sebuah pesawat tempur F-16 Israel jatuh oleh S-200 pada 10 Februari 2018 lalu.
Selain itu tidak ada pembalasan dari Iran selain berteriak dan meratap bersumpah akan melakukan pembalasan tapi tak ada pembalasan yang signifikan.
Serangan Israel terhadap posisi Iran pada 22 Juli 2020 diluar dugaan direspon dengan sangat berani oleh Iran dan Suriah. Hal itu terjadi ketika belasan misil yang dilontarkan dari poesawat tempur dan baterai peluncur misil dari pangkalannya di daratan tinggi Golan dan markas militer lainnya mendapat reaksi sangat tinggi oleh sistem pertahanan udara Suriah yang disuplai oleh Iran.