"Tapi yang paling saya ingat pernah suatu ketika itu sedang pembangunan proyek Inalum di Sumut kerjasama Indonesia dengan konsorsium Jepang. Saat itu menteri Perindustriannya adalah A.R Soehoed sekaligus merangkap ketua Otorita Asahan. Tapi entah seperti apa Soehoed lapor ke saya bahwa dana daripada staf Inalum belum juga dicairken Menko Ekonomi ketika itu. Itulah yang menyebabken pak Soehoed melapor ke saya kesulitannya saat itu sudah tidak lagi menjabat sebagai Menteri Perindustrian."
Soehoed telah dua kali diminta pak Harto agar temui Menteri Perindustrian (pengganti Soehoed). Permintaan Soehoed tidak ditanggapi. Lalu Soehoed melapor lagi pada pak Harto dan disarankan bertemu Menko Ekuin saat itu Ali Wardhana. ternyata juga tidak berhasil.
Pak Harto melanjutkan dengan sangat serius. "Sorenya Soehoed saya panggil. Di hadapan Soehoed saya tegur keras Menteri Ekuin dan Menteri terkait. Saya marah besar. Saya kataken bahwa proyek Asahan ini sangat memili-i peranan penting dan musti ditunjang dengan anggaran yang cukup. Semua musti perhatikan ini."
"Membentak pernah pak? "Saya beranikan diri bertanya lebih dalam.
"Iya. Maaf, saya sempat membentak beberapa Menteri saat itu sehingga ndak ada menteri yang menatap arah saya, semua tertunduk. Dan setelah keluar dari situ esoknya saya dengar dari Soehoed prosesnya sudah mengalir lancar, begitu loh, hehehhee.."
Rokok pak Harto disulut lagi sempat padam keasikan ngobrol.
Pengalaman marah lainnya pada menteri apa yang paling diingat pak?"
"Masih ingat dengan Reformasi 1998 itu? Nah sebelum saya umumkan pengunduran pastinya saya sudah koordinasiken dengan para Menteri. Mereka menyarankan saya bertahan tetapi diluar sana beberapa Menteri malah berkata lain mendukung saya lengser. Menteri-menteri sperti itu kemudian saya kumpulkan dan saya kataken saya tersinggung dan marah. Anehnya keluar dari Istana mereka menyatakan mengundurkan diri dari Menteri."
Terlihat geramnya pak Harto sambil menunjuk sebuah foto seorang menteri.
"Anda kenal toh sama orang ini? Iya.. Saya seperti ditinggalkan ketika itu," ujar pak Harto sejenak terlihat matanya berkaca-kaca.
Saya pun mengalihkan perhatian menuangkan kembali kopi dari ceret yang hampir habis kami konsumsi bertiga, bung Karno minta ajudan datang.