Keduanya hampir bersamaan membakar rokok. Bung Karno melepas hembusan asap rokoknya jauh-jauh.
Diatas meja telah tersedia pisang kepok rebus dan tiwul satu ceret kopi harumnya serasa membangkitkan ketenangan.
Bung Karno membuka pembicaraan tentang peristiwa politik hangat terbaru di tanah air."Saya dapat kabar katanya presiden Jokowi sedang marah-marah sama menterinya. Apa pasalnya, mas.," tanya beliau
Tak menyangka ditembak langsung dengan pertanyaan yang bukan bidang sayapun bingung harus memulai dari mana, Saya berusaha memberi penjelasan seadanya.
"betul pak, marah yang terakhir itu karena sedih campur geram karena kementerian dinilai lambat sekali merespon percepatan pemulihan ekonomi akibat dampak Covid-19."
"Marah dan kecewa?" tanya bung Karno
Belum sempat bung Karno menanggapi saya langsung bertanya apakah zaman beliau dulu pernah marah-marah sama Menterinya?
"Saya tak pernah marahi menteri. Kalo tegur ada. Dan itu dengan cara memanggilnya menanyaken apa duduk masalahnya. Kenapa begini dan begitu...Kalau marah sama ajudan ya..pernah, itu loh waktu anak saya Guntur didongengin sama cerita fiktif oleh Brigadir Polisi M. Tamim, pengawalnya," jelas bung Karno.
Tapi dalam urusan kenegaraan bapak pernah marah? tanya saya lagi.
"Ya jelas aja ada, tapi untuk Menteri kayaknya gak pernah."
"Kalau untuk lainnya misalnya apa pak," kejar saya