Jika saja aksi empat Polisi kota Minneapolis (MPD) saat memberangus George Floyd (hingga akhirnya tewas) tidak direkam dan disebarkan oleh Darnella Frazier mungkin cerita kematian Floyd bisa terjadi akibat versi lain.
Peristiwa itu terjadi pada 25 Mei 2020 pukul 08.00 waktu setempat. Seorang remaja berusia 17 tahun yang baru keluar dari sebuah toko makanan hanya beberapa meter di lokasi kejadian di sebuah jalan kota Minneapolis, Minnesota, AS. Dia merekam adegan penangkapan berakhir tewasnya Floyd ke laman Facebooknya di sini.
Dalam tayangan itu jelas sekali 4 polisi (Derek Chauvin, Tou Thao, Thomas Lane, J. Alexander Kueng dari MPD) mengeluarkan Floyd dari mobilnya dan dibawa ke arah belakang mobil patroli MPD.
Floyd dijatuhkan untuk diborgol. Lutut Derek Chauvin menjepit bagian samping leher Floyd hingga pipi Floyd menempel rapat di atas aspal beberapa menit, membuatnya tidak bisa bernafas.
Terdengar jelas dalam rekaman Floyd ngos-ngosan minta air dan lehernya tidak dijepit lutut Chauvin, tapi mantan security di sebuah klub malam itu tak perduli, termasuk 3 teman petugas MPD lain di sebelahnya.
Kini muncul video terbaru rekaman CCTV dari sebuah toko tentang proses penangkapan tersebut. Sangat jelas terlihat bagaimana ke empat Polisi membekuk Floyd yang tidak memberikan perlawanan tetapi telah membuatnya hilang kesempatan untuk hidup.
Kini rekaman video Frazier telah menimbulkan pro dan kontra. Banyak pujian tertuju padanya atas kepeduliannya meskipun banyak juga yang menuduhnya cari perhatian dan mendapatkan bayaran atas viralnya videonya.
Kita tidak membicarakan apa yang diperoleh Frazier atas rekamannya tetapi melihat sejauh apa dampak (harga) lutut Derek Chauvin (teman lamnya ketika pernah sama-sama bekerjanya di sebuah klub malam di Minneapolis belasan tahun lalu).
Hari pertama aksi protes warga Minneapolis masih berlangsung damai. Tapi sehari kemudian kota Minneapolis bagaikan "neraka." Aksi penjarahan, pembakaran terjadi di mana-mana.
Beberapa pusat perbelanjaan telah terbakar, sarana publik dan milik polisi dan pemerintah juga rusak dan terbakar. Protes awalnya damai itu seperti ada menyimpan dendam kesumat yang belum terlunaskan.
Luapan "solidaritas" atas kematian si "raksasa" berhati lembut itu diperlihatkan juga oleh para tokoh dan selebriti kulit putih papan atas AS. Taylor Swift, Yungblud, Justin Bieber hingga Joe Biden (calon kandidat presiden AS) ikut memberikan dukungan semangat keadilan atas kematian Floyd.