Rekor terbaru dalam jumlah kematian akibat virus corona (Covid-19) telah melanda Italia dan seluruh dunia. Catatan WHO dalam sehari saja pada 15/3/2020 mencapai 173 orang di seluruh Italia. Mungkin saja angka ini justru melebihi angka kematian tertinggi pernah terjadi dalam sehari di China.
Masih menurut sumber WHO di atas, total warga Italia yang terinfeksi hingga 15/3/2020 mencapai 21.157 dengan total angka kematian mencapai 1.441 orang.
Pemerintah Italia telah menggembok atau mengunci (lockdown) seluruh daratan Italia menjadikan negara tersebut "tertutup" keluar masuk sejak 9 Maret 2020 hingga 3 April 2020. Tetapi apa daya serangan wabah pandemi Corona telah duluan lebih cepat menerjang seluruh sendi-sendi Negeri Spaghetti tersebut.
Lockdown memeiliki arti harfiah "mengunci" memiliki makna menutup akses keluar masuk sebuah negara dan menutup aktivitas umum untuk sementara waktu. Akibatnya, sekitar 60 juta orang warga Italia telah mengarantina diri sendiri, beberapa di antaranya mengisolasi diri sendiri.
Terkait dengan hal itu, pemerintah Italia sedang menutup aktivitas warga, melarang acara publik, menutup lokasi bisnis, komersil dan pusat perbelanjaan, menutup kegiatan sekolah dan universitas dengan tujuan memperkecil penyebaran Covid-19 di negara tersebut.
Sejumlah negara telah mengikuti langkah Italia menggembok negaranya yaitu Filipina, Irlandia dan Denmark dengan tujuan seperti di atas dan melalui mekanisme mirip seperti di atas.
Di Indonesia jumlah penderita Covid-19 pun semakin banyak yang rasanya tak mampu lagi ditutupi dengan kata-kata atau kalimat menghibur. Tabel di bawah ini memperlihatkan jumlah penderita Corona telah tembus 117 orang dan jumlah kematian mencapai 4 orang.
Kondisi ini menjadikan Indonesia memiliki status paling banyak terkena virus Corona melebihi India sekalipun dengan penduduknya lebih banyak, setidaknya hingga 15 Maret 2020.
Corona telah jadi "hantu" atau momok jelas menakut bagi seluruh negara. Pantas negara-negara mempersiapkan langkah perang terhadap hantu tersebut melalui cara dan mekanisme masing-masing.
Tampaknya sosok Corona mirip seperti hantu. Dia ada tapi tak terlihat. Dia menyerang tapi tak tertangkap. Dia makin menyerang dan menyerang tanpa pandang bulu dan pilih kasih meskipun berbagai cara ditempuh untuk memadamkan serangannya.
Kini Corona hampir saja melumpuhkan dunia. Jika pandemi ini tidak dapat diturunkan dalam sebulan lagi bisa jadi resesi dunia akan terjadi. Kelesuan ekonomi kini mulai terlihat dan itu adalah akar dari semua masalah yang akan memberi dampak negatif pada berbagai dimensi dan aktivitas lainnya.
Dari sisi ekonomi, suatu saat nanti dunia ini tampaknya harus di-restart kembali. Ibarat komputer diserang virus begitu juga halnya dunia akan melakukan install ulang setelah melakukan lockdown untuk waktu yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.
Mungkinkah hantu Corona menjadi titik resesi dunia? Jelas ini hanya sebuah kiasan untuk menggambarkan dahsyatnya pandemi Corona telah menyentuh sendi ekonomi karena terjadi semacam teror gangguan kesehatan dan mengancam jiwa pada seluruh dunia.
Tetapi berdasarkan laporan The United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) pada 26 September 2019 telah memperkirakan terjadinya resesi ekonomi dunia pada 2020 yang ditandai oleh penurunan (aneka) permintaan global dengan sangat tajam menyebabkan pertumbuhan ekonomi dunia turun tajam.
Perlu waktu 10 tahun untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi dan memperbaiki sendi-sendi ekonomi yang telah rapuh, menurut lapiran tersebut yang dikutip di sini.
Mungkin itu juga terlalu mengada-ada, bikin kita semakin cemas rasanya. Tetapi seorang ekonom kawakan Nouriel Roubini yang dijuluki Dr. Doom karena ketepatan prediksi krisis finansial global 2008 kembali melansir ramalan serupa. Kali ini, dia memprediksi krisis finansial dan resesi global akan terjadi pada 2020.
Dalam sebuah kajian pada 13/9/2018 berjudul "The Makings of a 2020 Recession and Financial Crisis", Roubini telah lama memberi warning pada dunia agar siap siaga datangnya krisis berikutnya yang disebutkan bakal terjadi pada 2020.
Seburuk apapun ekspektasi ekonomi dunia kita tidak berharap itu terjadi karena berimbas ke mana-mana temasuk menganggu perekonomian kita sendiri atau setidaknya negara kita. Tetapi mungkin saja itu adalah salah satu dampak dari serangan "hantu" corona yang mulai memperlihatkan tanda-tanda mengarah ke sana.
Semoga dunia lekas bangkit mampu mengatasi serangan hantu Corona tersebut.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H