Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Turki Mengamuk, "Tusuk" Rusia dan Iran dari Depan

1 Maret 2020   10:42 Diperbarui: 1 Maret 2020   12:04 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perkembangan gerak maju pasukan Turki dan milisinya 29-2-2020 hingga 1-3-2020. Sumber lieveuamap.com. Olahan penulis

Tak jelas mengapa Rusia dan Suriah tidak menggunakan intesif serangan udaranya. Apakah terkait dengan himbauan AS agar Rusia meng-grounded pesawat tempurnya dengan persyaratan khusus, belum jelas kemungkinannya. Yang jelas intensitas serangan melalui pesawat tempur telah jauh berkurang dalam 2 hari terakhir hingga saat tulisan ini dibuat.

Turki mencapai kemajuan dan kepercayaan diri yang tinggi saat ini seakan-akan memperlihatkan sikap aslinya menusuk Rusia (bahkan Iran) dari depan, tidak lagi dari belakang seperti dituduh Rusia saat menembak jatuh pesawat Su-24 pada 24 Nopember 2016 lalu di Latakia.

Melihat perkembangan signifikan tersebut, dari Istanbul Turki, Presiden Erdogan menggebrak membuat nyali Presiden Rouhani rasa bergetar dalam pembicaraan telepon meminta agar Turki menghormati kedaulatan Suriah. Erdogan menjawab, Situasi di Idlib tidak bisa menjamin dalam kondisi sekarang dan mengkhawatirkan (nasib) perundingan Astana.

Sebelumnya Erdogan krmbali "menusuk" nyali Putin terang-terangan mengatakan  "Suriah bukan tempat petualangan Turki," seakan melunasi kekalahan dalam mendukung pemerintahan GNA di Libya. Dalam keterangan persnya Erdogan juga menegaskan pada Putin agar keluar dari serangan Turki.

Kondisi di atas mungkin jadi titik kulminasi mundurnya kekuatan SAA akibat terlalu banyak musuh yang harus dihadapi Rusia -Iran. Tapi apakah kondisi ini sebuah siasat atau strategi perang sedang diterapkan Suriah, Iran dan Rusia?

Tampaknya tidak, karena jika sebuah kawsan jatuh ke tangan Turki akan sulit sekali merebutnya kembali. Beda dengan ketika pasukan SAA menerapkan strategi mundur dari sebuah kawasa yang direbutnya lalu direbut kembali oleh pemberontak. Yang dihadapi Rusia, Iran dan Suriah kini adalah negara ke dua terbesar memiliki angkatan perang dalam NATO (setelah AS).

Bagaimanapun gerahnya AS, Uni Eropa bahkan sejumlah negara sesama anggota NATO terhadap sikap antagonis Erdogan namun tetap saja mendapat dukungan moril dari sesama anggota NATO. Dukungan ini sangat membantu, setidaknya meletigimasi invasi Turki menjadi ofensif dengan alasan kemanusiaan dan lainnya dan itu artinya melemahkan posisi Rusia, Iran dan Suriah.

Tusukan Turki belum usai, ancaman akan tertutupnya pintu selat Bosporus bagi Rusia (juga Iran) bisa membuat Putin dan Rouhani pusing tujuh keliling bagaimana kapal-kapal Rusia musti memutar arah dengan jarak 3 kali lebih jauh untuk menuju Damasku dari laut hitam. Selain itu kapal Iran yang menuju Rusia pun akan mengalami kondisi yang sama. 

Akan berakhirkah tusukan Turki, ataukah Rusia dan Iran akan membalas kembali? Segala sesuatunya masih dapat berubah. Mari kita nantikan perkembangannya.

abanggeutanyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun