Titik balik kebangkitan perlawanan pemberontak Suriah terjadi ketika pasukan Turki dan pasukan pemberontak berhasil merebut desa Nayrab yang berada 7 kilometer di depan ibu kota Idlib pada 24 Februari 2020 lalu. Di sokong "firepower" dari unit artileri dan misil darat dan udara seolah-olah membumi hanguskan posisi SAA dan milisinya di sana, kota strategis Saraqib di depannya juga jatuh ke tangan pasukan Turki 2 hari kemudian.
Setelah itu pasukan Turki gencar meningkatkan tekanannya dengan mengaktifkan drone penyerang berteknologi tinggi serta stasiun peluncur misil dari provinsi Hatay untuk membebaskan areal 5 kilometer jalan nasional M5 Highway di depan kota Saraqib dan di kiri dan kanan kota itu.
Pada 29 Februari 2020 gerak maju serangan udara Turki mengarah ke arah provinsi Aleppo, dua buah drone bersenjata menghancurkan pangkalan udara Kweires. Sementara itu serangan rudal Turki menghantam sejumlah baterai rudal milisi Hezbollah dukungan Iran di sekitar Aleppo. Sejumlah pantzir dan MLRS Hezbollahjuga dihajar oleh drone Turki.
Belum jelas benar berapa jumlah korban di berbagai pihak pada 29 Februari 2020. Tetapi mengacu pada SOHR mengatakan pada Sabtu 29/2/2020 saja teradapat 55 korban yang terdiri dari 23 tentara dan milisi Hezbollah tewas, semantara 31 petempur di sebelah Turki tewas termasuk 20 jihadis.
Menjelang terbenam matahari pada 29/2020 pasukan dan milisi dukungan Turki mengubah konsentrasi serangan darat. Rombongan besar Turki bergerak dari kota Muhanbal di jalur M4 Higway ke arah desa Balyun lokasi basis militer Turki yang diserang oleh pesawat tempur Rusia Suriah yang menewaskan 34 pasukan Turki pada 28/2/2020.
Dari sana rombongan dipecah ke arah desa Kansfrah dan desa Humaymar. Rombongan yang menuju desa Kansafrah melakukan penghadangan terhadap laju pasukan SAA dan milisinya yang ketika itu baru saja merebut atau membebaskan desa Alhamra dekat sebuah danau kecil.
Di sini pasukan Turki berhasil menahan gerak maju SAA. Bala bantuan drone dan tembakan misil ke arah posisi SAA yang coba menyerang akhirnya terpaksa mundur. Pasukan SAA awalnya sudah menguasai desa Alhamra terpaksa harus mundur dan terus mundur hingga 10 kilometer dari posisi awal pada 27/2/2020.
Sementara itu laju pasukan SAA di desa Kafr Uwayd juga tak jauh beda, dipukul mundur jauh ke belakang sejauh 6 km hingga kini membahayakan posisi kota strategis Kafranbel yang baru saja direbut SAA seminggu lalu. Tampaknya jatuhnya kota Kafranbel ke tangan Turki hanya menunggu waktu.
Lemahnya pertahanan SAA dalam dua hari ini (sejak 28/2/2020) sangat terlihat ketika laju pasukan daratnya tidak lagi mendapat sokongan payung udara. Pasukan SAA mengandalkan serangan artileri, misil dan pasukan darat dan milisi.
Di sisi lain Turki justru meningkatkan sistem pertahanan udaranya meski belum menggunakan pesawat jet tempur F-16 nya. Kekuatan "firepowe" artileri, roket, misil, MLRS, TOW, Manpad dan petempur militan berani matinya sangat berpengaruh pada pencapaian signifikan yang disebutkan di atas dalam 2 hari terakhir.