Beberapa peserta (masa itu) seperti Presiden Harry S.Truman, Raja Faisal dari Saudi Arabia, Carlos P.Romulo (Filipina), Faris El-Khouri (PM Suriah), Peter Fresher (PM New Zealand) dan lain-lain adalah saksi hidup pada masa itu, mereka tahu persis bagaimana proses lahirnya piagam PBB yang terbentuk melalui proses yang panjang, bukan hikayat dongeng yang panjang ala SE-EE.
Pada saat peristiwa itu terjadi, meskipun Republik Indonesia telah merdeka tetapi belum jadi anggota PBB karena berbagai alasan. Indonesia baru jadi anggota PBB ke-60 pada tanggal 28 September 1950, berdasarkan Resolusi Majelis Umum PBB nomor A/RES/491 bukan karena merasa gedung PBB nya masih ada di Bandung.
Andai saja salah satu dari mereka (pelaku sejarah PBB) itu masih hidup pasti ikut tertawa seperti Roy Suryo saat berdebat dengan "letjen" RSS (Edi Raharjo). Bedanya, Roy Suryo justru "hanyut" karena (katanya) mengadukan ke Polisi para penghayal tersebut telah menjungkir balikkan fakta sejarah dan berbohong. Sementara (diyakini) para pelaku sejarah PBB di atas justru tertawa sampai mules.
Para saksi sejarah justru berpesan,"Jangan diakomodir lagi hal-hal seperti itu. Sebab kalau diakomodir mereka justru jadi terkenal dan merasa terkenal. Membahas tentang mereka pun sesungguhnya tidak penting karena 100% halusinasi bertujuan menipu ."
Syarifuddin Yusuf, salah satu dosen pada Universitas Sriwijaya Palembang, "Nanti kalau diberitakan terus mereka 'melunjak' sehingga merasa seolah-olah sudah dikenal masyarakat luas dan bisa jadi itu malah bagian strategi mereka untuk diberitakan terus-menerus," ujarnya sebagaimana dikutip dari Antara melalu Tagar.Id.
Para pelaku sejarah PBB mungkin semuanya sudah berpulang kepada-Nya, meninggalkan saksi bisu beberapa gedung bersejarah di California, jadi kita ambil yang terdekat saja yaitu taipan Jack Ma dan bussinesman Bill Gates. Bisa, keduanya juga hanya bisa tertawa melihat klaim ala SE-EE. Jelas tertawa, tidak pakai biaya. Sementara membahasnya justru jadi keluar biaya, hehehehee.
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H