Hari ini tepatnya setahun lalu, Rusia telibat secara resmi dalam perang Suriah. Sejak itu --ditandai dengan serangan udara pesawat tempur The Russian Air Force (RuAF)--Rusia telah terlibat di seluruh fron Suriah. RuAF telah menjalankan misi untuk kepentingan politik luar negeri negaranya di Suriah hingga ribuan kali misi serangan udara.
Seiring dengan meningkatnya perlawanan pemberontak Suriah FSA dan selurih afiliasinya ditambah perlawanan ISIS aksi militer Rusia sejak pada dua bulan pertama Invasi telah terlihat lebih nyata. Menurut perkiraan kini lebih 4,000 pasukan Rusia dari berbagai matra dan satuan kini terlibat langsung di seluruh Suriah.
Apa yang telah dicapai Rusia dalam setahun invasi ke Suriah? Berikut beberapa informasi dasar dan perbandingan dengan apa yang telah dicapai AS dalam dua tahun invasi koalisi AS di Suriah :
- Jumlah serangan udara : AS : 5000-an kali. Sedangkan Rusia : tidak diketahui pasti, setidaknya sekitar 2750 kali.
- Jumlah pasukan tewas : Koalisi AS 4 personil. Rusia 20-an personil
- Pesawat tempur hilang/hancur : Koalisi AS 1 F-16. Rusia : 1 Su-24
- Helikopter hilang : Koalisi AS tidak ada kehilangan helikopter. Rusia : 7 helikopter
- Tank : Koalisi AS tidak ada kehilangan tank. Rusia : kehilangan 11 tank
- Korban teroris : AS menewaskan 5.359 ISIS, 136 al-Qaeda, 2 Ahrar ash Sham dan 10 Jaish al-Sunnah. Total : 5.507 orang lawan. Sedangkan Rusia menewaskan 2.574 anggota ISIS dan 2.476 FSA. Total 5.050 orang lawan.
Kegalan AS dalam perang Suriah adalah : Tidak mampu memilih kawan dan lawan sejati; Tidak tegas dalam pembicaaran damai, Tidak terbuka pada Rusia, Tidak menerima harapan positif pada program pelatihan untuk pemberontak moderat dan merugi miliaran US dolar, Terlibat pemboman terhadap penduduk sipil, Terlibat pemboman tehadap SAA sedang berperang melawan ISIS. Hampir 100-an SAA tewas.
Sementara itu kegagalan Rusia adalah : Tidak mampu memisahkan posisi FSA, ISIS dan jihadis lain dengan posisi penduduk sipil, Mengggunakan bom daya ledak skala besar di pemukiman warga sipil, Dituding menyerang konvoi bantuan kemanusiaan PBB, Membom pejuang moderat NSF dukungan AS belasan NSF tewas, Menaruh harapan besar pada kebaikan AS menerima perdamaian Suriah. Membantu rezim Assad yang tidak disukai kelompok pro barat.
Serangan pesawat tempur Rusia sejak sebulan terakhir semakin gencar. Beberapa media barat -- mengutip pejabat negara pro AS-- serangan udara Rusia makin brutal. Hal ini terindikasi pada beberapa peristiwa ditujukan akibat perbuatan Rusia yaitu, pemboman terhadap konvoi balabantuan PBB untuk Aleppo seminggu lalu. Selain itu, sejumlah rumah sakit dan fasilitas publik hancur juga dituding akibat serangan udara Rusia.
Seakan tak bergeming, bagaikan kesetanan Rusia kini mulai menggunakan bom-bom dan misil berkekuatan daya ledak dan rusak lebih tinggi dari sebelumnya sepeti incendiary bombs (bom pembakar) dan missil diluncurkan dari kapal perang di laut Mediterania.
Kritikan negara-negara barat paling berpengaruh seperti Inggris dan Perancis pun seperti tak digubris. Rusia makin ganas memakan korban mencapai lebih seratusan setiap hari di Suriah sejak sebulan terakhir terutama 2 pekan terakhir setelah AS membom SAA di Deir Ezzor.
Tak tahan dengan aksi bar-bar itu, Menteri Luar Negeri AS, John Kerry melontarkan pernyataan pedas berisi ancaman sangat serius. "Kerry told Lavrov the U.S. was preparing to 'suspend U.S.-Russia bilateral engagement on Syria,' including on a proposed counterterrorism partnership," ujar Juru bicara Kemenlu AS, John Kirby mengutip Kerry setelah melihat Rusia semakin brutal. Lebih dahsyat lagi AS mengingatkan Rusia akan menarik pernyataan teroris pada makna teroris dimaksud Moskow.
kantor berita euronews memberitakan kepala negara AS dan Jerman mengutuk aksi Rusia di Suriah dengan menuliskan judul sengit tentang aksi bar-bar Rusia di laman potal mereka.
Di Roma, utusan PBB untuk Suriah Demistura mengatakan proses pengiriman bantuan ke lokasi penduduk terkepung sangat rumit dan berisiko akibat pembboman, ujarnya tanpa menunjuk Rusia. Akan tetapi statemen itu telah melengkapi proses pemojokan Rusia sebagai negara pelaku tindakan bar-bar diatas muka bumi saat ini