Pada 2000 Assad menolak lintasan pipa gas Qatar - Turki proyek senilai $10 miliar melintasi jalur Qatar -Suriah hingga ke Turki sepanjang hampir 1500 Km untuk memenuhi pasar Eropa. Alasan Bashar saat itu tidak memuaskan barat karena alasan bisnis keluarga tanpa menyebut kepentingan Rusia seperti dugaan barat.
Menurut Mike sejak 2009 CIA mulai membangun kelompok oposisi di Suriah. Momentum Arab Springs mengarah ke Suriah akan dijadikan momen menghilangkan Assad. Agen intelijen AS, Arab Saudi dan Israel merancang aksi itu sebut Mike yang juga menuding negaranya (AS) merencanakan kudeta gagal di Turki beberapa hari setelah peristiwa tersebut.
Assad beruntung. Mengetahui rencana tersebut Rusia dan Iran melundungi Assad. Pada barat Rusia mengirim 'pesan' tidak ingin barat melakukan hal sama pada Suriah seperti terjadi pada Libya.
Jika melihat pada garingnya pencapaian damai Suriah terkini dan hancurnya sejumlah upaya damai telah dilaksanakan sebelumnya serta upaya Israel memelihara kekacauan di Suriah tetap berlanjut demi gara-gara seorang Assad, pertanyaannya adalah JIKA Assad 'berhasil' dilenyapkan, apakah Suriah akan seperti kondisi Libya sebelumnya dan dampak kekacauannya masih terlihat sampai kini?
Terlalu mahal seorang Assad jika dunia menjadi kacau seperti ini saat Israel juga akan masuk dalam kancah perang horizontal dengan Suriah. JPP sebuah media Isarel telah memperkirakan potensi mengerikan tersebut.
Padahal Assad tak perlu dikejar-kejar atau dikondisikan seperti Khadafi dan Saddam Husein dahulu sebab Assad akan berhenti sampai pada waktunya di tangah rakyat Suriah sendiri. Tanpa Assad pun Suriah tetap kacau JIKA banyak orang Suriah tidak dapat mencerna fakta terang benderang seperti terlihat dan telah disebut di atas.
Salam Kompasiana
abanggeutanyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H