Mufti kharismatik KSA, Mufti Sheikh Abdul Aziz Al-Asheikh menilai apa yang dilaksanakan oleh KSA adalah pelaksanaan hukuman berdaasarkan Quran dan Hadist, tindakan ini diperlukan untuk menjaga integritas dan stabilitas negara, keamanan dan aturan di negaranya.
Perbedaan aturan, perbedaan aliran dan keyakinan serta perbedaan hukum antara satu negara dengan negara lain sesungguhnya sah-sah saja. Artinya negara manapun tidak berhak melaksanakan intervensi atas sebuah negara. Sayangnya pengaruh dan kepentingan geopolitik lebih sering menunggangi issue tersebut sehingga sering menimbulkan kekacauan antar negara.
Kini Arab Saudi dan Iran bagaikan air dan minyak tak pernah menyatu dan belum dapat disatukan semakin panas setelah beberapa kali terlibat rivalitas tak bertepi di dalam percaturan geopolitik terutama di kawasan Timur Tengah.
Mungkinkah karena Arab Saudi yang mulai keteteran dalam memimpin serangan udara ke milisi Houti (dukungan Iran) di Yaman dan di sisi lain juga mulai kewalahan membantu pejuang anti pemerintah Suriah mengalami penurunan signifikan penguasaan wilayah Suriah menjadi salah satu aksi di balik itu?
Ataukah karena Iran terlalu ambisius dan egoistik memaksakan pengaruhnya sehingga menganggap KSA sebagai batu sandungan yang tak terecahkan dalam mewujudkan pengaruh Shiahnya ke seluruh dunia sehingga tak henti-hentinya menggedor ketengangan KSA?
Momentum perseteruan abadi Iran dan KSA seakan tak bertepi menghiasi usia sejarah peradaban ummat manusia di atas muka bumi sejak puluhan abad yang lalu. Perseteruan abadi dalam pengaruh Syah dan Sunni tak akan mampu menyatukan ke dua negara saling menghargai satu sama lain sehingga negara pihak ketiga menantikan aksi perang terbuka antara kedua negara yang seharusnya harus dihindari oleh kedua negara meski berbeda prinsip tersebut.
Prakiraan pecahnya perang Iran dan KSA diyakini berbagai pengamat lebih disebabkan oleh pengaruh pihak ketiga baik dalam bentuk perang proksi atau perang untuk program The New World Order. Issue perbedaan aliran, pengaruh kawasan egoisme, rivalitas, kepentingan ekonmi (minyak dan gas) di kawasan antara Iran dan KSA menjadi celah menarik pihak ketiga untuk mengadu domba kedua negara tersebut setiap saat.
Apa yang terjadi jika KSA dan Iran terlibat perang frontal dan terbuka ketika masing-masing pihak memiliki sistim pesenjataan berteknologi tinggi dan dukungan aliansi masing-masing. Siapakah yang akan memenangkan perang pengaruh geopolitik di kawasan Timur Tengah?
Jawaban ini mungkin berlebihan. Pemenangnya adalah negara pencetus perang proksi dan mengemasnya menjadi komoditi berita menarik atau menjadi bisnis menggiurkan penjualan aneka jenis senjata kelas berat dengan angka penjualan yang fantastis, bikin ekonomi kedua negara menjadi morat-marit.
Apapun alasannya yang terbaik baik adalah saling menghargai satu sama lain. Dalam skala lebih luas adalah saling menghargai negara lain agar negara lain juga memperlakukan hal yang sama. Biarlah hukum di sebuah negara berbicara untuk kepentingan bangsanya, setidaknya untuk kepentingan politik dan penguasa di DALAM negaranya saja. Dan tentu saja biarlah warga atau masyarakatnya sendiri yang menilainya.
-----------