Jika merujuk pada catatan sejarah Tiongkok yang kala itu menjadi salah satu negeri paling maju peradabannya di planet kita pada dinasti Liang (502 M - 566 M) Brunei dikenal dengan sebutan kerajaan PO-LI.
POLI terus bergeliat menjadi pelabuhan terkenal. Tepatnya pada tahun 620 telah terjalin kontak ekonomi, sosial,budaya dan maritim antara PO-Li dengan Tiongkok yang kemudian berganti istilah (sebutan) menjadi kerajaan PO-LO dalam catatan sejarah Dinasti Tang (618 M-907 M).
PO-LO semakin dikenal. Kerjasama dengan dunia luar terus ditingkatkan khususnya dengan China semakin erat, sebutan PO-LO berubah menjadi kerajaan PU-NI (kearjaan Puni) ketika dinasti Sung berkuasa (960-1279 M).
Sekilas sejarah perjalanan Brueni di atas mungkin terlalu kuno menurut pendapat beberapa diantara kita. Mereka ingin melihat kondisi Brunei paling tidak zaman yang lebih dekat dan mungkin masa kini.
Baik, marilah kita masuk ke abad XIV, di mana menjadi tolok ukur berdirinya kesultanan Brunei yang pertama sekali dikepalai oleh sultan Awang Alak Betatar pada 1362.
Awang Alak Betatar yang mempunyai garis keturunan dari Minangkabau (Andalas) kemudian memeluk agama Islam lalu berganti nama menjadi Muhammad Shah.
Lahir pada 1368 dan meninggal usia 34 tahun pada 1402, ia merupakan pencetus lahirnya Brunei yang kita lihat bak mutiara mutu manikam saat ini. Pada masanya Brunei telah mengirim setingkat duta besar ke Tiiongkok (Dinasti Ming) di mana hubungan mesra melahirkan ikatan perkawinan antara kerjaaan Brunei dengan bangsawan atau kerajaan Dinasti Ming pada saat itu. Setelah kerajaan Majapahit mulai runtuh kekuatannya ke seluruh wilayah termasuk, Malaysia, Filipina, Kalimantan dan Sumatera hingga Papua pada 1364, Brunei secara resmi menjadi kerajaan merdeka pada 1365 M yang luas wilayahnya melebihi Brunei sekarang ini (sampai ke Filipina).
Pada 6 Januari 1514, pimpinan Portugis di Malaka menulis surat kepada Alfonso Albuquerque tentang kedatangan kapal-kapal Protugis di "Burneo" sebagai Brunei sekarang ini.
Sekitar tahun 1524 dalam catatan literarur Portugis menyebut Borneu. Kemudian sekitar abd 15 dan 16 orang Belanda dan Spanyol menyebut Brunei dengan" Bourney" atau "Borneo."
Nama Brunei semakin tersohor dan menjadi pembicaraan dunia akibat posisi strategisnya dalam pelayaran internasional.
Antonio Pigafetta pelaut spanyol yang berkelana ke seluruh dunia dalam tim ekspedisi kapal Portugis Ferdinand Magellan yang mengembara sampai ke Nusantara menyebut wilayah menarik itu sebagai Burney . Dia merujuk pada salah satu surat yang ia lihat dari sultan Brunei kepada Gubernur Tello (Manila) pada tahun 1550 yang menulisnya dengan sebutan "Bornei.