Mohon tunggu...
Abanggeutanyo
Abanggeutanyo Mohon Tunggu... Wiraswasta - “Besar, ternyata ada yang lebih besar, sangat besar, terbesar, super besar, mega besar dan maha besar.”

Nama : FM Al-Rasyid ---------------------------------------------------------------- Observe and be Observed

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Myanmar, Tanah Misteri dan Menantang Dunia

7 Agustus 2012   12:20 Diperbarui: 5 Maret 2020   14:05 8583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : weblog.leidenuniv.nl

Selama inggris berkuasa secara resmi pada 1 januari 1886 hingga akhirnya Burma meraih kemerdekaannya pada 4 Januari 1948, peranan orang muslim dalam kerjaan Inggris mendapat perhatian yang besar, ini terlihat dengan jelas karena beberapa diantara warga musli dari berbagai etnis dipercayakan sebagai penasehat kerajaan, walikota, administrator kerajaan Inggris, pegawai pelabuhan, pedagang pemilik kapal dan sebagainya.

Setelah meraih kemerdekaannya dari Inggris, Burma yang pada awalnya adalah negara yang disegani oleh kawan dan lawan masuk ke dalam pengaruh sekelompok ultra nasionalis berhaluan sosialis, terutama ketika era junta militer pertama Jendral Ne win dan dewan revolusioner sosialis memegang kendali kekuasaan Myanmar.

Sejak Ne Win berkuasa hingga digantikan oleh Thein Sein, berikut ini sejumlah peristiwa yang sangat kontras dialami oleh warga Muslim Myanmar dalam beberapa peristiwa yaitu :

  1. Perdana Menteri pertama Burma (U Nu) menetapkan agama Budha sebagai agama resmi negara Burma pada 1956. Pernyataan ini menimbulkan protes penganut agama minoritas di Burma termasuk Islam.
  2. Setelah jendral Ne Win berkuasa melalui kudeta tak berdarah 1962, pihak muslim disudutkan dengan munculnya stigma dan dogma bahwa muslim Myanmar itu identik dengan terorisme. Sebuah statemen yang memancing emosional warga muslim Myanmar sehingga berusaha mencari pengaruh dengan bergabung dengan kelompok bersenjata untuk memperoleh pengakuan yang lebih layak. 
  3. Issue sara dan fitnah pada 16 Maret 1997 ditujukan kepada muslim oleh surat kabar yang melansir berita pemerkosaan oleh pemuda muslim terhadap wanita Birma. Tak ayal, 1000 - 1500 orang bhiksu langsung "kesetrum" menyerang ummat dan fasilitas muslim termasuk menghancurkan masjid dan toko-toko muslim di kota Mandalay. Tiga orang muslim tewas akibat issu yang ternyata tidak dapat dibuktikan. Akibatnya, 100 orang bhiksu ditangkap aparat keamanan Myanmar. 
  4. Kerusuhan anti muslim di Sittwe dan Toungoo (2001) berawal dari persoalan makanan jajanan di warung muslim oleh sejumlah bhiksu hingga terjadi perkelahian yang mengakibatkan rumah warga muslim terbakar diamuk massa bhiksu. Sedangkan di Toungoo kerusuhan terjadi pada Mei 2001 diakibatkan oleh pemasangan pamflet anti muslim di rumah-rumah muslim. Pamflet yang berisi ajakan untuk menghancurkan masjid di Toungoo karena sebuah patung Budha Bamiyan telah dihancurkan di Afghanistan. 
  5. Pernyataan presiden Myanmar Thein Sein tentang strategi mengatasi persoalan etnis klasik di negara bagian Rakhine adalah dengan cara mengusir muslim Rohingya ke luar Myanmar dikirm ke kamp-kamp pengungsi di luar negeri sehingga menjadi tanggung jawab PBB. 
    • Konsekwensi pernyataan Thein Sein ini berdampak negatif, tanggal 3 Juni 2012 sejumlah penduduk muslim yang berada dalam bis diturunkan dan akhinya 11 warga muslim tewas. Tindaan ini menuntut protes balas dendam di Arakan. Akan tetapi dalam aksi protes tersebut tiga ribuan muslim kembali tewas akibat tindakan genosida dan tirani penguasa, aparat keamanan dan warga pro pemerintah junta militer.

Dari serangkaian peristiwa masa lalu dan peristiwa masa kini dalam jejak rekam tulisan panjang di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa :

  1. Eksistensi dan keberadaan warga muslim di Burma atau Myanmar telah ada sejak abad ke 9 atau sebelum adanya kerajaan pertama Birma, bahkan berpuluh seribuan tahun sebelum Birma merdeka.
  2. Dalam menjalin kerjasama dengan penguasa setempat, warga muslim di Burma pada masa beberapa dinasti yang tiran diperlakukan tidak wajar.
  3. Akan tetapi pada masa dinasti Konboung posisi warga muslim mendapat penghargaan dari kerjaan yang berkuasa di Burma.
  4. Pada masa kerajaan Inggris berkuasa warga muslim diperlakukan dengan baik dan mendapat hak yang sama di dalam mengelola roda pemerintahan di koloni Inggris tersebut.
  5. Pada masa kemerdekaan, muslim Myanmar kembali mendapat tekanan. Terlebih-lebih saat Ne Win berkuasa dan dilanjutkan oleh Thein Sein dengan aneka issue SARA yang menyudutkan penganut agama minoritas.
  6. Upaya membagi negara bagian dan region oleh pemerintah junta militer memperlihatkan strategi jitu junta militer. Penyebaran komposisi warga seperti itu  mampu memberi perlindungan menyeluruh untuk etnis dominan Birma.
  7. Pemerintah junta militer memobilisir organisasi demonstrasi tandingan untuk meredam aksi dari kelompok manapun. Organsisasi yang dimobilisir itu mendapat perhatian dan fasilitas yang baik dari pemerintah.
  8. Warga Muslim masih dianggap ancaman paling berbahaya daripada insurgensi apapun termasuk dari pemberontak Karen. Apa yang membuat pemerintah Myanmar dan para bhiksu membenci kehadiran muslim di sana dibandingkan dengan minoritas lainnya sampai kini belum ada yang mengetahui secara pasti. Padahal dalam rekam sejarah yang disampaikan di atas, kehadiran dan asimilasi warga muslim Myanmar sangat baik terhadap kerajaan Birma pada saat itu.
  9. Issue SARA masih sangat sensitif dan menjadi sumber pemicu paling potensial ledakan konflik horizontal di Myanmar karena IPM atau HDI masyarakatnya masih amat rendah. Menurut data PBB, HDI Myanmar berada pada urutan 149 dunia dari 157 negara dalam laporan UNDP 2011.
  10. Sejumlah aksi bhiksu yang terjadi dalam beberapa kali sabotase sangat mencurigakan karena diantara penyerang yang menggunakan gaun bhiksu dengan ciri khas kepala plontos itu ternyata menggunakan hand phone dan alat komunikasi, sesuatu yang tidak wajar dalam penampilan bhiksu Myanmar. Beberapa analis mensinyalir telah masuk anasir-anasir dan agen provokator yang sengaja memperkeruh kondisi.
  11. Pernyataan politik berbau SARA yang disampaikan oleh seorang pejabat teras negara Myamnar tentang upaya mensubordinasikan sekelompok kaum minoritas tidak seharusnya disampaikan oleh seorang negarawan yang terhormat.
  12. Informasi yang berkembang dari Myanmar yang berhembus, warga muslim Rohingya yang menjadi sasaran pembunuhan dan sorotan pengusiran adalah imigran gelap tak dapat dibenarkan apaun alasannya, karena itu adalah pelanggaran terhadap HAM secara terang-terangan dan direncanakan.  Bagaimana mungkin pemerintah Myanmar yang kurang perduli dengan etnis minoritas bisa memberikan kesimpulan menandai mana yang penduduk setempat dan mana yang imigran gelap atau sekadar diaspora muslim dari tetangga?

Melihat sejumlah data, fakta dan sejarah singkat di atas, apa sesungguhnya cara pandang pemerintah junta militer Myanmar dalam menjalankan prinsip-prinsip kebangsaan dan penegakan hak azasi manusia?

Apakah Myanmar menghendaki dunia ini kembali kepada masa silam ketika satu kerjaaan bertempur dengan kerjaan lainnya hingga berabad-abad lamanya, seperti kerjaan Mongolia pernah merampas Birma dari Siam?

Pemerintah Myanmar sendiri telah membantah pihak keamanannya melakukan pembantaian terhadap etnis muslim Ronghya sebagaimana disampaikan oleh Menlu Wunna Maung Lwin kepada AFP (31/7). Dalam konferensi pers yang dihadiri oleh utusan khusus PBB Tomas Ojea Quintana, Menlu Myanmar mengatakan pemerintahnya sudah berupaya keras untuk menghentikan tindakan kekerasan di wilayah Rakhine.

"Pemerintah Myanmar menolak segala tuduhan yang dikeluarkan oleh beberapa pihak yang menyebutkan, kami menggunakan kekerasan untuk mengatasi masalah ini (pembantaian Rohingya)," Sumber : Di sini

Kenyataannya, sekitar 3000-an warga Ronghya telah tewas pada peristiwa 3/6/2012 di Arakan. Siapakah yang melakukan penembakan massal itu? Bisakah tiba-tiba orang mati serentak ribuan orang  tanpa sebab pada saat unjuk rasa?  

Jika semua itu jawabannya adalah TIDAK, maka segeralah dunia segera bertindak serentak mengatasi krisis kemanusiaan berupa genosida dan pelanggaran HAM di Myanmar. Segeralah rambo-rambo AS dan NATO menegakkan demokrasi dan HAM seperti dilakukan di tempat lainnya. Segeralah PBB atau OKI bahkan Eropa memberi tekanan kepada Myanmar agar penegakan HAM dan Demokrasi bukan sesuai selera mereka, melainkan sesuai dengan aturan dunia.

Sebab, siapapun bangsa dan agamanya yang  ada di sekitar kita, haruslah kita saling mengasihi dan menghargai agar ia menjadi perekat persatuan dan kesatuan ummat manusia se dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun