Entah karena terlalu banyak kasus yang terjadi di negeri kita dalam kurun waktu satu dekade terakhir terutama dalam kasus - kasus terkait terorisme, anarkis, korupsi, pelecehan hukum, kerusahan, pemogokan buruh dan masalah lunturnya disiplin bangsa ini memancing imajinasi saya melayang-layang ke masa silam.
Masa silam yang dimaksud tidak terlalu jauh dan hanya terpaut pada seorang yang pernah memimpin negeri ini yaitu mantan presiden Seoharto. Entah rekan pembaca budiman setuju atau tidak -sosok ini telah mengukir aneka goresan keberhasilan dan kegagalan dalam memimpin negeri dan bangsa ini dengan tangan besi dan otoriter- saya melihat sosok Soeharto adalah sosok pemimpin yang tepat dalam kondisi negara bangsa yang memiliki karakter seperti bangsa kita.
Dalam hayalan, pak Harto datang menyapa saya. Seperti biasa ia melambaikan tangannya. Dengan senyuman khasnya beliau cuma berkata singkat saja... " piye kabare, enak jamanku to?" Antara sadar dan tidak sadar saya melihat pak Harto menggunakan kain ihram, seperti saat melaksanakan ibadah haji.
Belum sempat saya mengucek-ngucek mata antara percaya dan tidak, beliau meneruskan kalimat singkatnya. "Sebetulnya menangani persoalan bangsa ini hanya memerlukan ketegasan saja..he.he.he...."
Saya terperanjat, membetulkan letak posisi saya duduk ingin bertanya lebih lanjut tapi sayang, sosok pak Harto berkelebat hilang dari pandangan.. Oh my god, bisik saya dalam hati, ia hadir pada orang yang tidak berkompeten mengurus negeri dan bangsa ini.
Setelah beliau "lenyap" dari pandangan tinggallah saya merenung beberapa patah kata yang beliau tinggalkan, kira-kira sperti ini " Apa kabarnya? Enakan jaman saya,kan? Mengurus bangsa ini perlu ketegasan, lho..." Kalimat ini mengilhami saya untuk menulis. Setelah menemukan tema dan beberapa literatur yang relevan dengan tema serta judulnya saya mengambil secarik kertas dan menuliskan beberapa catatan.
Benarkah Jaman Soeharto lebih enak?
Bagi sebagian orang yang pernah merasakan penyiksaan dan perlakuan tidak adil pada jaman Soeharto mungkin akan menolak mentah-mentah pernyataan bahwa jaman Soeharto lebih enak. Misalnya dalam bidang pers dan media massa, lihat saja Presiden Soeharto pernah melarang terbit beberapa surat kabar, yaitu Kompas, Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesian Times, Sinar Pagi dan Pos Sore. Sedangkan bidang hukum dan militer banyak juga yang mengalami perlakuan yang dirasa tidak adil, misalnya berlakunya Daerah Operasi Militer (DOM) di Aceh dan lain-lain.
Akan tetapi sebaliknya jika diantara mereka pernah merasakan betapa enaknya dan sukses meniti karier dan berbisnis pada zaman Soeharto tentu akan setuju menyebutkan paling enak jaman Soeharto. Bahkan diantara mereka pedagang kaki lima dan orang-orang di pedesaan yang tidak mendapat manfaat apa-apa pada jaman Soeharto mengatakan hal yang sama.
Jadi sangatlah dilematis menyebutkan jaman pak Harto lebih enak ketimbang saat ini. Membicarakan mana yang paling enak, antara zaman pak Harto dengan saat ini sama halnya dengan mendiskusikan siapa duluan Ayam atau telurnya? Semua punya dalil, semua punya alasan, semua punya sejumlah bukti dan pengalaman bukan?