Soal tingkat teknologi, Tiongkok (RRC) kini dapat disandingkan dengan teknologi Barat dalam hal kemampuan dan disain. Pesatnya perkembangan teknologi Tiongkok telah mencakup segala bidang mulai dari home industri hingga industri skala berat untuk bidang milter dan pesawat tempur bahkan jet ruang angkasa sekalipun.
Tiongkok menawarkan teknologi mutakhir dengan biaya rendah untuk pelanggan produk mereka. Tak heran, harga barang industri produk China ditemukan relatif lebih murah, padahal disain yang disajikan pada produk mereka benar-benar menarik dan menggiurkan dan mengundang decak kagum dan iri pesaing pasar mereka.
Akan tetapi tidak dapat dipungkiri, dibalik kehebatan tersebut tersembunyi kekurangan atau kelemahan yang sangat tersamar. Banyak ditemukan kasus atau kejadian demi kejadian yang tidak mengenakkan. Produk China dikabarkan tidak kuat dan kurang berkualitas.
Entah bahan bakunya yang tidak sesuai standard ataukah benda yang digunakan sudah bekarat, pruduk apkir atau rusak lalu dimodifikasi atau permak ulang dengan cat dan tambahan aksesoris dalam disain memikat "aduhai," Tak ayal banyak orang terkesima dan langsung jatuh cinta pada kesan pertama penuh menggeoda oleh produk tersebut.
decak kagum itu tak kenal pilih kasih sampai menyentuh kalangan poltisi dan birokrat atau pejabat kita. Entah tak mampu melihat secara jernih atau karena berpikir dalam konsep efisien semata ataukah juga karena ada perskongkolan dan iming-iming yang membuat keterpikat tak kepalang tanggung terhadap produk China.
Sebut saja dalam pengadaan mobil angkutan umum untuk melayani jalur Transjakarta. Pemda DKI rela dicekokin produk China meski sejumlah peringatan awal telah dilayangkan tentang sisi lemahnya produk buatan China dalam kapasitas bus untuk umum .
Selain itu kondisi jalan yang tidak rata serta jasa perawatan produk tersebut amat terbatas. Pemda DKI melalui Dinas Perhubungan DKI tetap teguh pendiriannya harus buatan Tiongkok. Bergeming atas kritikan apapun terhadap rencana pengadaan 728 unit produk China dari parbrik Yutong, Ankai dan Zongtong.
Sorotan sejumlah pakar tidak hanya pada produk China yang menghabiskan anggaran 1,7 triiun rupiah, melainkan juga pada masalah terbukanya lapangan kerja dan pertimbangan kualitas produk. Bahkan BPPT sendiri mengingatkan beberapa sisi rawannya produk China jika digunakan, terutama pada sisi tabung Gas nya yang tidak sesuai dengan iklim di tanah air. Meski menggunakan bahan buatan Jerman, Xperion itu dalam analisa BPPT mudah meledak.
Begitu antusiasnya Dishub DKI sehingga tidak berkoordinasi lagi dengan pihak lain. Seolah tak sabar mereka langsung berhubungan dengan pabrik di Tiongkok dan melaksanakan perjalanan melihat pabrik-pabrik yang sudah menjadi target tersebut.
Pengajuan anggaran 1,7 triliun disetujui Menteri dalam negeri dan akhirnya mendapat respon positif DPRD DKI pada Maret 2013. Pembelian armada Tiongkok melalui APBD 2013 DKI itupun berjalan dengan rincian RENCANA sebagai berikut :
1. Articulated Bus (gandeng): 4 paket, total 120 unit. 2. Single Bus : 5 paket jumlah 176 unit 3. Medium Bus : 5 paket jumlah 432 unit Dari rencana tersebut sesuai dengan lelang, ke tiga pabrikan mendapat order impor bus dengan rincian sebagai berikut :
- Ankai dapat impor 60 bus gandeng, 14 bus single dan 432 bus medium.
- Yutong dapat 30 unit bus gandeng
- ZhangTong dapat 30 Busway gandeng.
- Dari dalam negeri, perusahaan BUMN PT INKA 36 bus single bermerek Ino Bus.