Dari sisi keamanan dan pertahanan nasional, boleh jadi Suriah paling parah kondisinya saat ini. Destabilisasi di seluruh sendi dan tatanan negara tersebut luluh hancur berantakan seolah tak menyisakan kepingan sedikit pun. Kekejaman dan sadisnya perang saudara di negara tempat bersemanyamnya Panglima perang legendaris "Salahuddin al-Ayyubi" itu rasanya tidak ada kalimat apa lagi untuk melukiskan betapa biadabnya pelaku kehancuran di negara tersebut.
Kita tidak menyalahkan pihak mana yang benar dan salah. Tulisan ini mengambil pelajaran tentang arti loyalitas pada bangsa dan negara dalam hal ini seluruh elemen dalam struktur militer Suriah atau Syrian Arab Army (SAA) yang kini hampir masuk tahun ke empat mengatasi pergolakan di negerinya, pergolakan berkategori paling brutal di abad modern ini. Brutal karena bukan saja menghadapi pergolakan hebat dari bangsanya sendiri tapi ikut sertanya bangsa dan negara lain mengendarai apa pun isu yang memberi kesempatan mereka terjun untuk aneka kepentingan dan tujuan di negeri terkoyak tersebut.
Kesetiaan yang diperlihatkan tentara Suriah membela bangsa dan negaranya termasuk membela rezim yang mungkin tidak bermakna atau nista di mata pihak lain, tapi bagi militer Suriah itulah pilihan yang harus dilakukan.
Doktrin bermagnet hebat -yang tidak perlu lama menghafal atau mengingatnya- telah melekat erat dalam sanubari perajurit yang tersisa, yaitu :
- The Honor (Kehormatan)
- Devotion (Pengabdian)
- Homeland (Tanah air/ Ibu Pertiwi)
Tak perlu mengungkit sejumlah prajurit yang telah melarikan diri (desertir) ke mana pun. Tak perlu mengenang berapa jumlah prajurit (dari seluruh pangkat dan satuan) yang telah tewas di berbagai fron. Dan mungkin juga tak penting mengingat dari suku mana sebagian besar prajurit itu asalnya karena keterbatasan tulisan ini. Menurut informasi yang dikutip dari http://gulfnews.com, sebelum perang saudara, jumlah tentara Suriah di berbagai satuan sekitar 220 ribu personil. Ditambah dengan pasukan cadangan jumlahnya tak lebih 350 ribu personil. Rincian perlengkapan tempur dapat setiap matra dapat dilihat pada link di atas.
Sumber di atas menyebutkan bahwa saat ini tersisa prajurit hanya 125 ribu personil. Dari jumlah itu yang diduga setia lebih kurang hanya 80 ribu personil di setiap angkatan dan satuan, meliputi:
- Angkatan Darat (SAA) mempunyai 12 divisi, termasuk NDF (milisi elite yang dibentuk 1/11/2012 oleh SAA).
- Angkatan Laut (SAN) mempunyai 3 armada maritim
- Angkatan Udara (SAAF) yang hanya menyediakan 1000 pilot.
Peperangan yang melelahkan seolah tidak berkesudahan dan tidak ada yang menang membuat kita yang berada di luarnya merasa lelah sendiri. Tapi tidak bagi prajurit yang telah hampir mati rasa itu, seperti dikutip dari berbagai sumber media asing.
Kantor berita Reuter, melalui portal berita online-nya pada edisi 18 September 2014, memberikan ulasan tentang kemajuan dan ketangguhan tentara Suriah. Menurut laporan tersebut, "Meski 30 - 50% pasukannya telah desersi, Suriah masih mampu berperang selama 10 tahun lagi, (menganalogikan tangguhnya tentara Suriah saat ini). Sumber: http://www.reuters.com.
Sementara itu, salah satu pengamat Timur Tengah dan juga penasehat Angkatan Darat Inggris untuk Suriah, Kemal Alam, dalam analisisnya di portal Thingtank konservatif berbasis di Inggris, edisi 18 September 2014, menilai tentara Suriah paling mampu menghadapi ISIS sekarang ini. (Sumber: http://www.conservativehome.com).