Guliran waktu yang mendekati ujung 2015, sesungguhnya adalah lintasan bagi kita untuk kembali merenung dan menapaktilasi kualitas perjalanan. Sisi penting yang perlu direnungi adalah kembali merefleksi dan menggugat diri kita soal tujuan hidup, kerja dan karya kita selama menjalani dinamika hidup di dunia dan kelak kita memertanggungjawabkannya di hadapan Ilahi.
Slogan kerja-kerja yang digaungkan Pemerintah Jokowi-JK menjadi catatan penting yang mesti diapresiasi. Kebiasaan buruk anak bangsa yang suka bermalas-malasan dan bekerja seadanya harus dienyahkan di bumi pertiwi ini. Apalagi, membiaskan banyak bicara yang tidak bermanfaat hingga menyebabkan kegaduhan.
Ada banyak refleksi kreatif pada kinerja Pemerintah Jokowi-JK setahun terakhir. Salah satunya di bidang pendidikan. Ide kreatif saling tukar (barter) Kepala Sekolah (Kepsek) yang dilakukan Pemerintah Jokowi-JK melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) adalah terobosan baru. Sebanyak 1.500 Kepsek dari sekolah maju di kota-kota besar akan saling tukar dengan kepsek di daerah tedepan, terluar, dan tertiggal (3T).
Kegiatan yang berlangsung selama 10 haril mulai 12-21 Desember lalu dinilai beberapa Kasek di Bima NTB sebagai ide brilian. Program itu dinilai positif oleh beberapa Kasek dan bermanfaat bagi kemajuan pendidikan.
Kepala SMPN 1 Wawo, Mulyadin HAR, SPd, MPd, mengaku senang bisa terpilih dalam pogram itu sebab dari ratusan Kepala SMP di Bima dirinyalah yang terpilih dan dibarter dengan Kepala SMPN 2 Candi Sidoarjo Jawa Timur, Drs H Khayis, M.Pd. Selama menjadi Kasek di SMPN 2 Candi Sidoarjo, Mulyadi merasa beruntung karena dihargai oleh seluruh guru dan siswa. Tidak heran beberapa hari berada di sekolah itu, bapak empat anak ini menelepon Kasek tukaran SMPN 1 Wawo, Drs H Khayis, MPd.
“Saya merasa tersanjung di sekolah bapak dan baru beberapa hari di sini saya seperti berada di tengah keluarga besar sekolah ini. Saya mohon maaf mungkin Pak Khayis paling sial berada di sekolah saya. Saya mohon maaf,” ujarnya di Bima, Kamis (31/12).
Ada beberapa keunggulan SMPN 2 Candi Sidoarjo, katanya, gurunya memiliki disiplin tinggi untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai guru yang digugu dan ditiru, guru sebagai pendidik, dan lainnya. Pada sisi lain tampak siswa yang memiliki semangat belajar yang tinggi dan disiplin dalam menjaga kondusifitas belajar di ruangan kelas. Bahkan, siswa memiliki satgas tersendiri menjaga kedisiplinan siswa, sehingga guru tidak repot mengatur siswa.
Tidak hanya itu, katanya, imbas dari lingkungan pendidikan yang baik, tercipta suasana aman dan tawaddu di lingkungan masyarakat. Suasana ramah dan saling mengharai. Tidak terdengar ada kebisingan kendaraan yang dilakukan siswa dan masyarakat. Orang tua siswa menghargai proses pendidikan di sekolah sekaligus mendukungnya dengan dana paling rendah Rp500 ribu hingga jutaan rupiah/orang tua siswa setahun, sedangkan dukungan Pemerintah Daerah juga memberikan dana Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA) setengah dari BOS pusat. Bayangkan di sekolahnya hanya Rp75 ribu/wali murid setahun.
Menurut Mulyadin, program ini bukan saja berpotensi memicu dan meningkatan kualitas pendidikan di daerah 3T, tetapi juga mendidik Kasek dan guru untuk belajar banyak mengenai perlunya disiplin. Bayangkan, katanya, siswa di SMPN 2 Candi Sidoarjo sebelum pukul 07.00 sudah berada di sekolah dan mereka menyambut kehadiran guru dengan salam dan mencium tangan guru. “Saya meneteskan air mata dan ingin sekali sekolahnya mendapatkan siswa dan guru yang memiliki disiplin tinggi seperti itu,” katanya.
Hal senada dikemukakan Kepala Tukaran SMPN 1 Wawo, Drs H Khayis, M.Pd, merasa senang menjadi kepala sekolah di sini dan suasana kekeluargaan juga tidak jauh dari sekolahnya. Siswa sekolah ini berpotensi untuk meraih yang terbaik. Bahkan, lebih dari sekolahnya. Buktinya, dengan dukungan dana yang minim saja bisa meraih prestasi, apalagi jika didukungan dengan dana seperti di sekolahnya. “Saya pikir perlu ada ikhtiar meningkatkan kualitas sumber daya guru, terutama berkaitan dengan Kurikulum 2013,” katanya saat pelepasan di Wawo akhir bulan Desember lalu.
Dia mengaku siswa di sekolahnya sebanyak 1.000 lebih dangan guru sebanyak 40 lebih orang dan hanya dua guru honor, sedangkan di SMPN 1 Wawo guru negeri hanya 17 orang, selebihnya guru honor, sehingga penyerapan anggaran dana BOS habis untuk guru saja. Dia berharap perlu dukungan komite dan Pemerintah Daerah.